Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
PUKULAN keras tangan kanan Jeka Saragih mengempaskan Ki Won-bin ke matras oktagonal ketika ronde pertama baru berjalan 2 menit 41 detik. Petarung seni bela diri campuran (MMA) kelas ringan 70 kilogram berjulukan Si Tendangan Maut itu mengalahkan wakil Korea Selatan tersebut dengan knockout (KO) di babak semifinal Road to Ultimate Fighting Championship (UFC) di Etihad Arena, Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, Ahad, 23 Oktober lalu. Ia menorehkan sejarah sebagai atlet MMA Indonesia pertama yang menembus final.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Selangkah lagi Jeka menjadi orang Indonesia pertama yang mendapatkan kontrak di UFC—promotor MMA yang berbasis di Las Vegas, Nevada, Amerika Serikat. Di final Road to UFC yang bakal digelar di Korea Selatan, 4 Februari 2023, dia akan menghadapi atlet India, Anshul Jubil, untuk mendapatkan kontrak UFC. “Saya bakal membuka jalur bagi atlet MMA Indonesia lain untuk bisa sukses di level internasional seperti UFC dengan memenangi laga final nanti,” kata Jeka saat dihubungi, Kamis, 10 November lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Road to UFC adalah ajang pertandingan yang memberikan peluang bagi petarung-petarung terbaik Asia untuk mendapatkan kontrak di UFC. Jeka, 27 tahun, melangkah ke semifinal Road to UFC setelah mengalahkan petarung India, Pawan Maan Singh, di ronde ketiga pada babak perempat final yang digelar menjelang laga UFC 275 di Singapore Indoor Stadium, Singapura, 9 Juni lalu. Jeka tampil agresif sejak awal pertarungan. Ia menang dengan technical knockout (TKO).
Jika menang di final Road to UFC, Jeka akan menjadi bagian dari divisi kelas ringan UFC. “Saya bakal memberikan yang terbaik bagi Indonesia,” tuturnya. Akhir bulan ini Jeka akan berangkat kembali ke Amerika Serikat untuk berlatih bersama coach Marc Fiore. Keberhasilan menembus babak final Road to Final UFC, menurut Jeka, tidak lepas dari gemblengan pelatih MMA di Studio 540, San Diego, Amerika, itu.
Latihan Jeka di Amerika yang pertama berlangsung pada Agustus-Oktober lalu. Menurut dia, pengalaman berlatih di sana mengajarinya tentang teknik bertarung dengan berlatih tanding bersama para petarung UFC dan Cage Warriors—promosi MMA milik Irlandia yang berbasis di London. “Selain itu, saya selalu menjaga kedisiplinan selama training camp agar tidak hilang fokus. Dari makan, istirahat, sampai latihan, saya lakukan dengan disiplin,” ucapnya.
Jeka Saragih saat berhasil mengalahkan petaruing Korea Selatan Won-bin Ki, di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, 23 Oktober 2022/Dok Mola TV
Pengalaman berlatih di Amerika, kata Jeka, betul-betul membantu dirinya. “Jadi kesempatan berlatih lagi selama tiga bulan bakal saya manfaatkan dengan baik,” ujarnya. Petarung yang memiliki tinggi tubuh 173 sentimeter itu juga menyebutkan porsi latihan akan lebih banyak berfokus pada teknik grappling (serangan kuncian) dan wrestling (gulat). Sedangkan untuk latih tanding, dia akan mendapat sosok lawan yang ditentukan oleh tim pelatih.
Jeka bercerita, perkenalannya dengan olahraga bela diri terjadi pada usia 12 tahun. Ia yang masih duduk di bangku kelas I sekolah menengah pertama mulai menekuni wushu. Saat menggeluti wushu, ia pernah menjadi juara I di Kejuaraan Nasional 2013 yang berlangsung di Yogyakarta. Dari Sumatera Utara, Jeka kemudian hijrah ke Batam, Kepulauan Riau, untuk bekerja dan berlatih di Batam Fighter Club (BFC). Pada 2016, ia mendapatkan tawaran dari pemilik BFC, Yakop Sutjipto, untuk ikut program One Pride MMA.
Pada April 2017, Jeka membuktikan dirinya mampu berprestasi di One Pride MMA. Ia berhasil menyabet gelar juara One Pride kelas 70 kilogram setelah mengalahkan petarung Ngabdi Mulyadi dengan TKO di ronde pertama. “Sekarang juga kadang-kadang masih ikut wushu walaupun fokusnya sudah ke MMA,” tutur pria yang lahir di Bah Pasunsang, Raya, Simalungun, Sumatera Utara, 3 Juli 1995, ini.
Karier Jeka makin melejit setelah ia pindah ke Sasana Satria Negara Fighting Camp di Bandung pada 2018. Tak lama berselang, ia meraih sabuk juara kelas ringan One Pride MMA. Rentetan prestasi itu membuat Jeka menjadi pembawa obor Asian Games 2018 yang diarak keliling Sumatera Utara. Untuk level internasional, pertarungan Jeka yang pertama adalah saat mengalahkan Mhar John Manahan dari Filipina dalam One Pride MMA Pro: Never Quit Fight Night 32. “Perjalanan karier saya tak terlepas dari One Pride MMA,” ujarnya.
Jeka berharap One Pride tetap eksis sebagai batu loncatan bagi atlet lain untuk meraih mimpi dan membuktikan ada masa depan di MMA. Ia juga berharap atlet MMA Indonesia bisa segera menyusulnya menembus level UFC. Jeka berpesan kepada rekan sejawatnya untuk konsisten berlatih agar bisa menarik sponsor dan promotor yang hendak memberikan promosi. “Mungkin kali ini kesempatan saya, di lain waktu pasti ada kesempatan bagi atlet Indonesia lain. Jadi harus rajin latihan,” ucapnya.
Menurut Jeka, perkembangan olahraga MMA bakal lebih pesat jika mendapat perhatian pemerintah. Dia pun telah bertemu dengan Menteri Pemuda dan Olahraga Zainudin Amali pada Rabu, 9 November lalu. Ia meminta dukungan Menteri Zainudin agar pertarungan final nanti berjalan lancar dan dapat dimenangi. “Harapan kami semua itu ada campur tangan dari pemerintah. Supaya atlet ada motivasi dan memiliki masa depan,” katanya.
Selain itu, Jeka berharap ada dukungan lain dari pemerintah dengan menyediakan tempat latihan yang memadai bagi atlet MMA. “Target kita semoga MMA di Indonesia bisa bersaing, lebih banyak atlet yang masuk ke level internasional. Supaya membawa Indonesia lebih dikenal dan membawa harum nama Indonesia di kancah dunia,” tutur pria bernama lengkap Jeka Asparido Saragih ini.
Menteri Zainudin menyampaikan apresiasinya kepada Jeka Saragih yang berhasil masuk final, Road to UFC. “Saya kira pemerintah mengapresiasi dan menyampaikan terima kasih kepada Jeka Saragih karena telah membawa dan mengharumkan nama Indonesia untuk turnamen tingkat dunia,” kata Zainudin dalam jumpa pers di kantor Kementerian Pemuda dan Olahraga, Jakarta, Rabu, 9 November lalu.
Menurut Menteri Zainudin, Jeka akan menjadi ikon untuk Indonesia karena berhasil menjadi atlet pertama yang tembus ke UFC. “Jeka ini akan menjadi ikon kita karena ia atlet MMA Indonesia pertama yang tembus ke tingkat UFC,” ujarnya. Dari hasil baik yang membanggakan ini, Zainudin berharap anak muda Indonesia dapat termotivasi dan terinspirasi mengikuti jejak Jeka atau atlet lain. “Daripada menyalurkan energi di jalan yang negatif, tirulah Jeka Saragih untuk berprestasi membanggakan nama Indonesia,” ucapnya.
IRSYAN HASYIM
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo