Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sebagai negara maritim dengan 17.000 pulau, saat ini di Indonesia ada sekitar 33.000 kapal niaga yang beroperasi. Institusi Perkapalan dan Sarana Lepas Pantai Indonesia (Iperindo) mempunyai 212 anggota di seluruh Indonesia, yang terdiri dari 124 perusahaan galangan kapal, 80 perusahaan industri penunjang, 3 perusahaan biro klasifikasi dan 5 perusahaan konsultan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dengan anggota sebanyak itu, Iperindo merasa perlu untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, khususnya para pekerja di industri galangan kapal. Tujuannya, selain diharapkan semakin terampil dalam bekerja, juga semakin efisien menggunakan material bahan kapal. Sehingga ke depan, perusahaan perkapalan di Indonesia mampu bersaing dengan negara-negara industri maju, seperti Jepang, Cina dan Korea Selatan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Untuk merealisasikan hal itu, pada Senin, 19 September 2022 diadakan kegiatan Pelatihan Prosedur Pembuatan Kapal dan Manajeman Produksi di Aula Kampuh Welding Indonesia Gedung C, Jalan Raya Bringin Nomor 21, Bringin, Kecamatan Sambikerep, Kota Surabaya. Kegiatan ini merupakan bagian dari pelaksanaan kerja sama “Indonesia Shipbuilding Modernization Project” antara pemerintah yang diwakili Kementerian Perindustrian c.q. Direktorat Jenderal ILMATE dan BPSDMI, Japan International Cooperation Agency (JICA), serta didukung oleh Iperindo. Pelatihan tersebut akan meliputi lima tahap, yakni di Surabaya, Jakarta serta di Jepang.
Sebagai tahap awal, pelaksanaan pelatihan tersebut diikuti oleh perwakilan 20 perusahaan galangan kapal anggota Iperindo, terdiri atas 10 perusahaan di Surabaya dan 10 lainnya di wilayah Jakarta. Masing-masing perusahaan galangan kapal mengirimkan dua peserta. Para peserta mendapat bekal materi dari para instruktur ahli dari galangan-galangan kapal terkemuka di Jepang. Untuk memudahkan komunikasi, para instruktur asing itu dibantu para expert lokal, termasuk para ahli mantan pekerja PT PAL Indonesia yang juga pernah mengikuti pelatihan sejenis, baik di Jepang maupun di Indonesia.
Ketua Umum Iperindo Anita Puji Utami berharap para peserta yang mengikuti pelatihan tahap pertama ini nantinya dapat menjadi pionir dalam mengaplikasikan materi-materi yang didapat selama pelatihan, di galangan kapal mereka sendiri maupun kepada anggota Iperindo lainnya. Menurut Anita Jepang dipilih menjadi mitra kerja sama karena di Negara Sakura itu terdapat sejumlah galangan kapal modern yang telah diakui dunia.
“Dengan dasar itulah kami yang di Indonesia ini perlu mengupdate sisi manajemen produksi maupun sisi teknis pembuatan kapal. Sehingga nantinya produksi kapal dari galangan-galangan di Indonesia mampu bersaing baik di tingkat nasional ataupun internasional,” tutur Anita.
Selama dua tahun, pelaksanaan pelatihan tidak hanya diadakan di Indonesia. Pada 2023 peserta juga diajak studi banding ke galangan kapal di Jepang. Peserta akan melihat bagaimana para pekerja di industri perkapalan Jepang bekerja secara efisien dan berkualitas. Studi banding, kata Anita, tidak sebatas untuk meningkatkan pemahaman tentang teori maupun wawasan pada para peserta, melainkan juga diimbangi oleh praktek serta simulasi-simulasi mengenai apa saja yang mesti dilakukan bila melaksanakan pembangunan kapal di Indonesia.
Anita berharap dari pelatihan ini lahir SDM-SDM yang kompeten serta memiliki strategi bagaimana membangun kapal dengan lebih baik lagi, baik secara kecepatan, kualitas maupun manajemennya. Meskipun perusahaan galangan kapal termasuk jenis industri padat karya, namun pelatihan itu tidak hanya membahas hal-hal teknis. “Soal manajemen juga dibahas,” ujar Anita.
Menurut Anita, manajemen pembuatan kapal tak kalah penting. Sebab sampai saat ini masih ditemui beberapa kendala menyangkut kecepatan dan kualitas produksi. Dengan pelatihan ini, diharapkan tantangan-tantangan yang timbul saat proses pembuatan kapal dapat segera dicarikan solusinya. Anita menuturkan kerja cepat, praktis dan efisien mutlak diperlukan di industri perkapalan karena ke depan kebutuhan penggunaan kapal di Indonesia akan terus menerus ada. “Apalagi kalau bisnis pertambangan makin meningkat, tentunya akan mendorong kami bisa membuat kapal yang berkualitas,” kata Anita.
Anita menilai Pelatihan Prosedur Pembuatan Kapal dan Manajemen Produksi tersebut sangat berguna bagi praktisi galangan kapal untuk makin memperbarui pengetahuan mereka tentang manajemen di satu sisi dan update soal teknik produksi kapal di sisi yang lain. Jepang sebagai negara industri maju di bidang perkapalan, kata Anita, layak dijadikan rujukan. “Kami ingin mencontoh sistem pembangunan kapal yang lebih modern di Jepang, serta pengoperasian alat-alat yang lebih sistematis maupun yang lebih canggih,” kata dia.
Anita mengharapkan program pelatihan ini bisa terus berkesinambungan. Anita ingin alumni dari peserta pelatihan tahap pertama ini nantinya giliran menjadi instruktur untuk pelatihan-pelatihan berikutnya. Sehingga materi pelatihan bisa dikembangkan lagi ke arah skil-skil kemampuan teknis lainnya. “Materi-materi yang belum terserap di pelatihan kali ini dapat diberikan pada kegiatan selanjutnya,” kata dia.
Anita melihat pelatihan ini juga sangat menguntungkan bagi perusahaan pembuatan kapal yang mengirimkan perwakilan. Sebab dari ilmu yang dipelajari karyawannya itu, perusahaan jadi paham tentang cara mengefisienkan kerja-kerja produksi. Dengan efisiensi itu perusahaan dapat kian kompetitif di dalam menjual produknya.
Anita menerangkan, di lingkup industri perkapalan terdapat dua jenis pekerjaan besar, yaitu reparasi dan bangunan baru. Namun saat ini harga kapal yang dihasilkan belum mampu bersaing. Salah satu penyebabnya, kata dia, ada kebijakan-kebijakan pemerintah yang belum berpihak pada industri galangan kapal, baik di sektor insentif pembiayaan, suku bunga perbankan, maupun insentif-insentif lainnya.
Dari sisi internal, Iperindo, ujar Anita, berusaha mengeliminir hasil produksi yang tak kompetitif itu dengan cara meningkatkan kemampuan SDM. Dengan begitu penggunaan material-material yang tak perlu bisa dibatasi. “Itulah tujuan utama pelatihan ini,” kata Anita.
Hendro Martono, Direktur Industri Maritim, Alat Transformasi dan Alat Pertahanan Kemenperin.
Direktur Industri Maritim, Alat Transportasi dan Alat Pertahanan Kemenperin Hendro Martono mengakui produksi industri galangan kapal dalam negeri masih memiliki sejumlah kendala utama dalam memenuhi pemesanan pembangunan kapal dalam negeri. Di antaranya belum efisiennya prosedur dan tahapan pembangunan kapal, belum maksimalnya penerapan quality control dan assurance atas kapal yang dibangun, serta masih tingginya ketergantungan terhadap bahan komponen impor, terutama yang mempunyai nilai tambah tinggi, seperti main engine.
“Hal tersebut menyebabkan membangun kapal di dalam negeri relatif lebih mahal dan lama jika dibandingkan dengan negara-negara pembangun kapal, seperti Cina, Jepang dan Korea Selatan. Akibatnya, sebagian besar pemenuhan permintaan kapal dalam negeri masih didominasi oleh impor, baik kapal baru maupun kapal bekas,” kata Hendro.
Alasan tersebut mendorong dibuatnya kegiatan Pelatihan Prosedur Pembuatan Kapal dan Manajemen Produksi. Melalui pelatihan itu, kata dia, diperkenalkan prosedur pembuatan kapal yang efisien dan metode manajemen produksi di galangan kapal Indonesia melalui sistem pengembangan SDM. “Nantinya diharapkan mendorong modernisasi industri galangan kapal nasional yang memiliki makna peningkatan kapabilitas, daya saing, serta keberlanjutan,” kata Hendro.
Menurut Hendro setidaknya ada empat manfaat yang didapat peserta dari pelatihan tersebut. Pertama, mendapat pengetahuan tentang optimalisasi kegiatan bisnis galangan kapal secara komprehensif, termasuk pekerjaan pembuatan kapal baru dan reparasi melalui simulasi interaktif. Kedua, tata cara meningkatkan keseluruhan produktivitas masing-masing perusahaan galangan kapal.
Ketiga, sistem pembangunan kapal yang modern serta adopsi teknologi yang dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi pembangunan kapal baru. “Adapun keempat, kegiatan kunjungan di Jepang yang dapat memberikan informasi sangat berharga terkait proses bisnis galangan kapal di Jepang, serta sistem yang mereka gunakan sampai budaya kerja di sana,” tutur Hendro.