Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Akses internet cepat atau broadband sudah menjadi tuntutan yang wajib dipenuhi di era digital. Kehadiran layanan internet akan berdampak kepada perekonomian. Menurut laporan e-Conomy SEA memperkirakan Indonesia akan meraih capaian gross merchandise value (GMV) sekitar US$110 miliar atau sekitar Rp 1.721 triliun pada 2025. Ekonomi digital dalam negeri juga akan tumbuh mencapai GMV US$ 82 miliar atau sekitar Rp 1.282 triliun pada tahun ini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tidak hanya ekonomi, konektivitas juga berdampak kepada sektor pendidikan, kesehatan dan kesejahteraan masyarakat. Pemanfaatan akses internet akan mempercepat pertumbuhan ekonomi domestik sesuai Visi Indonesia Emas 2045.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Namun, penyediaan akses internet di Indonesia menghadapi tantangan geografis untuk mempercepat konektivitas. Keterbasatan operator telekomunikasi dan penyedia jasa internet, mendorong pemerintah menyediakan akses internet ke seluruh wilayah, khususnya di daerah terdepan, terluar dan tertinggal (3T).
Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) Kementerian Komunikasi dan Informatika berkomitmen mempercepat penyelesaian dan optimalisasi program pembangunan infrastruktur telekomunikasi dan informasi. Direktur Utama BAKTI Kominfo, Fadhilah Mathar, menyatakan semua program yang dikelola berjalan dan diselesaikan melalui tata kelola yang mengacu pada prinsip transparansi, akuntabilitas, responsibilitas dan kepatuhan pada seluruh perundang-undangan.
BAKTI akan mempercepat pembangunan BTS, jaringan serat optik Palapa Ring, dan pengoperasian satelit Republik Indonesia (SATRIA)-1 dan Palapa Ring. Semua program tersebut bertujuan untuk memeratakan akses dan harga dari layanan internet cepat (broadband) di seluruh kota/kabupaten di Indonesia. BAKTI menargetkan seluruh desa di Indonesia masuk dalam jaringan internet pada 2025.