Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

iklan

Siapkan SDM Untuk Wujudkan Kota Kreatif Dunia

Kehadiran MCC menjadi sebuah pengejewantahan Kota Malang yang kian memantapkan langkah menjadi kota kreatif dunia.

13 Agustus 2023 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sebuah gedung dengan desain unik terlihat di Jalan Ahmad Yani Nomor 53, Blimbing, Malang, Jawa Timur. Gedung yang mengusung konsep replika Candi Badut, candi tertua di Jawa Timur itu, dikenal dengan sebutan Gedung Malang Creative Center (MCC).

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MCC merupakan pusat aktivitas pelaku kreatif yang juga tempat untuk pemberdayaan dan pengembangan sumber daya manusia (SDM) dengan fasilitas penunjang. “MCC dibangun bukan keinginan saya semata, tetapi aspirasi dan keinginan komunitas. Dan pemerintah hadir untuk memfasilitasi,” kata Wali Kota Malang H. Sutiaji.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dia menuturkan dia tidak membangun tempat lebih dulu melainkan yang dia bangun adalah komunitas. “Saya punya prinsip, kekuatan itu ibarat mengangkat sesuatu, sekuat apapun tetapi kalau tidak diangkat bersama akan menjadi beban dan terbatas. Maka saya kumpulkan orang-orang, anak-anak ini.”

Mereka ditanyakan minatnya, diajak berkomunikasi. Pemerintah Kota Malang pun membentuk tempat inkubasi bagi anak-anak. “Kita fasilitasi wadahnya.”

MCC pun menjadi wadah bagi para pelaku ekonomi kreatif untuk bisa berkolaborasi dan tumbuh bersama. MCC kini menjadi ‘rumah’ bagi para pelaku 17 subsektor ekonomi kreatif, yakni: arsitektur, film, fotografi, kriya, kuliner, seni rupa, desain produk, aplikasi, game, televisi dan radio, fesyen, pertunjukan, desain interior, periklanan, penerbitan, desain komunikasi visual (DKV), dan musik.

Sebanyak 52 persen dari gedung MCC, digratiskan agar bisa digunakan masyarakat. Sementara sisanya digunakan untuk komersil yang dananya akan digunakan kembali untuk operasional. Hingga awal Agustus 2023, sudah hampir 100 ribu penerima manfaat. “MCC didesain untuk mencetak insan kreatif yang semakin berdaya.

Kami menyiapkan MCC ini bukan untuk Kota Malang saja, tapi tujuannya untuk membangun sistem ekonomi kreatif yang baik,” tambah Sutiaji.

Sutiaji menuturkan, terdapat 16 Perguruan tinggi yang menyusun kurikulum di MCC. Selain itu, terdapat juga perguruan tinggi yang mewajibkan mahasiswanya untuk membuat acara yang ditampilkan di galeri MCC. “Siapapun yang ingin belajar tentang ekonomi kreatif bisa datang ke Kota Malang dan mengunjungi MCC. Dari MCC, ekonomi kreatif bergerak dan branding Kota Kreatif pun makin kuat. MCC merupakan investasi berharga bagi generasi emas bangsa.”

Dibangun sebagai tempat inkubasi, keahlian anak-anak dikembangkan. “Karena bonus demografi jangan menjadi beban negara tetapi justru jadi potensi.”

Dia menambahkan, “tugas pemerintah harus hadir, pemerintah sebagai katalisator menghubungkan yang punya potensi. Pemerintah  punya  otoritas untuk mengkoneksi, pemerintah punya otoritas untuk mengedukasi. Anak- anak kita aset bangsa dan itu saya kira kepentingannya,” kata Sutiaji.

Kehadiran MCC menjadi sebuah pengejewantahan Kota Malang yang kian memantapkan langkah menjadi kota kreatif dunia. Terhitung hingga Juni 2023, sudah ada lebih dari seribu kegiatan oleh para insan kreatif yang dilaksanakan di MCC sejak soft launching pada Desember 2022 lalu. Hal itu tentunya memberikan kontribusi dalam kebangkitan perekonomian Kota Malang.

Kota Malang tumbuh mencapai 6,32 persen pada tahun 2022. Angka ini melebihi pertumbuhan sebelum masa pandemi global Covid-19 dan menjadi rekor tertinggi dalam kurun waktu satu dasawarsa terakhir. Realisasi pertumbuhan ekonomi tersebut telah melampaui target pembangunan 2023 sebesar 5,80 persen dalam tempo setahun lebih cepat.

Pertumbuhan ekonomi ini merupakan buah kolaborasi berbagai pihak dalam pemulihan ekonomi pascapandemi. Kolaborasi hexahelix terus dikuatkan untuk membawa Kota Malang mencapai visi Kota Malang Bermartabat, dan juga visi kedua yakni mewujudkan kota produktif dan berdaya saing berbasis ekonomi kreatif, keberlanjutan dan keterpaduan.

“Dari Malang untuk Indonesia dan Dunia. Akan lahir insan-insan kreatif yang mampu mengharumkan nama Kota Malang dan Bangsa Indonesia,” ujar Wali Kota.

Penyiapan SDM yang kreatif itu pun terintegrasi dengan pembangunan lainnya. Misalnya pengembangan Kawasan Kajoetangan Heritage. Meskipun Kajoetangan telah diresmikan sejak tahun 2018 sebagai destinasi wisata mengusung konsep tempo dulu, namun hingga saat ini Kawasan itu terus dikembangkan. “Penataan orang-orang pelaku kreatif yang berkontribusi pada pengembangan Kajoetangan Heritage kita siapkan di gedung MCC.”

Pemerintah Kota Malang melalui Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan mengelola dan menjaga ekosistem ekonomi kreatif di Kota Malang melalui MCC. “E commerce, brand, dan packaging kita kuatkan di MCC. UMKM kemudian mengimplementasikan apa yang dipelajarinya di Kawasan Kajoetangan Heritage.”

Sejak zaman kolonial, kawasan Kajoetangan menjadi sentra bisnis dan keramaian di Kota Malang. Sederet bangunan tua dapat ditemukan di sepanjang jalan utama dan kampung. Berbagai upaya pembangunan dan peningkatan fasilitas terus diupayakan Pemkot Malang untuk menghidupkan kembali jantung perekonomian Kota Malang yang sempat berdetak lambat ini.

Suasana kota lama terasa ketika memasuki Kampung Kajoetangan yang berada di pusat Kota Malang. Di dalamnya akan banyak dijumpai rumah berarsitektur kolonial Belanda dengan berbagai perabot lawas dan unik.

“Mencari wisata di kota dengan berbasis masyarakat itu tidak mudah. Tapi di sini kan komponennya masuk semua, sejarahnya masuk, kenyamanannya juga masuk. Niat orang ke Kajoetangan kan untuk nostalgia tempo dulu, menikmati kenyamanan kawasan dan lingkungannya, serta merasakan kehangatan warganya,” kata Sutiaji.

Berdasarkan data dari Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis), wisatawan kini tak hanya datang di akhir pekan saja. Sekitar 600-700 orang berkunjung dan menginap di sana. “Sekarang sudah mulai ada homestay sekitar dua atau tiga.”

Di Kajoetangan, wisatawan dapat keliling mencicipi kuliner. “Kami sudah menata, berbagai koridor kami kuatkan. PKL kami seragamkan supaya menarik. Kami masih berhias. Tapi insyaAllah penataan baru kita mulai,” kata Sutiaji.

Dalam peta jalannya, lanjut dia, kawasan-kawasan lainnya akan terkoneksi. Terutama dengan alun-alun Kota Malang. Karena banyak bangunan bernilai sejarah di tempat itu. “Kita punya Toko es krim Oen yang legendaris, gereja kolonial, dan masjid yang usianya sudah ratusan tahun lalu.”

Pemkot Malang juga sedang mengembalikan kembali daerah Pecinan, dan menyiapkan Kampung Arab. “Sehingga nanti orang yang datang ke sana akan berkesan dan punya memori masing masing.”

Banyaknya pengunjung ke kawasan ini, tentu akan menggeliatkan perekonomian warga. Warga antusias untuk membuka lapangan usaha di Kampoeng Heritage Kajoetangan. Mengingat bahwa tujuan utama dibenahinya kampung wisata ini adalah untuk meningkatkan perekonomian warga.

“Kerja keras yang dilakukan selama ini membuahkan hasil. Alhamdulillah, dengan dikembangkannya wisata ini membuahkan hasil  secara  ekonomi bagi warga. Hal seperti inilah yang kami harapkan dari semua pembangunan di Kota Malang,” kata Sutiaji.

Kehadiran MCC menjadi sebuah pengejewantahan Kota Malang yang kian memantapkan langkah menjadi kota kreatif dunia

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus