Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ketua Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Kabupaten Tapanuli Utara Satika Simamora, punya cara khusus mengajak masyarakat mengajak masyarakat mencegah stunting dan menjaga kesehatan. Salah satunya adalah dengan menggunakan filosifi orang Batak, anakon hi do hamoraon di au. “Filosofi itu berisi harapan bagi para orang tua untuk selalu memperhatikan masa depan anak," ujarnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Bagi masyarakat Batak, anak adalah harta terbesar dalam diri. Karena menjadi harapan masa depan, Satika mengajak para orang tua untuk selalu memperhatikan kesehatan anak sejak dini. “Mereka harus memperhatikan kesehatan anak sejak dalam kandungan hingga lahir, kemudian melalui masa tumbuh kembang dari bayi, anak-anak, remaja, sampai dewasa,” tuturnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Stunting atau kurang gizi yang berakibat gangguan pertembuhan pada anak, kata Satika, dalam dicegah sejak dini melalui penyebaran informasi kepada para remaja putri. “Bagaimana mempersiapkan pernikahan, perencanaan kehamilan hingga memperhatikan asupan gizi ibu hamil,” ujarnya.
Kemudian mencukupi kebutuhan nutrisi selama fase 1.000 hari pertama kehidupan sejak terbentuknya janin sampai anak berusia dua tahun. Periode ini menjadi periode fondasi pembentukan dan perkembangan organ-organ vital. “Tiap tahap, orang tua punya andil dalam menyiapkan generasi penerus yang sehat dan berdaya saing,” kata Satika.
Upaya pemenuhan gizi keluarga dapat dilakukan dengan memanfaatkan lahan atau pekarangan rumah dengan melalui penanaman sayur. Selain itu selalu menjaga kebersihan dan rutin meme memeriksakan kesehatan.
Menurut Satika, saat ini sudah dibentuk kader pembangunan manusia (KPM) yang bertugas membantu pemerintah desa dalam pelaksanaan intervensi gizi terintegrasi. Para KPM menjadi ujung tombak dalam memantau dan memastikan masyarakat menerapkan pola hidup bersih, sehat serta tercukupi kebutuhan nutrisi.
Berdasarkan Data Survei Gizi Balita Indonesia (SSGBI) 2019, angka stunting bayi di Kabupaten Tapanuli Utara mencapai 42,1 persen. Sedangkan menurut hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2022, persentase bayi stunting di Tapanuli Utara menurun menjadi 27,4 persen.
Bukti nyata dari upaya tersebut adalah pada 12 April 2023, Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara berhasil menerima penghargaan Praktik Baik Replikasi Penanganan Stunting dari Gubernur Sumatera Utara. Satika juga mendapat penghargaan Manggala Karya Kencana dari Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) pada 4 Juli 2023 di Palembang, Sumatera Selatan. Satika dinilai memiliki komitmen kuat dalam melaksanakan program Bidang Pembangunan Keluarga Kependudukan dan Keluarga Berencana (Bangga Kencana) dan percepatan penurunan stunting.
Tak hanya memperhatikan kesehatan generasi penerus, Satika juga menyoroti kondisi para lanjut usia atau lansia. Dalam berbagai kesempatan, dia mengajak para lansia tetap aktif dan produktif, sesuai kondisi masing-masing. "Saya berharap para orang tua kami tetap sehat dalam keadaan suka cita," ujarnya.
Perhatian Pemerintah Tapanuli Utara kepada para lansia dilakukan melalui senam lansia, pemberian vitamin, makanan tambahan dan pemeriksan kesehatan gratis di puskesmas kepada para lansia yang terdiri dari 347 kelompok se-Kabupaten Tapanuli Utara.
Ketua Lansia Desa Hutauruk, Manambun Sihombing, menuturkan setiap Kamis, para lansia dikumpulkan di Posyandu Lansia untuk melakukan senam lansia. Pemerintah rutin memonitor kesehatan dengan memeriksa darah, tensi dan kolesterol. “Kami juga diberikan gizi yang cukup melalui susu, vitamin dan makanan tambahan sekali sebulan. Semua itu kami terima tanpa biaya atau gratis,” tuturnya.
Tidak hanya fokus kepada masalah kesehatan dan orang tua, Satika juga mendorong pengembangan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) di Tapanuli Utara. Kerajinan ulos salah satu yang menjadi perhatiannya. Dia mengajak para pengrajin mengikuti tren dan perkembangan pasar. “Saya sering membuatkan motif dan desain yang sedang trendy kepada pengrajin ulos,” tuturnya.
Ulos buatan Tapanuli Utara kini sudah merambah pasar nasional dan internasional. Motif dan desainnya beragam, seperti tas, jaket, kemeja dan lainnya. Pengembangan UMKM pengrajin ulos diharapkan dapat mengangkat perekonomian masyarakat. “Para pengrajin semangat melanjutkan usaha dan menjadikannya sebagai sumber penghasilan. Kami ajak mereka ikut pameran di berbagai tempat,” kata Satika yang juga Ketua Dekranasda Tapanuli Utara.