Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Foto

Perjuangan Dua Gadis Kamerun yang Mimpi Menjadi Pemain Sepak Bola

29 Mei 2019 | 08.59 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Foto 1 dari 6

Gaelle Dule Asheri (tengah), Gadis berumur 17 tahun yang gemar bermain sepak bola tengah bertanding persahabatan di lapangan RFA di Yaounde, Kamerun, 4 Mei 2019. Asheri menjadi wanita pertama asal kamerun yang berlatih sepak bola di bawah pelatih profesional di Rails Foot Academy (RFA). REUTERS/Zohra Bensemra

Image of Tempo
Perbesar
Foto 2 dari 6

Gaelle Dule Asheri saat berlatih sepak bola bersama teman prianya di Yaounde, Kamerun, 3 Mei 2019. Warga Kamerun masih menganggap bahwa olahraga Sepak Bola merupakan olahraga bagi pria dan tidak layak dimainkan oleh seorang wanita. REUTERS/Zohra Bensemra

Image of Tempo
Perbesar
Foto 3 dari 6

Gaelle Dule Asheri saat berlatih sepak bola bersama teman prianya di Yaounde, Kamerun, 3 Mei 2019. Asheri tidak pernah melepaskan mimpinya menjadi pemain sepak bola meskipun mimpinya tersebut ditentang keras oleh ibunya yang takut dia akan kehilangan putrinya karena "permainan putra". REUTERS/Zohra Bensemra

Image of Tempo
Perbesar
Foto 4 dari 6

Gaelle Dule Asheri saat berlatih sepak bola bersama teman prianya di Yaounde, Kamerun, 3 Mei 2019. Minat global terhadap sepak bola wanita semakin meningkat dan FIFA berharap lebih dari satu miliar penonton akan menonton Piala Dunia Wanita di bulan Juni. REUTERS/Zohra Bensemra

Image of Tempo
Perbesar
Foto 5 dari 6

Ida Daniela Pouadjeu gadis berumur 16 yang juga merupakan seorang pemain sepak bola di Yaounde, Kamerun, 3 Mei 2019. Di Yaounde Gaelle Asheri tidak sendiri, terdapat temannya Pouadjeu yang juga berjuang untuk menjadi pemain sepak bola wanita dunia. REUTERS/Zohra Bensemra

Image of Tempo
Perbesar
Foto 6 dari 6

Ida Daniela Pouadjeu terlihat bersama bibinya Rosalie Tchamkou (kiri) dan saudara perempuannya Kevine di rumah mereka di Yaounde, Kamerun, 3 Mei 2019. Pouadjeu merupakan seorang yatim piatu, yang dibesarkan oleh bibinya yang pernah memperingatkannya agar tidak bermain sepakbola. Pouadjeu mengatakan dia menggunakan kemarahan itu setiap hari di lapangan. "Saya berlatih keras untuk berhasil dan membuktikan mereka semua salah," katanya. REUTERS/Zohra Bensemra

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus