Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

iklan

Guratan Karya untuk Kebangkitan Pariwisata

Pelukis dan pegiat mural menampilkan pesan sejumlah karya tentang pariwisata dan kebangkitan ekonomi di tengah pandemi. Polri bukan institusi antikritik dan siap bekerja sama dengan seniman. #Infotempo

23 Juli 2022 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sebanyak 10 pelukis dan satu tim street art (mural) menampilkan beragam pesan dan aspirasi untuk menghidupkan kembali gairah pariwisata. Seluruh karya tersebut mendapat acungan jempol dari Kepolisian Republik Indonesia. "Hasilnya bagus semua. Kami dari Polriberusaha merekam aspirasi atau pesan dari semua hasil karya seni ini. Implementasi di lapangan, Polri tidak anti kritik,” kata Kepala Bagian Produk Kreatif Biro Multimedia Mabes Polri, Kombes Pol Arsdo Simatupang, menutup Safari Mural Bhayangkara dengan tema "Pemulihan Ekonomi Pada Sektor Pariwisata" di Pasar Seni Jaya Ancol, Ahad, 13 Februari 2022.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsdo mengatakan Polri nangkap pesan dari karya-karya ini, semuanya mendukung pemulihan ekonomi nasional melalui kebangkitan pariwisata. “Kami dari kepolisian juga harus mendukung hal yang sama. Kami harus bekerja keras menjaga dan mengawasi protokol kesehatan di tempat wisata,” ujarnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Para seniman Pasar Seni Ancol yang turut berpartisipasi dalam dalam acara Safari Bhayangkara Mural Festival 2022 di Pasar Seni Ancol, Jakarta pada Minggu, 13 Februari 2022.

Kegiatan safari ini adalah rangkaian kedua setelah di BSD Xtreme Park, Desember lalu. Sekaligus kelanjutan dari Bhayangkara Mural Festival yang digagas Mabes Polri dan Tempo Media Group pada Oktober 2021. Ajang ini untuk membuktikan bahwa kepolisian tidak anti kritik dan memberi ruang bagi masyarakat menyalurkan aspirasi.

"Ini acara yang luar biasa. Membuktikan bahwa Polri, Tempo dan seniman bersahabat. Kami melihat bahwa seni bisa menyampaikan pesan. Bisa menggugah untuk jadi lebih baik. Kami bisa menangkap pesan bahwa seperti inilah kondisi masyarakat di mata seniman," ujar Redaktur Tempo, Ali Nur Yasin.

Pembagian hadiah yang dilakukan oleh Kombes Polri Arsdo Simatupang, Kepala Bagian Produk Kreatif Biro Multimedia dan Ali Nuryasin dari Tempo Media Grup kepada Tim All Mural Jakarta dalam penutupan acara Safari Bhayangkara Mural Festival 2022 di Pasar Seni Ancol, Jakarta pada Minggu, 13 Februari 2022.

Kepala Bagian Operasional Pasar Seni Jaya Ancol, Supriyanto, mengatakan 10 pelukis yang biasa beraktivitas di Pasar Seni dibagi menjadi empat tim. "Konsepnya memang kolaborasi. Satu kanvas ada yang dikerjakan bertiga dan ada yang berdua. Ini untuk menunjukkan bahwa pandemi dapat dilalui jika kerja bersama. Dengan itulah kita bisa memulihkan ekonomi bangsa ini," kata dia.

Tim pertama, yakni Joko Kisworo, Deni, dan Amor Pandawa Lima, menyapu kanvas dengan sekumpulan figur. Ada manusia, rumah, dan lima ekor kuda yang melambangkan Pancasila. Warna merah dominan di berbagai sudut. "Judulnya Mari Kita Bicara. Ini melambangkan bahwa kita harus bermufakat, bermusyawarah dengan semangat Pancasila, bergairah untuk bangkit setelah dihantam pandemi," kata Amor.

RB Setiawanta, Sukriyal, dan Fatiyah merekonstruksi objek sehari-hari dalam bentuk metafora.  Ada simbol Sumatera, DKI Jakarta, obyek wisata di Jawa Tengah hingga Tanah Lot di Bali. 

Foto bersama penyelenggara, peserta dan pendamping dari seniman Pasar Seni Ancol pada penutupan acara Safari Bhayangkara Mural Festival 2022 di Pasar Seni Ancol, Jakarta pada Minggu, 13 Februari 2022.

Sedangkan Cak Pri dan Naomi menampilkan dua karya. Pertama pasangan penari Bali perlambang pariwisata. Kedua menampilkan sosok-sosok dengan sejumlah bangunan di belakangnya. "Ini bentuk respons kami terhadap kehidupan di Pasar Seni. Tempat ini kan juga obyek wisata yang perlu digairahkan kembali," tuturr Cak Pri.

Tim ke-empat, Nazili dan Debu Deli, menggambarkan sosok yang terbalut plastik, duduk di hadapan laptop yang mengeluarkan berbagai ikon wisata. Nazili menuturkan, karya tersebut mengartikan perubahan yang dibawa oleh pandemi.  Seniman dituntut untuk kreatif dalam memasarkan produknya melalui daring.

Karya ini juga mengungkap pesan khusus kepada kepolisian. "Saya pikir Polri punya potensi untuk emasarkan dan bisa mengapresiasi karya seni. Polri bisa juga merekomendasikan pihak-pihak yang bisa mengapresiasi karya seni," ujar seniman yang selalu memakai topi selama dua hari berkarya di Safari Mural Bhayangkara.

Sedangkan tim All Mural, juara harapan pada Bhayangkara Mural Festival tahun lalu, kembali mendapat apresiasi dari Kepolisian RI berupa uang tunai Rp5 juta dan bingkisan kenangan. Tim ini dihuni Deni Kurniawan, Aldi Adam Putra, Neldi Ifwandi, dan Adi Rusmansyah. Di Pasar Seni, karya mereka terbentang di dinding bawah panggung sepanjang kira-kira 10 meter.

Deni menerangkan mural tersebut menampilkan berbagai ikon wisata seperti topeng Bali, Borobudur, Rumah Minang, dan Komodo. "Konsepnya pop art. Selain pesan kebangkitan pariwisata, juga terselip pesan bahwa sebagian ikon itu sedang terancam," ujarnya.

Rekannya, Neldi menambahkan agar kepolisian dan pegiat street art saling menghormati. Seni mural memang kerap menggunakan dinding di berbagai wilayah perkotaan sebagai media berkarya. "Semoga jangan ada gesekan antara aparat dan seniman," ujar pemuda yang kerap beraksi antara Blok M hingga Petukangan.

Acara ini terselenggara berkat dukungan dan kerja sama dari Kepolisian Republik Indonesia, Taman Impian Jaya Ancol dan Danapaint.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus