Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ekonomi

Apa Sebab Kisruh Proyek Pembangkit Listrik Jawa 1

Rencana operasi PLTGU Jawa 1 terus mundur dari tenggat. Penggunaan turbin baru dan cara pemasangan pipa gas jadi persoalan.

21 Mei 2023 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Rencana operasi PLTGU Jawa 1 terus mundur dari target.

  • Penggunaan turbin baru buatan GE menjadi persoalan.

  • Nilai keekonomian proyek PLTGU Jawa 1 bisa jadi menurun.

MESKI sama-sama memakai tenaga gas uap, dua pembangkit listrik ini berbeda nasib. Uji coba Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU) Tambak Lorok Blok 3 di Semarang, Jawa Tengah, berjalan sukses. Sedangkan PLTGU Jawa 1 di Cilamaya, Karawang, Jawa Barat, gagal berfungsi. Padahal kedua PLTGU ini memakai mesin buatan General Electric (GE).

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menurut General Manager Indonesia Power Semarang Power Generation Unit Buyung Arianto, GE buru-buru melakukan re-engineering atau merekayasa kembali mesin PLTGU Tambak Lorok setelah terjadi masalah di PLTGU Jawa 1. Masalah yang terjadi di PLTGU Jawa 1 menjadi referensi untuk re-engineering mesin di PLTGU Tambak Lorok, pembangkit yang dikelola Indonesia Power, anak perusahaan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN. "Belum sampai terjadi persoalan karena ada re-engineering," kata Buyung kepada Tempo pada Jumat, 19 Mei lalu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Buyung memberi contoh, komponen yang diutak-atik lagi oleh teknisi GE adalah motor pada pompa bertekanan tinggi broiler feed pump. “Kami melihat, misalnya, komponen bearing yang sudah terpasang dilepas lagi,” ujarnya. Komponen tersebut kemudian diperbaiki di fasilitas milik GE, becermin dari kegagalan yang terjadi di PLTGU Jawa 1. Dengan cara itu, PLTGU Tambak Lorok bisa menempuh fase commissioning atau operasi tahap awal tanpa mengalami kegagalan sistem.

Gagalnya uji coba PLTGU Jawa 1 diungkapkan oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arifin Tasrif di Gresik, Jawa Timur, pada 5 Mei lalu. Menurut Arifin, penyebab mundurnya jadwal operasi pembangkit listrik ini adalah masalah desain alat. PLTGU Jawa 1 seharusnya beroperasi pada 2021. "Ternyata alatnya tidak proven," tuturnya. Saat itu Arifin tak menyebutkan produsen alat yang ia maksudkan. "Big name, dari negara Uncle Sam,” katanya. Arifin pun mengatakan, “Kalau memilih harus barang yang sudah terbukti jalannya bagus." 

Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati (ketiga dari diri) saat konferensi pers seusai groundbreaking PLTGU Jawa 1 di Cilamaya, Karawang, Jawa Barat, Desember 2018.

Padahal PLTGU Jawa 1 digadang-gadang sebagai pembangkit listrik tenaga gas terbesar di Asia Tenggara dengan kapasitas 1.760 megawatt (MW). Infrastruktur penghasil listrik ini terintegrasi dengan floating storage regasification unit atau FSRU, fasilitas pemasok gas terapung. PLTGU Jawa 1 dirancang menggunakan dua turbin gas yang memiliki tingkat efisiensi di atas 60 persen, sama seperti PLTGU Tambak Lorok Blok 3. 
 
PLTGU Jawa 1 mulai dibangun pada Desember 2018 dengan anggaran US$ 1,75 miliar atau sekitar Rp 26 triliun. Pembangkit listrik ini menjadi model penghasil energi bersih yang paling efisien dengan tarif listrik US$ 5,336 sen per kilowatt-jam. PLTGU Jawa 1 dikelola PT Jawa Satu Power, perusahaan patungan PT Pertamina Power Indonesia atau Pertamina New Renewable Energy (Pertamina NRE) dan Marubeni Corporation serta Sojitz Corporation. Pertamina NRE dan Marubeni memegang 40 persen saham, sisanya milik Sojitz. 

Pertamina NRE juga mendirikan PT Jawa Satu Regas selaku operator FSRU, bermitra dengan Mitsui OSK Line dan Humpuss. Mekanisme pendanaan menggunakan project financing, yaitu 98 persen proyek dibiayai sejumlah bank pemberi kredit dan 2 persen sisanya dari modal konsorsium. Jawa Satu Power menunjuk konsorsium GE, Samsung C&T, dan PT Meindo Elang Indah sebagai kontraktor rekayasa, pengadaan, dan konstruksi (EPC). 

Petugas di area Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap Tambak Lorok, Semarang, Desember 2015.

Dalam proyek ini, GE menyediakan turbin gas tipe 9HA.02 dengan teknologi generasi terbaru single shaft combined cycle gas turbine. GE mengklaim turbin ini memiliki tingkat efisiensi termal 60-65 persen. Turbin 9HA.02 dengan kapasitas produksi listrik 557 MW meluncur pada 2018 bersama tipe 9HA.01 dengan kapasitas 446 MW. Dalam laman resminya, GE menyebutkan turbin seri 9HA bisa menekan emisi hingga karbon dioksida setara dengan 125 ribu mobil di Amerika Serikat dan 360 ribu mobil di Eropa. 
 
GE menjuluki turbin gas 9HA "HArriet". Presiden dan Kepala Eksekutif GE Gas Power Systems Joe Mastrangelo mengatakan HArriet menjadi pelengkap pembangkit energi terbarukan intermittent karena dapat menaikkan dan menurunkan daya 65 MW per menit, tanpa melebihi ambang batas emisi karbon, untuk menjaga stabilitas gardu listrik. GE pun mengklaim, karena keunggulannya, sebanyak 70 unit HArriet terjual di seluruh dunia dan mereka sudah menerima pesanan 37 unit lain. Selain menyediakan turbin gas, GE menggarap layanan pemeliharaan selama 25 tahun. 

Berbagi pekerjaan dengan GE, dalam proyek PLTGU Jawa 1 Samsung menggarap konstruksi dan peralatan lain. Sedangkan Meindo Elang Indah menggarap pekerjaan di sisi laut, seperti jetty atau terminal, pipa gas, dan pipa air pendingin. Jawa Satu Power juga menunjuk Samsung Heavy Industries untuk membangun kapal FSRU yang menampung gas dari Lapangan Tangguh, Papua.

•••

PERSOALAN pada Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap Jawa 1 sudah terendus pada tahap first fire atau fase penyalaan turbin untuk pertama kalinya. “First fire on-off (mati dan hidup) di PLTGU Jawa 1 sudah sering terjadi, tidak terhitung,” kata sumber Tempo. Padahal, jika fase ini terlampaui, PLTGU Jawa 1 bisa memasuki tahap commissioning, sinkronisasi, performance test, reliability test, hingga periode operasi komersial atau commercial operation date (COD).

Menurut sumber Tempo, manajemen Jawa Satu Power sebenarnya sudah mengidentifikasi masalah pada teknologi baru GE yang belum proven atau terbukti berhasil. Pada satu fase, dia mengungkapkan, ada opsi kembali ke teknologi lama dan bahkan mengganti GE selaku pemasok turbin PLTGU. Persoalan itu disampaikan kepada PT Pertamina (Persero) selaku induk usaha Jawa Satu Power dan Pertamina NRE. "Tapi tak ada solusi yang konkret," ucapnya. 

Gagalnya uji coba turbin ternyata tidak hanya terjadi di PLTGU Jawa 1. General Manager Indonesia Power Semarang Power Generation Unit Buyung Arianto mengaku pernah mendapat kabar bahwa persoalan serupa terjadi pada proyek pembangkit listrik di Malaysia dan Bangladesh yang juga memakai turbin GE. "Karena itu, GE memperbaiki turbin di PLTGU Tambak Lorok sehingga terhindar dari kejadian yang sama,” ujarnya. Buyung mengatakan pembangunan PLTGU Tambak Lorok sebenarnya sudah rampung dan semua peralatan telah dipasang. Namun persoalan turbin di proyek lain memaksa kontraktor menjalankan re-engineering

Ada persoalan selain masalah turbin dalam proyek PLTGU Jawa 1. Pemasangan pipa gas yang menghubungkan pembangkit listrik dengan kapal FSRU sepanjang 20 kilometer pun sempat bermasalah. Pada Agustus-September 2022, pipa yang membentang sejauh 14 kilometer yang semestinya ditanam 2 meter di dasar laut tiba-tiba mengapung ke permukaan. Sumber Tempo mengatakan hal ini terjadi karena kontraktor hanya meletakkan pipa di dasar laut, lantas menimpanya dengan beban tertentu. Posisi pipa pun berubah karena terseret derasnya arus laut. Pipa itu kemudian mengapung dan tertabrak perahu nelayan.

Saat dimintai tanggapan, Direktur Proyek dan Operasi Pertamina NRE Norman Ginting tak bersedia memberi penjelasan. Ia meminta Tempo menghubungi Sekretaris Perusahaan Pertamina NRE Dicky Septriadi, yang juga enggan memberi tanggapan dengan alasan masalah PLTGU Jawa 1 menjadi kewenangan Jawa Satu Power. “Pertamina NRE hanya salah satu pemegang saham Jawa Satu Power," kata Dicky. Norman sebelumnya menyatakan PLTGU Jawa 1 unit 1 dan unit 2 memasuki tahap commissioning dan akan beroperasi secara komersial pada Agustus-September 2023. 

Country Leader GE Gas Power Indonesia George Djohan juga tak merespons pertanyaan Tempo hingga tulisan ini diturunkan. Tapi sebelumnya George mengatakan PLTGU Jawa 1 tengah memasuki tahap commissioning. “Alat dengan sistem yang kompleks kan perlu disetel ya, supaya jalannya bagus,” tuturnya seusai acara simposium State of the Art pada Rabu, 10 Mei lalu. 

Saat itu George juga mengatakan pembangunan PLTGU merupakan proyek yang kompleks karena memakai ribuan komponen dengan sistem yang rumit. Meski begitu, ia optimistis GE bakal menyelesaikan proyek PLTGU Jawa 1 dengan kualitas sebaik mungkin. “Kami sudah lama di Indonesia, kami berkomitmen memberikan yang terbaik dari sisi kualitas,” ujarnya. George memperkirakan PLTGU Jawa 1 akan memasuki tahap COD pada akhir 2023, molor dua tahun dari jadwal awal Desember 2021.

Berbagai persoalan ini, menurut Direktur Eksekutif Center of Energy and Resources Indonesia Yusri Usman, bisa menyebabkan tingkat keekonomian proyek atau internal rate of return (IRR) merosot. Awalnya IRR proyek ini diperkirakan sebesar 11,14 persen atau di zona aman. Mundurnya jadwal pengoperasian proyek, menurut Yusri, bisa menurunkan IRR menjadi di bawah 6 persen atau masuk zona merah. "“Ketidak pastian waktu operasi komersial akan berakibat skala keekonomian proyek ini jatuh ke zona merah yang berbahaya."

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Di edisit cetak, artikel ini terbit di bawah judul "Kusut Proyek Listrik Jawa-1"

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus