Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sembilan orang penari Saman beserta satu penyanyi atau pemberi aba-aba membuka acara Police Art Festival 2022 di Taman Ismail Marzuki, Sabtu 17 Desember 2022. Penari difabel dari Pelita Laras Indonesia itu membuka acara dengan meriah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Mengusung tema “Menciptakan Lingkungan Masyarakat Inklusif, Aman, dan Ramah Disabilitas”, Police Art Festival kembali mengajak para seniman untuk berpartisipasi dalam menggambar mural untuk mengekspresikan pesan, kritik, dan saran kepada Kepolisian Republik Indonesia. Sebelumnya kegiatan sejenis pernah diadakan tahun lalu bertajuk Bhayangkara Mural Festival 2021.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Tahun ini dalam rangka Hari Disabilitas Nasional, kami mengajak teman-teman disabilitas untuk ikut serta menggambar mural,” kata Kepala Divisi Humas Polri Irjen Pol Dedi Prasetyo saat membuka acara.
Dedi, yang saat itu mewakili Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo, mengatakan, Polri berupaya menggelar event untuk masyarakat yang adil dan ramah kepada disabilitas. “Polri berusaha memberikan wadah bagi Seniman untuk semangat berkolaborasi.”
Kepala Divisi Humas Polri Irjen Pol Dedi Prasetyo saat membuka acara Police Art Festival 2022 di Taman Ismail Marzuki, Sabtu 17 Desember 2022. Foto: Purwanta BS.
Jenderal Listyo Sigit Prabowo, kata Dedi, membuka ruang publik untuk masyarakat bisa memberikan kritikan. “Musisi jalanan juga bisa mengkritisi kita. Kami membuka ruang juga untuk generasi milenial dalam mengekspresikan melalui video atau vlog.”
Menurut Dedi, kegiatan tidak berhenti di tahun ini. Tahun depan Polri dan Tempo Media sepakat akan membuat kegiatan yang lebih kompleks lagi. “Yang belum beruntung ikut berpartisipasi tahun ini bisa ikut di tahun depan.”
Dedi pun mengucapkan terimakasih kepada para seniman yang telah berpartisipasi di Police At Festival. “Terimakasih telah menghasilkan karya yang lebih baik dan menginspirasi.”
Direktur Utama PT Tempo Inti Media Arif Zulkifli menuturkan, Polri Art Festival adalah kegiatan tahunan yang kini masuk tahun kedua. Awalnya kegiatan ini digagas Kapolri Listyo Sigit Prabowo dikarenakan terdapat respons negatif terhadap salah satu mural saat itu. “Mula-mula peserta kurang banyak, namun dengan sinergi yang baik dan tim Tempo memiliki jaringan menambah peserta menjadi 700-an,” kata dia.
Kepala Divisi Humas Polri Irjen Pol Dedi Prasetyo melihat langsung acara Police Art Festival 2022 di Taman Ismail Marzuki, Sabtu 17 Desember 2022. Foto: Purwanta BS
Keraguan untuk mengangkat kritikan dalam bentuk mural, kata Arif, juga sempat muncul. Namun, Kapolri justru mempersilakan menggambar mural yang sifatnya kritik membangun.
Arif menuturkan, sebuah studi di Eropa menunjukkan bahwa kota yang rajin mengadakan festival maka ketegangan di dalam masyarakatnya akan turun atau hilang. Di dalam seni, perbedaan bisa direduksi. Orang bisa diteduhkan untuk melihat sesuatu lebih.
“Dampak Pemilu 2024, sekarang mulai tegang. Oleh karena itu, media massa memegang peranan. Pesan kalau pemberitaan diolah sehingga bisa menekan tensi. 2019 sampai sekarang tensi terasa. Ini jadi tanggung jawab kita.”
Dalam pembentukan Taman Ismail Marzuki, kata Arif, terdapat peran Gubernur Ali Sadikin. Begitu juga dalam pembentukan Tempo. “Sinergi tiga pihak yaitu Dewan Kesenian, Polri, dan Tempo. Tahun depan akan diadakan kegiatan seperti ini. Ketegangan bisa diredam tahun depan,” ujar dia.
Police Art Festival diikuti oleh Seniman difabel, Seniman jalanan, serta perwakilan dari berbagai Polda. Total terdapat 45 tim yang terlibat, terdiri atas 10 Tim Polda, 15 tim Seniman difabel, dan serta 20 tim seniman jalanan. (*)