Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Lee Ha-yeon, seorang ahli kimchi ternama dan murid-muridnya menyiapkan kimchi di Institut Budaya Kimchi di Namyangju, Korea Selatan, 21 Agustus 2024. REUTERS/Kim Soo-hyeon
Murid dari ahli kimchi ternama, Lee Ha-yeon, menyiapkan kubis sebelum membuat kimchi di Institut Budaya Kimchi di Namyangju, Korea Selatan, 21 Agustus 2024. REUTERS/Kim Soo-hyeon
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Petani bekerja di ladang kubis kimchi desa Anbandeogi di Gangneung, Korea Selatan, 22 Agustus 2024. Kubis napa tumbuh subur di iklim yang lebih dingin, dan biasanya ditanam di daerah pegunungan yang suhunya jarang naik di atas 25 Celsius selama musim panas yang menjadi musim tanam utama. REUTERS/Kim Soo-hyeon
Para petani meletakkan kubis kimchi yang dikemas di ladang kubis kimchi desa Anbandeogi di Gangneung, Korea Selatan, 22 Agustus 2024. Perubahan iklim menambah tantangan yang dihadapi industri kimchi Korea Selatan. REUTERS/Kim Soo-hyeon
Para petani meletakkan kubis kimchi yang dikemas di ladang kubis kimchi desa Anbandeogi di Gangneung, Korea Selatan, 22 Agustus 2024. Penelitian menunjukkan bahwa cuaca yang lebih hangat akibat perubahan iklim kini mengancam tanaman kubis napa. REUTERS/Kim Soo-hyeon
Lee Ha-yeon, seorang ahli kimchi ternama dan murid-muridnya menyiapkan kimchi di Institut Budaya Kimchi di Namyangju, Korea Selatan, 21 Agustus 2024. Kimchi yang merupakan makanan terkenal Korea Selatan menjadi korban perubahan iklim, karena kualitas dan kuantitas kubis napa menurun akibat meningkatnya suhu. REUTERS/Kim Soo-hyeon
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini