Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Jaring yang dipasang oleh para ilmuwan untuk menangkap kelelawar di hutan di Gunung Makiling, Los Banos, provinsi Laguna, Filipina, 5 Maret 2021. REUTERS/Eloisa Lopez
Phillip Alviola, seorang ahli ekologi kelelawar, mengambil sampel oral dari kelelawar yang ditangkap dari sebuah gedung di Universitas Filipina Los Banos (UPLB), di Los Banos, provinsi Laguna, Filipina, 19 Februari 2021. REUTERS/Eloisa Lopez
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Seekor kelelawar yang tertangkap jaring yang dipasang oleh para ilmuwan di depan sebuah bangunan di Universitas Filipina Los Banos (UPLB), di Los Banos, provinsi Laguna, Filipina, 19 Februari 2021 . Sebagian besar dari mereka yang tertangkap adalah kelelawar tapal kuda yang diketahui mengandung virus corona. REUTERS/Eloisa Lopez
yan Llamas, asisten lapangan, melepaskan kelelawar yang tertangkap jaring kabut di Gunung Makiling, Los Banos, provinsi Laguna, Filipina, 5 Maret 2021. Penangkapan kelelawar diharap akan membantu dalam memprediksi dinamika virus corona dengan menganalisis faktor-faktor seperti iklim, suhu, dan penyebaran, ke manusia. REUTERS/Eloisa Lopez
Phillip Alviola, seorang ahli ekologi kelelawar, mengambil sampel oral dari kelelawar yang ditangkap dari sebuah gedung di Universitas Filipina Los Banos (UPLB), di Los Banos, provinsi Laguna, Filipina, 19 Februari 2021. Para peneliti menyebut diri mereka "pemburu virus", untuk membantu dunia menghindari pandemi yang mirip dengan COVID-19. REUTERS/Eloisa Lopez
Phillip Alviola, seorang ahli ekologi kelelawar, mengambil sampel oral dari kelelawar yang ditangkap dari sebuah gedung di Universitas Filipina Los Banos (UPLB), di Los Banos, provinsi Laguna, Filipina, 19 Februari 2021. Kelelawar yang ditangkap diukur, diseka, diambil air liurnya serta kotoran dikumpulkan untuk dianalisis. REUTERS/Eloisa Lopez
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini