Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

tokoh

Cinta Pertama Avip Priatna pada Arsitektur

Konduktor Avip Priatna menghidupkan kembali kecintaan masa kecilnya pada arsitektur.

15 September 2024 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BELAKANGAN, konduktor Avip Priatna kembali tenggelam dalam dunia yang pernah menjadi impiannya di masa kecil: arsitektur. Meski namanya telah melambung di kancah musik klasik, pria 59 tahun itu tak pernah meninggalkan dunia arsitektur yang menjadi bagian dari dirinya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Avip mulai kembali menghidupkan kecintaannya pada arsitektur di sela-sela waktu luangnya. Menurut dia, hobinya itu bukan sekadar untuk bersantai, tapi menciptakan karya baru di luar profesinya sebagai konduktor. “Saya mulai merancang rumah. Itu memang hobi saya,” kata Avip kepada Tempo, Sabtu, 31 Agustus 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Saat Tempo menemuinya, Avip baru saja memimpin konser “Simfoni untuk Bangsa” yang digelar di Jakarta Concert Hall, Menteng, Jakarta Pusat. Ini sebuah pertunjukan yang menyuguhkan komposisi musik klasik dalam balutan orkestra yang digubah dari lagu-lagu pop era 2000-an.

Bagi Avip, dunia musik dan arsitektur tidak pernah benar-benar terpisah. Keduanya adalah cara dia mengekspresikan cinta yang sama terhadap keindahan dan harmoni, meski akhirnya ia memilih musik klasik sebagai jalan hidupnya. “Sekarang waktu luang saya dipakai untuk buat desain,” ujar lulusan arsitektur Universitas Katolik Parahyangan, Bandung, tersebut.

Karena itu, Avip menambahkan, ia terus berupaya agar musik dan hobinya merancang bangunan bisa berjalan paralel. Sambil terus bermusik, dia mendesain, merenovasi, bahkan menjual rumah yang ia rancang sendiri. “Kalau orang mungkin harus bayar arsitek, tapi saya bisa sendiri saja,” ucap pendiri dan direktur musik Jakarta Concert Orchestra dan Batavia Madrigal Singers itu.

Hari-hari Avip pun kini diisi dengan keseimbangan di antara dua dunia yang ia cintai tersebut. Seperti nada-nada simfoni yang harmonis, ia menyatukan dua gairah hidupnya itu dalam satu kesatuan yang padu, menghasilkan karya yang tak hanya indah didengar, tapi juga dipandang.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus