Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ekonomi

Deflasi dan Anjloknya PMI Manufaktur: Tanda-tanda Kelesuan Ekonomi

Deflasi dan penurunan PMI manufaktur menunjukkan gejala kelesuan ekonomi Indonesia. Tugas berat pemerintahan Prabowo Subianto.

8 September 2024 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Penurunan bunga The Fed kian nyata dan berdampak pada kurs rupiah.

  • Dana investasi asing akan makin deras mengalir ke Indonesia.

  • Ekonomi Indonesia terancam deflasi dan penurunan kinerja industri manufaktur.

AURA optimisme sedang melanda pasar keuangan Indonesia. Tinggal tunggu waktu saja, suku bunga The Federal Reserve (The Fed) akan turun sehingga memicu perpindahan dana investasi dalam skala global secara besar-besaran. Perpindahan ini pun sudah berlangsung. Dalam sebulan terakhir, jumlah dana investasi asing yang menyerbu obligasi pemerintah Indonesia mencapai US$ 2,3 miliar.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Itu sebabnya dalam kurun waktu yang sama kurs rupiah terus menguat, sekitar 3,6 persen. Pada akhir pekan lalu, kurs rupiah sudah menyentuh 15.350 per dolar Amerika Serikat, kembali seperti nilainya pada awal tahun ini. Adapun pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia, yang memang makin kuat dipengaruhi sentimen pasar global, juga terus menanjak. IHSG terus mencetak rekor tertinggi dan posisinya pada Kamis, 5 September 2024, sudah naik 6,31 persen ketimbang pada awal Januari.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Isu di pasar kini bukan lagi soal suku bunga The Fed akan turun atau tidak. Perdebatan bahkan sudah menukik ke seberapa besar The Fed akan menurunkan bunganya. Lazimnya, The Fed menurunkan bunga 0,25 persen. Kali ini baik ekonom maupun analis makin kuat mendesak The Fed menurunkan bunga lebih cepat agar ekonomi Amerika Serikat segera bangkit dan tak terseret ke jurang resesi. Minimal pertumbuhan ekonomi Amerika naik 0,5 persen pada September ini, bahkan bisa lebih besar.

Perlu kita catat, makin besar tingkat penurunan suku bunga The Fed, makin besar pula manfaat yang akan didapatkan pasar keuangan di negara berkembang seperti Indonesia. Banyak dana investasi yang akan masuk mencari imbal hasil lebih besar. Pada gilirannya, bunga di sini bakal ikut terseret turun. Pemerintah Indonesia pun akan beroleh manfaat terbesar dari penurunan bunga. Contohnya, ketika menerbitkan obligasi, pemerintah tak harus menawarkan bunga tinggi.

Sayangnya, sinyal positif di sektor finansial ternyata belum mampu mendorong sektor riil. Dua bulan terakhir, laju sektor riil di Indonesia justru melambat. Salah satu indikatornya adalah terjadinya deflasi atau penurunan harga secara umum.

Dalam pandangan orang awam, deflasi mungkin tampak positif. Harga yang turun tentu membuat konsumen senang. Namun, dari sisi ekonomi secara makro, deflasi merupakan sinyal buruk, apalagi jika berkepanjangan. Deflasi menjadi sinyal awal penurunan angka permintaan secara keseluruhan yang juga berarti gelagat awal kelesuan ekonomi.

Indonesia sudah mengalami deflasi bulanan empat bulan berturut-turut, terakhir pada Agustus 2024. Sektor yang mengalami deflasi antara lain makanan, alas kaki, dan tembakau. Sedangkan sektor pendidikan mengalami inflasi atau kenaikan harga lantaran Juli-Agustus adalah masa penerimaan siswa baru. Bisa jadi daya beli konsumen kian terbatas karena tersedot keperluan pendidikan.

Walhasil, investor perlu memperhatikan data pergerakan harga pada September. Jika tak ada lagi deflasi bulanan, faktor musiman sudah berakhir. Ada harapan ekonomi bergerak lebih cepat terdorong belanja konsumen yang kembali normal.

Pertanda awal kelesuan ekonomi tak hanya tampak pada sisi permintaan. Sudah ada pula indikasi merosotnya kegiatan produksi. Petunjuknya adalah penurunan purchasing manager index (PMI) sektor manufaktur yang disusun S&P Global—salah satu lembaga pemeringkat terkemuka di dunia. Selama dua bulan berturut-turut PMI manufaktur S&P Global berada di bawah angka 50, yang berarti terjadi kontraksi atau penyusutan. 

PMI manufaktur dapat menjadi petunjuk awal arah pergerakan ekonomi karena indeks ini merekam pembelian berbagai komponen produksi oleh pabrik-pabrik. Jika indeks ini turun di bawah angka 50, berarti tingkat produksi secara umum juga akan merosot. Turunnya input tentu membuat output juga berkurang. Kegiatan ekonomi pun melambat.

Walhasil, pemerintahan baru harus bekerja keras membalik keadaan. Prabowo Subianto selaku presiden terpilih mesti paham bahwa dia tidak mewarisi ekonomi yang sedang baik-baik saja.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Di edisi cetak, artikel ini terbit di bawah judul "Tanda-tanda Kelesuan Ekonomi"

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus