Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Aktor Cok Simbara sangat menggemari golf dan rajin mengikuti turnamen.
Cok Simbara belajar golf dari mertuanya sejak 1980-an
Kini Cok mulai mengerem berburu turnamen golf.
KEGEMARAN Cok Simbara pada golf belum habis. Di usianya yang sudah 69 tahun, aktor kawakan ini masih sempat ikut turnamen golf amatir di Bandung, Kamis, 15 September lalu.
Gara-gara ikut turnamen itu Cok batal datang ke gala premier film Noktah Merah Perkawinan. “Produsernya sudah minta saya datang, tapi pas lagi di Bandung ikut turnamen,” kata pemilik nama lengkap Ucok Hasyim Batubara ini di rumahnya yang asri di Bintaro, Tangerang Selatan, Rabu, 28 September lalu.
Cok adalah aktor utama Noktah Merah Perkawinan ketika sinetron itu meledak pada 1996. Cok memerankan Priambodo, suami Ambarwati, yang dibintangi oleh Ayu Azhari. Di versi layar lebar, yang juga digarap Rapi Films, Priambodo berubah menjadi Gilang, yang diperankan oleh Oka Antara.
Agaknya tak banyak yang tahu Cok gila golf. Menurut Cok, mertuanyalah yang mengenalkannya pada golf. Turnamen pertama yang dia ikuti adalah sebuah kejuaraan amatir di Lapangan Golf Senayan pada 1981. “Saat itu saya mainnya masih jelek,” ujar Cok.
Meski begitu, Cok selalu terkenang akan turnamen golf pertamanya itu karena dia justru mendapat hadiah utama saat lucky draw, sebuah sepeda aerobik. “Mertua saya senang banget. Waktu itu yang kasih hadiah Kepala Staf TNI Angkatan Darat Poniman, tahun 1981.”
Yang juga paling Cok kenang adalah kemenangannya di Handara Golf Course Bali pada 2003. Saat itu Bali TV menggelar turnamen amatir di hotel dan padang golf yang terletak di antara Danau Buyan dan Beratan.
Cok bercerita, dia ikut turnamen itu secara kebetulan. Mulanya dia sedang syuting sebuah film di Bali selama tiga bulan. Setibanya di Bali dia langsung mencari driving range di hotel tempat dia menginap, Sanur Beach Hotel. Di sana dia berkenalan dan berbaur dengan pegolf lokal, beberapa berstatus pemain PON Bali. “Habis syuting sampai pagi, saya langsung ke Handara, berangkat ngantuk-ngantuk,” tuturnya.
Tiba di Handara, banyak yang ragu terhadap Cok. “Waduh, ada pemain sinetron ikut main.” Saat pengumuman hasil, rupanya Cok meraih Best Gross Overall dari seratusan pegolf yang turun ke padang rumput. “Mohon maaf, agak gaya ini, karena saya saat itu mengalahkan pemain PON Bali.”
Boleh dibilang golf telah menjadi bagian dari hidupnya. Cok mengaku pernah mengalami fase kecanduan golf. Semasa muda dia kerap bermain golf dari selepas subuh hingga gelap tiba. “Kalau orang biasanya main 18 hole atau 36 hole, saya bisa 45 hole. Dua setengah putaran.”
Namun kini Cok mulai mengerem kegilaannya bermain golf. Ia pun tak lagi menggebu berburu turnamen. “Fisik sudah enggak kuat,” tutur Cok.
Lagi pula dua lemari yang memajang trofi kemenangannya sejak dia mengikuti turnamen pertamanya pada 1981 sudah penuh. Sebagian pialanya malah menjadi vas bunga dan wadah kembang gula. “Yang paling lucu, istri saya pakai salah satu piala itu buat hadiah kejuaraan anak-anak,” ucap Cok.
Obsesi Cok untuk mengunjungi lapangan golf tertua di dunia, The Old Course at St Andrews, Skotlandia, juga sudah tercapai pada 2016. “Kalau bagi muslim, naik hajinya ke Mekah. Buat pegolf, mengunjungi lapangan tertua itu,” ujarnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo