Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

gaya-hidup

Tren Skuter Tak Lekang Waktu

Peminat sepeda motor jenis skuter atau vespa meningkat beberapa tahun belakangan. Dari seri antik hingga produk terbaru jenis matik.

20 November 2022 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Pehobi skuter antik menaruh nilai tinggi pada orisinalitas seri lawas.

  • Skuter matik tipe 946 atau seri koleksi harganya Rp 100 juta-1 miliar.

  • Sejumlah pehobi mulai menjadikan skuter sebagai kendaraan balap dan touring jarak jauh.

SEGALA macam cara boleh dibilang akan ditempuh ketika seorang pehobi dan kolektor menemukan barang yang diinginkan. Hal sama diceritakan Eran Hutabarat, 38 tahun, yang memiliki hobi mengoleksi sepeda motor jenis skuter. Eran sangat menggemari motor skuter jenama Vespa, buatan perusahaan Italia, Piaggio. Dia pernah memaksa pergi ke sebuah daerah di Aceh Barat demi mendapatkan Vespa seri Douglas buatan 1957.

“Saya sampai pakai pesawat capung dari Medan,” kata Eran saat ditemui di Café Pertimuran, Cipinang, Jakarta Timur, Kamis, 17 November lalu.

Eran menjelaskan, awalnya ia berkomunikasi dengan seorang penjual yang tinggal di daerah Medan, Sumatera Utara, melalui layanan Blackberry Messenger. Saat itu foto profilnya menampilkan dia bersama Vespa antik seri VL2 buatan 1956 yang diberi nama Si Blorok. Penjual pun bercerita bahwa keluarganya di Aceh mempunyai vespa tua peninggalan orang tua.

Eran pun kemudian langsung terbang menuju Medan karena meminta ayahnya menemani menuju Aceh Barat. Saat itu mereka hampir gagal menyeberang ke Aceh karena tak ada rencana penerbangan.

“Saya bilang ke petugas untuk menghubungi kalau ada penerbangan. Setelah dapat, ternyata di pesawat itu cuma lima orang: pilot, kopilot, teknisi, saya, dan ayah saya,” ujarnya.

Mereka mendarat di sebuah bandar udara kecil yang diapit perkebunan sawit. Usahanya setimpal karena Eran berhasil memboyong tiga motor antik dari rumah pemilik tersebut dengan nilai Rp 20 juta. Semua motor kemudian dibawa ke Medan sebelum dikirim ke Jakarta.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hendry Wardhana bersama koleksi vespanya di Cipadu, Tangerang, Banten, 18 November 2022/TEMPO/Magang/Aqsa Hamka

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Eran sudah menaruh minat pada Vespa karena memori masa kecil saat ayahnya memiliki seri VBB 1962 dan Excel 1997. Meski demikian, dia baru memulai hobinya setelah merintis usaha ekspor pada 2012. Saat itu dia berhasil membeli Si Blorok dari rekannya senilai Rp 80 juta. Ini sebuah Vespa antik yang masih 100 persen orisinal, dari cat, mesin, pelek, hingga lampu. Beberapa bagiannya dibiarkan kusam dan berkarat karena tak mau dimodifikasi.

“Ini sudah menemani saya ke mana-mana. Termasuk membawa istri saat hendak melahirkan. Karena saya saat itu tak punya mobil,” tutur Eran mengisahkan skuter yang pernah ditawar dengan cek kosong yang bisa diisi dengan nilai sesukanya tersebut.

Seiring dengan pertumbuhan usaha, Eran kemudian mulai mengumpulkan sejumlah vespa antik dari beberapa wilayah di Indonesia. Salah satunya ketika dia menerima informasi seorang kakek yang menggunakan Vespa Super Sprint atau SS 90 di Manado, Sulawesi Utara. Dia juga pernah mendapat skuter antik dari beberapa rumah tua di kawasan Bandung dan Yogyakarta.

Dia mengaku saat ini hanya memiliki Si Blorok dan Vespa SS 90 warna emas yang full set orisinal. Fanatismenya pada skuter tua dengan kondisi asli pernah membuatnya menjadi pemimpin komunitas Vespa dengan nama Origila pada 2016-2017.

“Banyak Vespa yang sudah saya jual. Hampir semuanya karena alasan sedang butuh uang cukup besar,” ucapnya.

Eran pun tak menafikan adanya fenomena pertumbuhan komunitas dan pehobi vespa dalam kurun lima tahun terakhir. Hal ini dia sadari saat menemukan sejumlah komunitas vespa yang bahkan berbasis perusahaan atau tempat kerja. Dia juga mulai bertemu dengan sejumlah pehobi baru dari berbagai profesi, dari pengusaha, polisi, hingga anak sekolah.

Dia menerangkan, vespa menjadi daya tarik karena bentuknya seksi. Komunitas pencinta motor berbentuk lebah ini juga sudah bertahan lama dan mendunia. Selain itu, budaya pehobi skuter yang tak eksklusif membuatnya bisa merangkul semua kalangan usia, sosial, dan tingkat ekonomi.

“Sangat biasa kalau ada anak vespa saling bantu di tengah jalan walaupun enggak kenal. Bantunya itu bahkan sampai mengantar vespa mogok hingga ke rumah dan ngopi bareng,” ujar Eran.

•••

PEHOBI vespa balap, Hendry Wardhana, 47 tahun, juga membenarkan tumbuh pesatnya hobi skuter belakangan ini, terutama selama masa pandemi Covid-19. Dia menambahkan, sejumlah pehobi motor gede Harley Davidson dan mobil sport kini juga banyak yang membeli dan mengumpulkan sejumlah seri skuter. Bahkan para pemain baru ini tak segan membidik dan menawar tinggi vespa incarannya.

“Sebenarnya bagus. Tapi memang para sultan (julukan para pemilik dana besar) membuat harga pasar kerap tak masuk akal. Bisa sampai ratusan juta rupiah karena mereka banyak cari dan mau beli,” kata Hendry.

Hendry sebelumnya termasuk pehobi motor Harley dan mobil jelajah. Dia mengaku mulai melirik vespa setelah memutuskan pensiun dini sebagai petinggi salah satu perusahaan minyak dan gas bumi pada 2014. Tapi dia ternyata tetap tak bisa menghilangkan hobinya memacu adrenalin. Hal ini yang membuat dia lebih menyukai skuter Italia tipe sport yang memiliki kekuatan dan ketahanan lebih tinggi.

Irwan Hermansyah dengan sebagian koleksinya di kediamannya di Kampung Jalupang, Desa Bandasari, Bandung, Jawa Barat, 18 November 2022/TEMPO/Prima Mulia

Berbeda dengan Eran, Hendry tetap menyukai vespa yang telah dimodifikasi. Bahkan dia kerap mengubah koleksinya agar memiliki tenaga lebih besar untuk balapan dan touring jarak jauh. Salah satunya dengan menambah kapasitas cc dan memasang alat gas spontan.

Hendry mengatakan saat ini memiliki belasan unit Vespa yang didominasi seri Super Sprint. Beberapa di antaranya motor kesayangan, Vespa Sprint Veloce atau Bagol 1974. Dia juga memiliki skuter milik pembalap Agni Herton, Vespa PTS 1979 seharga Rp 80 juta, yang sudah mengalahkan sejumlah pembalap dan teknisi. Meski demikian, dia mengoleksi Vespa full set orisinal, salah satunya Vespa Sprint 1970.

Hendry juga sering mengikuti ajang balap yang digelar sejumlah komunitas di kawasan Senayan, Jakarta; dan Sentul, Bogor, Jawa Barat. Selain itu, dia rutin melakukan touring bersama belasan temannya dalam komunitas Vespa Mad Ride ke berbagai daerah, dari Sumatera, Jawa, Bali, hingga Nusa Tenggara.

“Saya mematahkan anggapan masyarakat umum kalau Vespa itu merepotkan,” ucap Hendry.

•••

SELAIN antik, beberapa seri Vespa memiliki nilai tinggi karena lekat pada kisah atau sejarahnya. Salah satunya skuter milik dokter bedah plastik Bambang Wicaksono, yaitu Vespa VGLB 1963 atau lebih dikenal dengan Vespa Kongo. Skuter berwarna kuning gading dengan bodi mulus tersebut adalah hadiah yang diberikan kepada ratusan anggota Tentara Nasional Indonesia yang tergabung dalam pasukan perdamaian Indonesia atau Kontingen Garuda III di Kongo, Afrika.

“Saya dapat barang ini dari pedagang, waktu itu harganya masih Rp 17 juta. Sekarang sudah di atas kisaran Rp 150 juta,” kata dokter di Rumah Sakit Pusat Angkatan Laut Dr Ramelan Surabaya, Jawa Timur, tersebut.

Menurut Bambang, autentisitas kendaraan ini terbukti dari surat-surat kepemilikan yang masih lengkap. Pada dokumen buku pemilik kendaraan bermotor, pemilik awal skuter tersebut adalah salah satu tentara berpangkat brigadir yang tergabung pada Kontingen Garuda III. Selain itu, Vespa rakitan Jerman tersebut memiliki lambang burung Garuda pada pelat bodi depan.

Skuter yang diberi nama Lasmini itu telah menemani Bambang menempuh berbagai rute touring dari titik Nol Sabang, Aceh, hingga Tana Toraja, Sulawesi Tenggara. Berdasarkan sandiwara radio, Lasmini adalah sosok perempuan lembut yang memiliki sisi liar. “Lasmini sang legenda touring,” tutur Bambang.

Bambang Wicaksono/Dok Pribadi

Selain Vespa Kongo, Bambang memiliki 14 skuter antik lain yang berasal dari tahun buatan di bawah 1970. Beberapa di antaranya SS 90, P 30, Rally, GS MK, GS VS, NA, dan 946. Meski memiliki sejarah, dia menjelaskan, Vespa Kongo tak terlalu banyak memiliki peminat dan cukup umum. Justru koleksinya SS 90 yang kini tengah mengalami lonjakan nilai dari Rp 20 juta menjadi Rp 800-900 juta dalam kurun 15 tahun.

Bambang juga mengaku lebih berminat pada skuter antik dengan kondisi orisinal atau restorasi sehingga tetap mempertahankan bentuk awal. Hal ini yang juga menjadi hobinya berburu onderdil dan aksesori asli Vespa hingga Italia, Belanda, dan Jerman. Dia mengatakan kerap menitip pembelian onderdil bekas pada teman atau kerabatnya di negara-negara tersebut.

“Sebenarnya perusahaan Vespa (Piaggio) juga mengeluarkan spare part baru. Namun saya lebih suka yang buatan asli pada tahun pembuatan. Karena (onderdil) yang keluaran baru, walau lebih bagus, bahannya beda,” kata Bambang.

•••

PERJALANAN selera dan minat terhadap skuter ternyata juga berkembang seiring dengan kegiatan dan kebersamaan di komunitas. Seperti cerita pemilik 30-an Vespa asal Bandung, Jawa Barat, Irwan Hermansyah, 45 tahun.

Irwan mengatakan awalnya sempat mengumpulkan hingga satu lusin Vespa Super buatan 1966-1978. Tapi dia kemudian terpengaruh komunitasnya yang fanatik pada tipe Sprint dan VBB seri 1960-1965. Semua Vespa Super tersebut kemudian dijual kepada pedagang dengan nilai Rp 12-13 juta.

Kini Irwan memiliki 20 vespa yang terparkir pada garasi rumahnya di bilangan Cangkuang, Bandung. Selain Sprint dan VBB, dia hanya memiliki satu skuter seri terbaru, yaitu Vespa Excel 2001. Sebanyak 10 unit skuter lain berada di sejumlah lokasi berbeda. Salah satunya Vespa VBB 1961 warna putih yang menjadi pajangan di sebuah distro Bandung sejak 2010.

“Untuk hobi touring, saya pakai Vespa VBB 1964 yang semuanya asli. Pakai motor itu jadi percaya diri, aman, tenang, enggak takut jebol di jalan,” ujarnya.

Meski demikian, Irwan masih membidik sejumlah vespa tua buatan 1960-1961. Dia juga mengincar Vespa GS 1958 dengan mesin 125 cc. “Saya sudah pernah datang dan bawa uang Rp 100 juta ke rumah pemiliknya. Tapi masih belum dikasih,” kata Irwan.

Bagi Irwan, Vespa juga memiliki banyak ikatan sejarah. Dia mengenal kendaraan asal Italia tersebut karena ayahnya sempat memiliki Tipe PX dan PS 1982. Dia kemudian membeli sendiri skuternya tipe VBB 1962 dengan harga Rp 600 ribu pada 1996. Saat itu dia membeli vespa untuk sarana transportasi kegiatan kuliah.

Bahkan skuter tersebut juga menjadi mas kawin saat meminang istrinya karena keterbatasan dana. “Sampai sekarang motor mas kawin itu disimpan di rumah,” ucap Irwan.

•••

LAIN lagi dengan Anas Syahrul Alimi. Promotor musik ini justru kurang berminat terhadap vespa jadul atau klasik. Dia menilai skuter seri lawas memerlukan perawatan yang rumit. Selain itu, dia mengimbuhkan, jumlah Vespa antik yang masih orisinal sudah sangat jarang. Sebagian besar sudah mengalami restorasi dan modifikasi.

Hal ini yang membuat Anas justru mengincar skuter Italia buatan di atas 2000. Bahkan dia kini berfokus pada Vespa seri collectible item yang kerap merupakan produk kolaborasi dengan tokoh atau jenama dunia. Dia menerangkan, saat ini Vespa memiliki lima seri koleksi premium, yaitu matik 946 Ricardo Italiano, 946 Bellissima, 946 Emporio Armani, 946 Red, dan 946 Christian Dior.

Anas menjelaskan, koleksinya itu telah terbukti menjadi salah satu instrumen investasi. Dia memaparkan harga jual 946 Ricardo telah menembus Rp 400 juta, padahal hanya dibeli Rp 145 juta. Hal yang sama terjadi pada 946 Armani yang harganya mencapai Rp 600 juta dengan harga beli sekitar Rp 200 juta. Bahkan harga 946 Dior telah menembus Rp 1 miliar.

Anas baru saja membeli satu seri kolaborasi Vespa dengan penyanyi asal Kanada, Justin Bieber. Vespa jenis Sprint 150 cc dengan warna penuh putih tersebut kini sudah tersandar di salah satu sudut ruang kerjanya di Yogyakarta. Skuter dengan sebutan Vespa JB ini dia beli langsung dari dealer senilai Rp 76 juta dengan harga jual pasar Rp 120-150 juta per unit. “Baru datang sebulan lalu,” tutur pendiri PT Rajawali Indonesia Communication tersebut.

Vespa 946 edisi Bellissima koleksi Anas Syahrul Alimi di rSleman, Yogyakarta, 16 November 2022/TEMPO/Pito Agustin Rudiana

Saat ini Anas mengaku memiliki 21 vespa, termasuk seri koleksi edisi 70 tahun atau Vespa Settantesimo 2016. Setidaknya dia memiliki dua tipe, yaitu Vespa PX dan Vespa Primavera. Harga keduanya pun sudah berlipat ganda.

Anas mengatakan hobi mengoleksi skuternya berawal dari nostalgia pada masa kecil. Dia masih ingat dengan baik banyak kisah saat sang ayah mengantarnya ke sekolah dengan Vespa. Termasuk kenangan perjalanan ayah dan ibunya dengan skuter pada puluhan tahun lalu.

Penghasilan sebagai promotor musik memungkinkannya memulai minat koleksi Vespa pada 2012. Saat itu dia membeli Vespa LX 125 berwarna merah. Setelah mengetahui seri terbatas, dia memulai fokusnya pada seri koleksi 946 pada 2016.

Meski demikian, dia pernah melepas dua Vespa 946 Ricardo. Satu unit ditukar dengan Vespa BB 1962 yang menjadi satu-satunya vespa antik full set orisinalnya. Satu lainnya dilelang senilai Rp 330 juta untuk dana pendidikan sejumlah mahasiswa Indonesia yang tengah menempuh pendidikan di Mesir.

ANWAR SISWADI (BANDUNG), PITO AGUSTIN RUDIANA (YOGYAKARTA), KUKUH WIBOWO (SURABAYA)

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus