Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

olahraga

Turun Kelas demi Naik Podium

Atlet angkat besi putri Siti Nafisatul Hariroh meraih medali emas angkatan clean and jerk kelas 45 kilogram Kejuaraan Angkat Besi Asia 2022 di Bahrain.

23 Oktober 2022 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Lifter putri Indonesia, Siti Nafisatul Hariroh, meraih medali emas angkatan clean and jerk kelas 45 kilogram Kejuaraan Angkat Besi Asia 2022 di Bahrain.

  • Agar lebih berprestasi, Siti Nafisatul Hariroh rela turun kelas dari 49 kilogram ke 45 kilogram.

  • Ia menargetkan medali emas dalam SEA Games 2023 di Kamboja.

DENGAN tumpuan kaki agak goyah, Siti Nafisatul Hariroh mencoba melakukan angkatan clean and jerk seberat 91 kilogram. Lifter putri 21 tahun Indonesia itu harus maju setidaknya dua langkah agar bisa menstabilkan posisinya. Ia pun berhasil melakukan angkatan dengan sempurna dalam Kejuaraan Angkat Besi Asia atau International Weightlifting Federation Asian Championships 2022 di Manama, Bahrain, Sabtu, 8 Oktober lalu.

Angkatan clean and jerk Nafis—sapaan akrab Siti Nafisatul Hariroh—menjadi yang teratas di kelas 45 kilogram yang diikutinya. Nafis pun naik podium untuk menerima medali emas. Sedangkan di angkatan snatch, ia harus puas berada di peringkat kedua dengan berat beban 71 kilogram. Begitu pula di angkatan total dengan beban 162 kilogram. Medali emas snatch dan total angkatan diraih lifter Vietnam, My Phuong Khong, dengan berat beban 78 kilogram dan 166 kilogram.

Keberhasilan dalam kejuaraan Asia 2022 ini membuat Nafis lebih percaya diri dapat menyumbangkan medali emas dalam SEA Games 2023 Kamboja. Dalam SEA Games 2021 Vietnam, lifter kelahiran Blora, Jawa Tengah, 14 April 2001 ini hanya memperoleh medali perunggu. "Di kejuaraan Asia itu alhamdullilah bisa mengalahkan Vietnam di clean and jerk," kata Nafis saat dihubungi, Kamis, 20 Oktober lalu. “Jadi di SEA Games Kamboja nanti bisa lebih semangat. Tinggal mengejar lagi.”

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Siti Nafisatul Hariroh saat berlaga dikelas 45 kg, hari pertama International Weightlifting Federation Asian Championships 2022 di Manama, Bahrain, 8 Oktober 2022/Dok bwf.bh

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Demi mengejar prestasi dalam pesta olahraga se-Asia Tenggara itu, Nafis rela turun kelas dari 49 kilogram ke 45 kilogram. Padahal di kelas 49 kilogram ia bersaing dengan lifter putri terbaik Indonesia, Windy Cantika Aisah. Ketika berlaga dalam Pekan Olahraga Nasional XX Papua, Nafis meraih medali perak dengan total angkatan 170 kilogram (snatch 75 kilogram dan clean and jerk 95 kilogram). Medali emas menjadi milik Windy dengan total angkatan 192 kilogram (snatch 87 kilogram dan clean and jerk 105 kilogram).

Dalam Kejuaraan Dunia Angkat Besi 2021 di Tashkent, Uzbekistan, yang berlangsung pada 7-17 Desember 2021, Nafis masih turun di kelas 49 kilogram kategori junior. Waktu itu ia meraih peringkat kelima. "Pas gabung pelatnas (pemusatan latihan nasional) lagi di Januari 2022 sudah mulai diet karena sudah berkomunikasi dengan pelatih untuk pindah kelas ke 45 kilogram," ujar lulusan Pusat Pendidikan dan Latihan Olahraga Pelajar Semarang ini.

Sejak bergabung dengan pelatnas angkat besi, Nafis bertekad mengikuti semua saran pelatih. Ketika harus menjalani diet ketat demi menurunkan berat badan menjadi 45 kilogram, ia rela tak menyentuh minuman dengan campuran es. Ihwal makanan, ada beberapa pantangannya, yakni makanan manis, asin, dan berminyak. "Itu perjuangan banget waktu harus turunin bobot dari 51 ke 45 kilogram. Kalau sekarang agak cepat karena turunin dari 47 ke 45 kilogram," ucapnya.

Jerih payah Nafis untuk berprestasi di kelas baru tidak sia-sia. Dalam SEA Games Vietnam, yang merupakan kompetisi internasional perdananya di level senior, ia mampu menyumbangkan medali perunggu. Di angkatan snatch, Nafis mengangkat beban 72 kilogram, sementara di clean and jerk berat angkatannya 90 kilogram. Medali emas snatch diperoleh atlet Vietnam, My Phuong Khong, dengan beban seberat 80 kilogram. Adapun medali emas clean and jerk diraih lifter Thailand, Thanyathon Sukcharoen, dengan berat beban 95 kilogram.

Prestasi Nafis makin berkibar ketika ia tampil dalam Islamic Solidarity Games (ISG) 2021 di Konya, Turki, 11 Agustus lalu. Nafis memborong tiga medali emas di kelas 45 kilogram setelah membukukan total angkatan 159 kilogram (snatch 88 kilogram dan clean and jerk 71 kilogram). Di cabang olahraga angkat besi ISG ke-5 ini, Indonesia menduduki peringkat kedua dengan 12 medali emas, 7 perak, dan 10 perunggu.

Pilihan Nafis pindah ke kelas 45 kilogram membuat jalannya untuk tampil dalam Asian Games 2023 dan Olimpiade 2024 Paris tertutup. Dua event itu hanya melombakan kelas 49 kilogram. Menurut Nafis, kembali ke kelas 49 kilogram dalam waktu dekat tak memungkinkan. Untuk menambah bobot dan mengembalikan kekuatan guna bersaing di level dunia, dibutuhkan latihan yang lebih berat dan proses lebih lama. "Apalagi di kelas 49 kilogram ada Windy Cantika dan Luluk Diana," katanya.

Nafis mengenal olahraga angkat besi saat pengurus Perkumpulan Angkat Besi Seluruh Indonesia (PABSI) Kabupaten Blora datang ke sekolahnya, Sekolah Menengah Pertama Negeri 5. Nafis bercerita, ketika itu, saat duduk di kelas VII, ia tertarik karena omongan orang tuanya tentang kelebihan atlet. "Ayah sering memberi wejangan, jika ingin mudah mendapat pekerjaan, lebih baik menjadi atlet. Waktu itu peraih medali emas di PON saja bisa menjadi pegawai negeri,’’ tutur Nafis.

Pada 2013, Nafis mulai berlatih angkat besi dengan pelatih Nguritno. Sempat berhenti nyaris setahun karena adanya masalah di PABSI Blora, Nafis kembali berlatih pada 2014 di bawah arahan Wici Kartini. Ketika itu akan digelar kejuaraan daerah sehingga semua atlet yang pernah berlatih dikumpulkan lagi. "Pelatih sempat datang ke rumah karena dua bulan lagi kejuaraan. Syukur, waktu itu bisa dapat medali perak. Secara angkatan sama dengan peraih medali emas, tapi badan saya lebih berat," ujarnya.

Impian Nafis menembus pelatnas PABSI terwujud ketika ia berhasil mengukir prestasi dalam Pra PON 2019 yang berlangsung di Bandung. Alumnus SMA Negeri 11 Semarang ini meraih dua medali perunggu dan satu medali perak melalui angkatan clean and jerk. "Sehabis itu diajak gabung pelatnas pas awal pandemi Covid-19," kata putri pasangan Sarmidi dan Sulasmi ini.

Pelatih PABSI yang menangani Nafis di pelatnas, Erwin Abdullah, bercerita, ia menawari Nafis pindah kelas karena persaingan di kelas 49 kilogram begitu sulit dengan keberadaan Windy. Dalam diskusi pun diketahui keinginan Nafis lebih berprestasi di kelas berbeda. "Nafis sempat bilang ingin 45 aja. Saya juga melihat perkembangan dan keinginannya. Makanya kami putuskan di 45 kilogram dengan melihat postur tubuhnya yang cocok dengan kelas itu," ucap Erwin saat dihubungi, Kamis, 20 Oktober lalu.

Siti Nafisatul Hariroh/ANTARA/Zabur Karuru

Setelah Nafis mantap berlatih di kelas 45 kilogram, Erwin harus secepatnya menyusun program baru bagi dia, yang ketika itu harus berlaga dalam SEA Games Vietnam. Ia sebagai pelatih pun harus bersabar menghadapi kondisi psikologis Nafis yang sempat naik-turun akibat diet ketat yang dijalani. "Masa persiapannya itu luar biasa. Lifter kalau lagi turunin berat badan itu kayak cuaca di musim hujan, senggol bacok. Ini pentingnya komunikasi antara lifter dan pelatih," ujar ayah lifter Rahmat Erwin Abdullah tersebut.

Erwin mulai menyusun program latihan yang sesuai dengan kelas 45 kilogram yang menjadi pilihan Nafis. Ia harus membantu anak asuhannya itu beradaptasi karena, dengan turunnya berat badan, kemampuan atlet secara otomatis bisa ikut turun. "Kami sebagai pelatih harus pandai membuat dia bisa beradaptasi dengan cepat sehingga dia bisa mengangkat yang kami targetkan," tuturnya.

Erwin menyarankan Nafis lebih berfokus di kelas 45 kilogram angkat besi agar dapat mengukir prestasi lebih baik. Ia pun bertekad mengatasi kelemahan Nafis dalam sesi latihan. "Perlu peningkatan power lagi. Kalau dari segi mental, dia jago, dari sisi psikis oke, lah. Tapi kadang kalau tidak diasah terus faktor nonteknis bisa merusak," kata Erwin.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus