Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Faith Aweko mengecek kualitas tas tangan jadi yang terbuat dari limbah plastik yang telah selesai dibuat di Reform Africa di Akademi Inovasi Sosial (SINA), di distrik Mpigi, Uganda Tengah 20 April 2021. REUTERS/Abubaker Lubowa
Faith Aweko mengecek hasil tas tangan jadi yang terbuat dari limbah plastik yang telah selesai dibuat di Reform Africa di Akademi Inovasi Sosial (SINA), di distrik Mpigi, Uganda Tengah 20 April 2021. REUTERS/Abubaker Lubowa
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pekerja menyelesaikan pembuatan tas tangan jadi yang terbuat dari limbah plastik di Reform Africa di Akademi Inovasi Sosial (SINA), di distrik Mpigi, Uganda Tengah 20 April 2021. Selain membuat tas tangan dari limbah plastik, Aweko berharap dapat menimbulkan kesadaran lingkungan, daur ulang, dan pengelolaan limbah. REUTERS/Abubaker Lubowa
Faith Aweko mengolah sampah plastik yang akan dijadikan tas tangan di Reform Africa di Akademi Inovasi Sosial (SINA), di distrik Mpigi, Uganda Tengah 20 April 2021. Kini Aweko mempekerjakan delapan wanita dari masyarakat sekitar untuk memproduksi tas tangan dari sampah plastik. REUTERS/Abubaker Lubowa
Faith Aweko memilah sampah plastik bersama pegawainya yang akan digunakan sebagai bahan dasar tas tangan di Reform Africa di Akademi Inovasi Sosial (SINA), di distrik Mpigi, Uganda Tengah 20 April 2021. Selain menjualnya di pasar lokar, Aweko menggunakan media sosial untuk mendapatkan lebih banyak klien di luar negeri. REUTERS/Abubaker Lubowa
Faith Aweko memamerkan tas tangan jadi yang terbuat dari limbah plastik di Reform Africa di Akademi Inovasi Sosial (SINA), di distrik Mpigi, Uganda Tengah 20 April 2021. Tas-tas itu dijual seharga 16 dollar hingga 25 dollar atau sekitar Rp 228.000 - Rp. 375.000 dan memiliki kesepakatan dengan beberapa toko dan pasar lokal. REUTERS/Abubaker Lubowa
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini