Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
MEJA-MEJA di ruang kelas penuh dengan cipratan darah. Sorot lampu berkelir kuning menambah kelam suasana. Replika ruang kelas Sekolah Menengah Atas Hyosan dalam webtoon atawa komik digital bertema zombi asal Korea Selatan, All of Us Are Dead (AOUAD), itu hadir dalam pameran “K-Comics World Tour in Indonesia” yang digelar Korean Cultural Center Indonesia (KCCI) di Jakarta.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tempo berkesempatan mengikuti tur bersama penulis AOUAD, Joo Dong-geun, dalam pembukaan pameran pada Kamis, 5 September 2024. Webtoon kreasi Joo pada 2008 itu sudah diadaptasi dalam drama di platform streaming Netflix yang dirilis pada 28 Januari 2022.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Joo mengungkapkan, akan ada musim kedua untuk drama tersebut. “Sebelum kita melihat musim kedua, pameran ini menjadi pengingat lagi musim pertama seperti apa,” kata Joo dalam sambutannya.
Bertempat di aula seluas 140,14 meter persegi, pameran yang berlangsung di Multifunction Hall KCCI, Jakarta, itu terbagi dalam beberapa zona. Di pintu aula, pengunjung langsung berhadapan dengan papan sketsel yang memuat sejarah kemunculan webtoon.
Zona kedua berada tepat di belakang zona pertama. Pengunjung bisa melihat cuplikan adegan drama AOUAD yang ditayangkan di televisi layar datar. Tepat di bawah televisi, ada pengenalan tentang latar pembuatan serial dan mobile game AOUAD. Kemudian sejumlah poster sampai potongan cerita dalam webtoon AOUAD turut ditampilkan.
Di zona berikutnya, ada sebuah meja berbalut kain hitam yang dilengkapi alat-alat laboratorium, seperti tabung reaksi dan sejumlah labu takar berisi cairan berwarna merah. Area ini merupakan replika ruang sains dalam webtoon AOUAD yang menjadi awal mula kemunculan virus zombi di SMA Hyosan.
AOUAD dalam webtoon. Webtoon
Tiruan lain yang dihadirkan adalah gimnasium. Terdapat tongkat bisbol dan alat panah, senjata utama para tokoh AOUAD untuk melawan zombi. Areanya menempati bagian pojok, tepat di bawah replika ruang kelas.
Dalam pameran tersebut, pengunjung bisa merasakan pengalaman menjadi murid SMA Hyosan. Ada beberapa seragam SMA Hyosan yang seperti dalam dramanya, yaitu kemeja putih dan kardigan berkelir hijau. Pengunjung boleh mengenakan seragam ini. Mirip dengan di serialnya, beberapa kemeja memiliki bercak darah seolah-olah baru saja dikenakan dalam pertarungan melawan zombi.
Para pengunjung juga bisa membuat label dengan nama masing-masing menggunakan stiker huruf yang tersedia. Setelah itu, pengunjung diajak berswafoto melalui cermin besar di salah satu sisi dinding aula. Juga tersedia suvenir yang dibagikan secara gratis.
Joo Dong-geun mengungkapkan, ini adalah pameran All of Us Are Dead kedua yang digelar di luar negara asalnya. Sebelumnya, pameran serupa diselenggarakan di Swedia. “Dan memang sudah lama ingin ke Indonesia. Saat ada pameran ini, saya sangat senang datang ke sini,” ujarnya.
Webtoon All of Us Are Dead mengambil latar SMA di Kota Hyosan yang membuncah karena merebaknya virus zombi. Virus tersebut menginfeksi guru dan siswa, lalu menjalar ke seluruh sekolah. Penghuni sekolah yang masih hidup pun harus bersabung melawan zombi.
Menurut Joo, ia menciptakan All of Us Are Dead karena kecintaannya terhadap genre horor dan thriller. Pada waktu yang sama, tayangan film zombi dari Amerika Serikat tengah populer di Korea. Maka muncullah ide Joo menciptakan karya bertema zombi versi Korea.
Perjalanan Joo sebagai penulis amatir webtoon bermula pada 2008. Setahun kemudian, ia menjadi penulis profesional. Semula Joo berharap karyanya itu bisa diadaptasi menjadi film. Sayangnya, ada banyak kendala menghadang, dari ketidakcocokan dengan kru film hingga masalah kontrak.
Pada 2015, Joo bertemu dengan sutradara Lee Jae-kyoo. Keduanya sepakat mengolah AOUAD menjadi serial atau drama. Joo sempat berharap menjadi orang pertama yang menghadirkan zombi di sinema Korea. Cita-citanya itu pupus lantaran didahului Train to Busan yang dirilis pada 2016 dan menjadi film zombi terbaik di Negeri Ginseng.
AOUAD dalam webtoon. Webtoon
Walau begitu, kesuksesan Train to Busan membawa dampak positif karena masyarakat mulai terbuka terhadap tema zombi. "Itu jadi pintu baru bagi saya," kata Joo.
Setelah dirilis di platform streaming Netflix pada Januari 2022, AOUAD pun menggema. Serial ini menempati peringkat pertama di Netflix seluruh dunia.
Meski sempat tak mau berekspektasi tinggi ketika webtoon itu diadaptasi menjadi serial, Joo mengaku cukup puas melihat drama yang disajikan lantaran ceritanya tak jauh berbeda dengan versi komik digitalnya. Hanya, dia menyayangkan tim panahan kurang banyak dimunculkan dalam serial itu.
Setelah dramanya sukses, popularitas AOUAD berlanjut. Pembaca webtoon, Joo mengungkapkan, tergerak membayar setiap episodenya. Pada 2023, AOUAD dihidupkan lewat wahana rumah hantu di Universal Studios Singapore. Rencananya, karya pertama Joo ini juga bakal dijadikan drama musikal. Kemudian tema “All of Us Are Dead” akan digunakan di Everland, taman hiburan di Korea, untuk Halloween tahun ini.
All of Us Are Dead hanya satu dari sekian webtoon Korea yang sukses dialihwahanakan ke berbagai media. Sweet Home, misalnya, juga meraih popularitas setelah diadaptasi menjadi drama genre monster dan apokaliptik di Netflix dalam tiga musim. Bahkan Universal Studios Singapore akan menghadirkan atraksi horor yang terinspirasi Sweet Home untuk “Halloween Horror Nights” pada 27 September-2 November 2024.
Di genre romansa, ada beberapa judul yang juga cukup terkenal dan diangkat menjadi drama. Di antaranya My ID is Gangnam Beauty yang dirilis pada 2018, Extraordinary You (2019), True Beauty (2020), Yumi's Cells (2021), dan Business Proposal (2022).
Pengamat komik Hikmat Darmawan mengatakan ada beberapa faktor yang membuat manhwa—istilah untuk menyebut komik buatan Korea Selatan—menarik minat pembaca.
Remaja mengenakan seragam sekolah siswa SMA Hyosan dalam webtoon AOUAD dalam pameran K-Comics World Tour in Indonesia, di Jakarta, 5 September 2024. Tempo/Jati Mahatmaji
Hikmat membandingkannya dengan manga atau komik Jepang yang pernah ia teliti. Menurut dia, dalam manga terdapat pose dramatis. Manga juga dikenal dengan gaya kinetiknya yang membuat pembaca seperti sedang menonton film. “Sangat cepat, enggak bergantung pada teks ceritanya," ujar Hikmat.
Adapun manhwa atawa komik Korea, Hikmat menjelaskan, memiliki pose yang lebih dramatis dan daya kinetiknya lebih cepat dari komik Jepang sehingga terasa segar dan sedikit lebih cepat.
Teks pada manhwa juga memudahkan pembaca seperti di Indonesia dan Amerika Serikat. Sementara teks pada manga dibaca dari kanan ke kiri, manhwa dari kiri ke kanan, seperti kebiasaan membaca orang Indonesia dan Amerika.
"Hal-hal seperti itu cukup memudahkan walaupun ada pemasaran yang gencar dan ada platform digital yang menguasai pasar di Asia Tenggara," ucap Hikmat.
Platform webtoon juga berdampak positif untuk Indonesia. Misalnya banyak komikus baru yang muncul dan mendorong pengembangan kekayaan intelektual bisnis komik lokal Indonesia.
Komik lokal yang terangkat lewat platform webtoon antara lain Eggnoid dan Terlalu Tampan. Hikmat mengatakan kedua webtoon tersebut cukup populer dan pernah diadaptasi menjadi film. Melansir dari situs Line Webtoon, Eggnoid sudah dibaca 4,8 juta pengguna dan Terlalu Tampan 2,4 juta pengguna.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Di edisi cetak, artikel ini terbit di bawah judul " Beragam Genre dan Karakter Manhwa"