Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

internasional

Taliban Tawarkan Amnesti Kepada Pejabat Afganistan

Taliban menawarkan amnesti kepada pejabat pemerintah lama dan yang pernah bekerja sama dengan Amerika Serikat. Milisi yang kini menguasai Afganistan itu juga menjanjikan kebebasan pers dan perlindungan hak-hak perempuan dalam kerangka syariat Islam.

21 Agustus 2021 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Taliban menawarkan amnesti kepada pejabat pemerintah lama dan yang pernah bekerja sama dengan Amerika Serikat.

  • WHO menemukan vaksin Covid-19 palsu di India dan Afrika.

AFGANISTAN

Taliban Menawarkan Amnesti

SETELAH menggulingkan pemerintah Afganistan dalam tempo sepuluh hari, milisi bersenjata Taliban kini menyiapkan pemerintah baru. Dalam konferensi pers perdana di Kabul pada Selasa, 17 Agustus lalu, Zabihullah Mujahid, juru bicara Taliban, menawarkan amnesti kepada pejabat pemerintah lama dan yang pernah bekerja sama dengan Amerika Serikat. Dia juga menjanjikan kebebasan pers dan perlindungan hak-hak perempuan dalam kerangka syariat Islam.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Mujahid mengatakan Taliban ingin menjalin hubungan damai dengan negara lain dan tidak akan membiarkan kelompok yang hendak menggunakan wilayahnya untuk menyerang negara mana pun, seperti ketika Al-Qaidah membangun basis di sana buat menyerang World Trade Center, New York, Amerika Serikat, pada 2001. "Saya ingin meyakinkan masyarakat internasional, termasuk Amerika, bahwa tidak akan ada yang dirugikan," kata Mujahid seperti dikutip Al Jazeera. "Kami tidak menginginkan musuh internal atau eksternal."

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sejauh ini, Kabul tampak tenang ketika milisi Taliban berpatroli di jalan-jalan. Keributan sempat muncul di Kota Jalalabad, sekitar setengah jam berkendara dari Kabul, ketika warga sipil mengganti bendera Taliban dengan bendera nasional. Tiga orang dilaporkan tewas ditembak dan selusin lain cedera dalam unjuk rasa ini.

Sebagian besar pegawai pemerintah masih bersembunyi di rumah atau berusaha kabur dari kota itu. Ribuan penduduk menyerbu Bandar Udara Internasional Hamid Karzai di Kabul, yang dikuasai 4.000 tentara Amerika Serikat. Kekisruhan sempat terjadi ketika evakuasi penduduk dilakukan dengan pesawat militer. Wakil Menteri Luar Negeri Amerika Wendy Sherman menyatakan sekitar 2.000 orang telah dievakuasi hingga Rabu, 18 Agustus lalu.

Taliban kini menghadapi banyak masalah dalam urusan pemerintahan. Amerika membekukan dana cadangan luar negeri Afganistan senilai US$ 9 miliar atau hampir Rp 130 triliun. Bank sentral Afganistan memperingatkan bahwa suplai uang dolar tunai sudah hampir habis, yang akan mendongkrak inflasi mata uang afghani dan menaikkan harga barang. Sementara itu, kekeringan telah menyebabkan lebih dari 40 persen panen gagal dan memperburuk situasi pangan.

Presiden Ashraf Ghani dilaporkan telah mendapat suaka di Uni Emirat Arab. Uni Emirat menyatakan menyambut Ghani dan keluarganya dengan alasan kemanusiaan. Dalam sebuah rekaman video, Ghani membantah kabar bahwa dia telah melarikan diri. Dia mengaku pergi untuk mencegah "bencana besar".

Belum tampak perlawanan bersenjata terhadap Taliban. Tapi Desa Panjshir, 150 kilometer di utara Kabul, telah menjadi basis perlawanan baru. Dulu desa ini menjadi markas Aliansi Utara, milisi yang menyokong invasi Amerika ke Afganistan pada 2001. Kini sejumlah tokoh berkumpul di sana, termasuk pejabat pemerintah yang digulingkan, seperti Wakil Presiden Amrullah Saleh dan Menteri Pertahanan Jenderal Bismillah Mohammadi; serta Ahmad Massoud, putra Ahmad Shah Massoud, pemimpin Aliansi Utara. Dalam tulisan opininya di The Washington Post, Ahmad Massoud meminta bantuan dan senjata untuk memerangi Taliban.


INDIA

Peredaran Vaksin Covid-19 Palsu

Pemberian dosis vaksin COVISHIELD yang diproduksi oleh Serum Institute of India, di Ahmedabad, India, 10 Agustus 2021. REUTERS/Amit Dave

BADAN Kesehatan Dunia (WHO) menemukan peredaran vaksin Covid-19 palsu, terutama Covishield. Vaksin tersebut disita pihak berwenang di India dan Afrika, antara lain di Uganda, selama Juli-Agustus. WHO juga mengatakan pembuat vaksin, Serum Institute of India, membenarkan informasi bahwa vaksin tersebut palsu.

"Vaksin Covid-19 palsu akan menimbulkan risiko serius bagi kesehatan masyarakat global dan menambah beban pada penduduk rentan dan sistem kesehatan," tutur WHO dalam pernyataannya, Senin, 16 Agustus lalu. "Penting untuk mendeteksi dan menyingkirkan produk palsu ini dari peredaran guna mencegah bahaya bagi pasien."

Covishield adalah vaksin AstraZeneca versi India dan 486 juta dosis telah diberikan kepada penduduk negeri itu—vaksin yang paling banyak digunakan di sana. Serum telah memasok jutaan vaksin Covishield ke negara-negara di Asia, Afrika, dan Amerika Selatan sebagai bagian dari skema Covax untuk menyediakan vaksin bagi negara miskin.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus