Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Program pembiayaan yang diberikan oleh PT Permodalan Nasional Madani atau PNM turut berkontribusi pada upaya pemerintah untuk menghapus kemiskinan ekstrem di Indonesia. Saat ini, data nasabah perusahaan anggota BUMN Holding Ultra Mikro ini pun tengah diintegrasikan dengan data Pensasaran Percepatan Penghapusan Kemiskinan Ekstrem (P3KE).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Saat ini kami sedang mengintegrasikan data kami, data nasabah, perkembangan nasabah, dan sebagainya, dengan data P3KE, yang saat ini data ini ditetapkan menjadi sumber data dalam semua program-program pemerintah,” kata Direktur Utama PNM, Arief Mulyadi dalam media gathering di Menara PNM, Jakarta, Jumat, 11 November 2022.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Hingga Oktober 2022, jumlah nasabah PNM mencapai 13,15 juta. Jumlah itu naik 21,48 persen dibandingkan Oktober 2021 sebanyak 10,8 juta nasabah. Menurut Arif, sebagian besar nasabah tersebut adalah kelompok masyarakat miskin yang menjalankan usaha ultra mikro, mikro dan kecil.
Pertumbuhan jumlah nasabah PNM ini juga diikuti dengan pertumbuhan jumlah pembiayaan. Per Oktober 2022, PNM menyalurkan pembiayaan sebesar Rp51,6 triliun, naik 30 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang sebesar Rp39,69 triliun.
Arief menjelaskan, melalui program Pembiayaan, baik program Mekaar (Membina Ekonomi Keluarga Sejahtera), maupun program Unit Layanan Modal Mikro (ULaMM), PNM berkontribusi pada program penghapusan kemiskinan di Indonesia, terutama miskin ekstrem. “Ini suatu tantangan sekaligus motivasi bagi kami, bahwa apa yang kami lakukan sangat mendukung program prioritas nasional dalam rangka penurunan angka kemiskinan terutama yang miskin ekstrem,” ujarnya.
Menurutnya, dengan adanya integrasi data P3KE dengan data nasabah PNM, akan membantu pelaksanaan program PNM kedepan. Ini juga sekaligus memberikan tambahan semangat bagi PNM, karena program yang dilakukan PNM sejalan dengan program prioritas pemerintah dalam mengentaskan kemiskinan di Indonesia.
"Harapannya kedepan setelah mendapatkan pembiayaan dan pemberdayaan yang kami berikan, masyarakat terutama nasabah kami, nasabah PNM, khususnya nasabah PNM Mekaar, bisa memiliki kemandirian ekonomi dan secara lokal maupun nasional akan ada multiplier effect dari pertumbuhan aktivitas ekonomi yang mereka lakukan,” kata Arief.
PNM pun menargetkan penyaluran pembiayaan senilai Rp70 triliun pada 2023. Untuk mendukung ekspansi pembiayaan, PNM akan mengandalkan pendanaan yang didominasi dari pasar modal.
Jika dikalkulasikan sejak PNM berdiri, telah menyalurkan pembiayaan sebesar Rp156,79 triliun kepada nasabah PNM Mekaar. “InsyaAllah target penyaluran pembiayaan di 2023 mencapai Rp70 triliun, memang kami harus lebih jeli dan kreatif untuk mencari dana, tetapi kami lebih optimis,” ujarnya.
PNM telah menyiapkan sejumlah rencana di periode 2023 salah satunya adalah dengan tetap mengakuisisi jumlah nasabah. Hal ini sebagaimana amanat Presiden Joko Widodo yang diharapkan agar nasabah PNM dapat menembus 20 juta pada periode 2024.
“Dengan bertambah luas dan bertambah banyak nasabah, kehadiran negara untuk memberikan kesempatan orang lebih produktif dengan mendapatkan pembiayaan juga semakin meluas,” kata Arif.
Kedua, mengintegrasikan kemampuan, kapasitas, dan aset untuk memberikan nilai tambah kepada para pelaku ultra mikro. Sebab, PNM memiliki target untuk memperluas kesempatan masyarakat untuk mengaktualisasikan kemampuan produktif guna mendapatkan permodalan.
Ketiga, mengakselerasi pelaku usaha untuk terus tumbuh guna mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Arif mengatakan, PNM juga akan menerbitkan bond atau obligasi syariah pada awal 2023, yang sebenarnya direncanakan untuk diterbitkan di akhir 2022.
"Nilainya sambil baca keadaan di pasar, kalau bisa dan peluangnya bagus mungkin sampai Rp4 triliun. Kalau tidak, kita buat bertahap Rp2 triliun. Selebihnya kebetulan dari cash flow internal dari penyaluran masih bisa kami upayakan," ujar Arif.