Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Nurlaila, warga Waworope, Kecamatan Wawonii Utara, Kabupaten Konawe Kepulauan, Sulawesi Tenggara, tak hentinya bersyukur. Sebab, di desanya sudah berdiri tower Base Transceiver Station (BTS) Universal Service Obligation (USO) dari Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia telah berdiri setinggi sekitar 30 meter. Program penyediaan BTS oleh Bakti Kominfo telah dilaksanakan sejak tahun 2015.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
BTS Bakti berfokus pada wilayah yang terisolasi dari akses telekomunikasi. "Alhamdulillah wasyukurillah, anak-anak bisa komunikasi di Kendari, ada yang kerja dari rumah juga. Karena kini tak lagi sukar mencati akses internet dan komunimasi," kata perempuan berusia 60 tahun ini, Kamis, 16 November 2023.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ia mengaku sangat memanfaatkan kemudahan layanan telekomunimasi ini. "Betul-betul kami manfaatkan dengan baik, jadi tidak ada ruginya (dipasang BTS)," ujar mantan Kepala Sekolah Dasar Negeri 2 Waorope yang kini berganti menjadi SDN Wawonii Utara.
Sebelum ada BTS, dirinya sangat sulit sekali mengajar di sekolah. "Waktu belum ada, kami manual pakai metode dulu, setelah ada BTS kami simudah menggunakan IT di sekolah," ujarnya yang baru pensiun menjadi guru tahun lalu.
Warga di lokasi BTS lainnya yakni di Desa Mata Iwoi, Kecamatan Wawonii Utara, Kabupaten Konawe Kepulauan, Safar, sangat mendukung sekali adanya BTS untuk jaringan telekomunimasi. "Jadi jaringan internet lebih mudah, jaringan telepon juga bisa yang biasanya susah, meski saya lebih menggunakan internet untuk mencari informasi," kata pria berusia 35 tahun ini.
Pria yang bekerja sebagai petani ini mengaku sudah lama memiliki ponsel android, tapi untuk akses internet harus turun ke Langara. "Kalau dulu harus ke Langara atau pantai, sekarang tidak lagi karena ada BTS Bakti Kominfo," ujarnya.
Staf Divisi Lastmile Direktorat Infrastruktur Bakti Kementerian Kominfo, Dakhroni Purwahidayatullah menjelaskan, saat ini, BTS Bakti telah di-upgrade ke layanan 4G dengan kapasitas up to 8 Mbps di masing-masing lokasi. Penyediaan BTS Bakti dilaksanakan melalui 2 skema, yakni skema sewa layanan pada 1.682 lokasi yang dibangun bertahap sejak 2015 hingga 2020.
Kemudian, pada kelanjutan pembangunan BTS 4G di 5.618 lokasi yang dimulai tahun 2021 menggunakan skema belanja modal. "BTS berfungsi menyediakan jaringan seluler dan internet pada lokasi yang terisolasi dari akses telekomunikasi atau blank spot," kata Dakhroni.
BTS Bakti meliputi lahan yang disediakan oleh pemerintah daerah; sistem daya atau power, baik menggunakan PLN maupun off-grid; infrastruktur menara atau tower dengan berbagai konfigurasi jenis maupun ketinggian; dan transmisi jaringan, baik menggunakan teknologi satelit, gelombang radio, maupun serat optik. "Pembangunan BTS hingga ke level perdesaan bertujuan untuk memantik pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan pembangunan manusia dengan cara membuka akses terhadap TIK," ujarnya.
Menurut Dakhroni, Bakti membangun infrastruktur telekomunikasi, salah satunya BTS, untuk menutup kesenjangan digital nasional. Sebab, infrastruktur telekomunikasi merupakan prasyarat penting bagi pertumbuhan ekonomi dan pembangunan masyarakat.
Namun sayangnya, tidak semua lokasi memiliki nilai komersial di mata penyelenggara telekomunikasi swasta. Karena itu, tetap dibutuhkan andil pemerintah agar terwujud pembangunan yang merata dari barat hingga timur Indonesia. "BTS Bakti menghantarkan sinyal seluler dan internet 4G dengan radius layanan dari 3 hingga 5 kilometer," ujarnya.
Kepala Dinas Kominfo Provinsi Sulawesi Tenggara, Ridwan Badallah, mengapresiasi program BTS Bakti Kominfo, karena sebagai salah satu program yang sangat baik untuk di daerah khususnya Sulawesi Tenggara dalam rangka menuntaskan jaringan di wilayah tanpa signal. "Jadi kami bisa mengatasi blank spot, karena di Sultra ini masih ada 300 titik wilayah yang masih blank spot," kata Ridwan.
Sebelumnya, Ridwan melanjutkan, BTS Bakti Kominfo yang sudah terpasang di wilayah Sulawesi Tenggara sekitar 100an BTS. "Artinya kita bisa bayangkan sebelum ada Bakti sama sekali tidak ada sinyal, contoh saja salah satunya di Konawe Kepulauan ada sekitar 49 titik yang sudah dipasang, berarti sebelum itu tidak ada jaringan, meski belum optimal tapi kami sudah tidak ada lagi terbatas dalam hal komunikasi. Di Bombana juga ada, di Buton ada 8 atau 11 BTS, di Konawe Utara," ujarnya.
Karena itu, Ridwan menegaskan, dengan adanya program BTS Bakti Kominfo ini dapat membantu masyarakat dan daerah. "Ini dalam hal bagaimana menyiapkan infrastruktur jaringan untuk kebutuhan dasar masyarakat terhadap akses internet". Ridwan pun berharap 300 titik di wilayahnya yang masih blank spot dapat segera dipasang BTS.