Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Nicolaas C. Budhiparama dan Grace Joselini Corlesa berperan dalam penanganan pebulu tangkis pemusatan latihan nasional bulu tangkis yang mengalami cedera.
Tim medis Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia menerapkan prinsip kehati-hatian dalam penanganan cedera atlet.
Keputusan melakukan operasi diambil berdasarkan musyawarah dengan semua pemangku kepentingan.
KUDA-KUDA Yeremia Erich Yoche Yacob Rambitan saat mengembalikan pukulan Soh Wooi Yik kurang sempurna. Akibatnya, lutut kiri atlet bulu tangkis kelahiran Jakarta, 13 Oktober 1999, itu cedera. Ia pun terduduk saat unggul dengan skor 20-18 pada game ketiga laga perempat final Indonesia Open 2022 di Istora, Senayan, Jakarta, Jumat, 17 Juni lalu. Meski memaksakan diri bermain, Yeremia dan Pramudya Kusumawardana harus kalah dari pasangan Malaysia, Soh Wooi Yik/Aaron Chia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Melihat Yeremia tergeletak di lapangan, pelatih Malaysia yang juga legenda bulu tangkis Indonesia, Rexy Mainaky, langsung memeluk untuk menguatkannya. Pramudya dan pelatih Herry Iman Pierngadi serta Aaron/Soh turut memberikan dukungan. Yeremia harus menggunakan kursi roda untuk meninggalkan arena. Penonton memberi semangat dengan bertepuk tangan dan meneriakkan namanya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Grace Joselini Corlesa, dokter atlet pemusatan latihan nasional (pelatnas) Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI), enggan menjelaskan cedera Yere—panggilan akrab Yeremia. “No comment untuk diagnosis cedera Yere. Yang pasti ia mengalami cedera lutut yang membutuhkan terapi konservatif selama tiga-enam bulan,” kata Grace melalui jawaban tertulis, Kamis, 23 Juni lalu. “Sudah mulai terapi di pelatnas. Sampai saat ini belum ada opsi untuk operasi.”
Prof. Dr. dr. Nicolaas C. Budhiparama. PBSI
Kolega Grace yang juga kepala tim dokter PBSI, Profesor Nicolaas C. Budhiparama, tak menjawab saat ditanyai apakah bagian yang cedera adalah ligamen lutut anterior (ACL). “Kami sedang menangani Yeremia secara konservatif dan melakukan observasi setiap minggu,” ucap Nicolaas. “Diharapkan dalam dua-tiga bulan Yeremia sudah dapat bermain lagi. Jika hasilnya kurang memuaskan, baru kami lakukan operasi.”
Yeremia telah menjalani pemeriksaan dengan pencitraan resonansi magnetik (MRI). Hasil pemeriksaan ini akan memperlihatkan kondisi cederanya dan perkiraan waktu pemulihan yang dibutuhkan. "Thank you dr. Nicolaas dan tim. Hari ini sudah periksa dan diberikan saran. Makasih juga buat semuanya udah diurusin, semoga semua proses terapinya berjalan dengan lancar, Aminn," tulis Yeremia di akun Instagram miliknya, Senin, 20 Juni lalu.
Yeremia merasakan kepiawaian tim dokter PBSI dalam menangani cedera atlet. Nicolaas dan Grace adalah bagian dari tim medis yang paling berperan dalam penanganan atlet yang cedera. Selain Yeremia, dalam Indonesia Open yang berlangsung pada 14-19 Juni lalu ada dua pemain ganda yang mengalami cedera, yakni Marcus Fernaldi Gideon yang masih belum pulih dari operasi dan Praveen Jordan yang menderita nyeri punggung bawah.
Nicolaas, ahli ortopedi dan traumatologi, mengungkapkan, dalam penanganan atlet yang terbekap cedera, ia menerapkan prinsip kehati-hatian, terutama bagi atlet level nasional dan internasional. Yang menjadi perhatian Nicolaas adalah berapa persen kemungkinan atlet dapat kembali ke performa puncak setelah menjalani operasi. Keputusan melakukan operasi diambil berdasarkan musyawarah dengan semua pemangku kepentingan.
"Saya juga selalu berdiskusi dengan teman-teman sejawat yang berasal dari Amerika Serikat, Eropa, dan Asia-Pasifik yang banyak menangani atlet top dunia,” tutur Nicolaas. “Dengan mempertimbangkan hasil kasus serupa dan teknik yang harus diterapkan. Hasil operasi ini juga didasari tinjauan sistematis dan meta-analisis yang sudah ada," ujar peraih Habibie Prize 2021 tersebut.
Nicolaas menyebutkan bagian tubuh atlet bulu tangkis yang sering mengalami cedera adalah persendian lutut, nyeri punggung bawah, pergelangan kaki, bahu, siku, dan pergelangan tangan. Untuk meminimalkan risiko cedera atlet, Nicolaas rutin mengadakan pertemuan dengan para pelatih, pelatih fisik, ahli gizi, fisioterapis, pemijat, dan psikolog. Mereka mendiskusikan kondisi atlet secara personal sehingga setiap atlet memiliki program yang diperuntukkan bagi individu.
Nico—panggilan akrab Nicolaas—bergabung dengan PBSI sejak 2002. Ia membantu menyiapkan kontingen yang bersaing memperebutkan Piala Thomas 2002 di Guangzhou, Cina. Kala itu ia harus menangani atlet nomor satu Indonesia, Taufik Hidayat, yang tengah didera cedera. Nico hanya mendapat waktu sekitar dua pekan untuk memulihkan kondisi peraih medali emas Olimpiade Athena 2004 itu.
Awalnya, kata dia, Taufik disarankan menjalani operasi oleh tim medis yang lebih dulu menanganinya. Namun, Nico melanjutkan, berkat penanganan yang baik dan kerja keras Taufik serta tim fisioterapis, akhirnya Taufik bisa pulih tanpa operasi dan berhasil membawa Piala Thomas ke pangkuan Indonesia. "Pengurus PBSI yang juga teman saya, Indra Kartasasmita, meminta untuk menangani Taufik yang mengalami cedera," tuturnya.
Pengalaman menangani tim Piala Thomas itu mengantarkan Nico menjadi anggota staf pengurus PBSI di era kepemimpinan Sutiyoso. Ia berkolaborasi dengan Tan Joe Hok memperbaiki berbagai sarana dan fasilitas, seperti lapangan latihan di lokasi pelatnas di Cipayung, Jakarta; gimnasium; klinik fisioterapi, serta menambahkan beberapa peralatan medis.
dr. Grace Joselini Corlesa. Dok PBSI
Nico mengaku tertarik menjadi dokter PBSI karena ketika menempuh pendidikan kedokteran di Belanda banyak menangani atlet yang cedera. Nico juga pernah menjadi atlet balap mobil Formula 3000 Eropa. "Alasan lain, almarhum ayah saya (Nicolaas A. Budhiparama, Sr.) adalah pemain ganda yang pernah juara di Belanda. Saat itu ia berpasangan dengan Ferry Sonneville," ujarnya.
Dalam menangani rentetan cedera pemain, Nico banyak mendapat bantuan Grace Joselini Corlesa. Dokter spesialis kedokteran olahraga itu bergabung dengan PBSI sejak September 2021. Grace bercerita, ia pertama kali diajak masuk tim dokter oleh Ketua Harian Pengurus Pusat PBSI Alex Tirta. "Dengan beberapa pengalaman di event dan cabang olahraga, saya diberi kepercayaan oleh pengurus untuk bergabung dalam tim medis PBSI," kata Grace.
Puteri Indonesia Kalimantan Timur 2009 ini rutin menjalankan pemeriksaan medis lengkap terhadap atlet, termasuk memeriksa sistem muskuloskeletal (sistem yang terdiri atas otot, jaringan ikat, saraf, serta tulang dan sendi) dan mengecek komposisi tubuh serta nutrisi atlet setiap bulan. Ia pun rutin melakukan tes doping bagi atlet. "Kami juga mendampingi saat berlatih dan bertanding serta memberi edukasi pemulihan," tutur perempuan kelahiran Jakarta, 20 Desember 1984, ini.
Herry Iman Pierngadi mengungkapkan, kinerja tim medis PBSI membantunya menghadapi badai cedera yang melanda sektor ganda putra. Herry, yang harus kehilangan Marcus Gideon dan Yeremia Rambitan selama beberapa bulan, pun rutin berkomunikasi dengan Nicolaas dan Grace. "Kalau menentukan atlet dioperasi itu bisanya tim dokter,” tutur Herry, yang dijuluki Naga Api. “Biasanya, itu bakal diinformasikan ke saya perkembangannya," ucapnya melalui pesan suara, Jumat, 24 Juni lalu.
Herry menyebutkan tugasnya sebagai pelatih adalah memotivasi pemain agar tidak terpuruk dalam kondisi cedera. Motivasi ia berikan antara lain dengan mencontohkan atlet yang pernah cedera tapi bisa bangkit lagi, seperti pemain ganda campuran Thailand, Sapsiree Taerattanachai; tunggal putra Denmark, Viktor Axelsen; dan ganda putri Jepang, Sayaka Hirota. "Memberikan pandangan positif sehingga tidak terlalu kepikiran dan tidak menjatuhkan mental pemain," ujar Herry.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo