Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Program Wikisource Loves Manuscript (Wilma) melakukan digitalisasi enam koleksi naskah kuno di Yogyakarta. Kegiatan berlangsung selama enam bulan dalam program Wikisource Loves Manuscripts “Menyelamatkan Harta Karun Budaya Nusantara: Digitalisasi Manuskrip dan Aksara Jawa di Yogyakarta”.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Wikimedian Residence Wilma, Ilham Nurwansah, mengatakan program digitalisasi dan menyimpan manuskrip secara online. “Kegiatan ini juga melibatkan komunitas masyarakat terutama dari kalangan generasi muda,” ujarnya
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Komunitas Jangkah Nusantara membantu mengolah hasil digitalisasi dalam bentuk transkipsi atau penyalinan kembali naskah-naskah beraksara Jawa. “Hasilnya tidak hanya gambar statis, tapi juga berupa teks yang dapat diolah lebih lanjut,” kata Ilham.
Komunitas ini kerap mengulik ‘harta karun’ yang tersimpan di dalam manuskrip. Komunitas kerap mengajak masyarakat untuk lebih peduli kepada manuskrip. Mereka juga kerap mengedukasi bagaimana cara merawat, membersihkan, dan memberikan informasi cara penyimpanan yang aman dan layak bagi manuskrip.
“Awalnya, Co Fouder Jangkah, Taufiq Hakim, pada suatu malam membuat status di WA, isinya tentang curhatan dia mengenai kegiatan atau wadah diskusi pernaskahan di Yogyakarta,” kata Muhammad Bagus Febriyanto, Ketua Komunitas Jangkah Nusantara.
Taufiq, kata Bagus, prihatin karena di Yogyakarta tidak ada wadah diskusi manuskrip bagi teman-teman muda khususnya. “Rasah cerewet, tidak memecahkan masalah. Mari kalau kamu mau, buat action,” ujarnya menirukan jawaban dia kepada Taufiq pada saat itu.
Mereka akhirnya membuat langkah nyata dan membentuk forum diskusi Jangkah pada 29 September 2018. “Jangkah merupakan akronim dari Jagongan Naskah,” kata Bagus.
Jangkah bersama Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta didukung penuh oleh Wikimedia Foundation melakukan digitalisasi naskah kuno di Bali, Yogyakarta dan Padang. Di Yogyakarta, manuskrip berasal dari empat kabupaten dan kota.
Salah satu pemilik 15 naskah kuno, Sinar, mengaku senang koleksinya bermanfaat. Dia berharap naskah-naskah kuno berusia ratusan tahun bisa dibaca banyak orang melalui program digitalisasi. “Sehingga ilmu yang ada di naskah kuno dipelajari dan diaplikasikan,” tuturnya.
Kepala Pusat Kajian Arsip dan Dokumentasi Seni Kanjeng Raden Tumenggung (KRT) Wiroguno, Pramutomo, mengatakan Wiroguno menyimpan semua naskah koleksinya di dalam ruangan khusus arsip dan dokumen di Ndalem Kaneman, Kadipaten Kidul, Nomor 44.
Pramutomo mengatakan koleksi naskah kuno tersebut sudah lama tidak dibuka. “Mulai 2006 kami membuka satu persatu apa yang ada di ruang arsip dan dokumen miliki KRT Wiroguno,” kata dosen Institut Senin Indonesia Surakarta.
Dia menuturkan seluruh naskah kuno tersimpan di dalam tujuh almari. “Kami beserta para ahli waris terutama para cucu sepakat untuk mengelola ruang arsip itu,” ujarnya.
Indentifikasi naskah kuno berlangsung pada 2006-2008. “Koleksinya sangat variatif. Mulai dari arsip peninggalan pemerintahan putra mahkota di bawah Patih Ndalem Kadipaten Anom dan juga arsip ataupun dokumen berupa karya-karya koleksi KRT Wiroguno,” kata Pramutomo.
Semua naskah kuno itu kemudian dikelola sebagai bahan kajian. “Saya dan beberapa cucu waktu itu menamakan sebagai Pusat Kajian Arsip dan Dokumen Seni KRT Wiroguno,” ujarnya.
Komunitas Jangkah Nusantara melakukan ritual tradisi wilujengan sebelum melakukan digitalisasi. Ritual tersebut bentuk penghargaan terhadap leluhur. Ada beberapa sajen yang disiapkan sebagai sarana ritual. Seperti kembang setaman, pisang raja, dupa, dan aneka jenis makanan jajanan pasar.
Setelah prosesi, sesajen bisa dinikmati bersama. Tidak lupa yang paling penting dari prosesi ini adalah memohon doa kepada Allah SWT agar proses digitalisasi yang dilakukan dapat berjalan lancar.
Setelah proses ritual selesai, Sebagian teman-teman komunitas Jangkah Nusantara mulai menyiapkan alat-alat untuk proses pemotretan manuskrip atau proses digitalisasi. Sebagian lainnya mulai membersihkan manuskrip satu persatu.
Kegiatan komunitas Jangkah dalam melakukan digitalisasi naskah di Yogyakarta.
Manuskrip yang akan dipotret ada yang beralasakan kertas, deluang, maupun lontar. Lembar demi lembar manuskrip yang ditulis di atas kertas maupun deluang dibersihkan dengan cara menggunakan kuas.
Adapun manuskrip dari bahan lontar dibersihkan dengan kuas dan alkohol. Tidak lupa, dioleskan kemiri agar terlihat tajam tulisannya dan diberi minyak sereh agar lebih lentur dan untuk menghindari serangga mendekat.
Pembersihan manuskrip dilakukan agar mendapatkan hasil foto fisik naskah lebih maksimal. Karena koleksi naskah yang akan didigitalisasi di wilayah Yogyakarta berada di enam titik berbeda, pemotretan ini memerlukan waktu yang lebih dari satu bulan lamanya.
“Proses digitalisasi itu sendiri dapat dikatakan sangat sulit sebenernya, karena kita menghadapi sebuah benda, sejarah yang usianya sangat lama,” kata Jergian Jodi, Fotografer dan Anggota Komunitas Jangkah Nusantara.
Ada beberapa naskah kuno dalam kondisi rusak. “Kami hati-hati, dikhawatirkan justru malah bukan menyelamatkan naskah tersebut malah merusak, merobek, dan lain sebagainya,” kata Jergian.
Menurut dia, melakukan digitalisasi naskah kuno menjadi tantangan tersendiri. “Karena banyak naskah rata-rata dalam kondisi yang rusak ataupun sudah rentan usianya,” ujarnya.
Kegiatan digitalisasi di Yogyakarta menargetkan sekitar 7000 halaman manuscript. Selanjutnya dilakukan kurasi foto dan workshop transkripsi digital di platform Wikisource. Program ini diharapkan menggugah masyarakat menjaga warisan manuskrip sebagai warisan sejarah.