Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Toyota Innova hitam itu meluncur dari Hotel Sultan di kawasan Senayan menuju Lapangan Sutasoma 77 di Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Senin pagi pekan lalu. Di belakang sopir, duduk pelatih tim nasional sepak bola Indonesia, Luis Manuel Blanco, dan asistennya, Marcos Conenna. Hari itu mereka siap menggenjot fisik pemain agar bisa trengginas saat menghadapi tim Arab Saudi.
Laga dalam babak kualifikasi Piala Asia 2015 itu memang penting, karena posisi Indonesia tengah terpojok. Tim "Garuda di Dadaku" telah kehilangan poin saat dibekuk Irak 1-0, Februari lalu. Agar lolos kualifikasi, tim Merah Putih minimal mesti nangkring di urutan kedua Grup C. Ini misi yang berat karena Indonesia berkumpul bersama Irak, Arab Saudi, dan Cina. Semuanya tim kuat. Jadi, demi menghidupkan peluang, Andik Vermansyah dan kawan-kawan harus menang, atau setidaknya menahan seri, kesebelasan Arab Saudi.
Blanco punya visi: ketahanan fisik pemain mesti ditingkatkan. Itulah sebabnya serenceng program peningkatan fisik telah ia susun. Tapi bukan sekumpulan pemain terbaik Nusantara yang ia temui begitu sampai di Halim. Lapangan kosong melompong. Tak seorang pun pesepak bola tampak batang hidungnya. Belakangan pelatih asal Argentina ini baru ngeh latihan dipindah ke Lapangan C di kawasan Gelora Bung Karno, Senayan. "Saya sama sekali tidak diberi tahu," katanya saat menceritakan kejadian itu pekan lalu.
Sedangkan di Senayan, para pemain sudah bersimbah peluh di bawah arahan Yeyen Tumena, mantan pemain nasional. Ia dibantu pelatih kiper Afiludin. "Saya hanya sementara. Nanti sore latihan dipimpin pelatih kepala Rahmad Darmawan," ujar Yeyen. Rahmad Darmawan? Ya, ternyata drama belum selesai untuk Blanco. Siangnya ia mendapat kabar telah dipecat sebagai pelatih timnas dan digantikan Rahmad Darmawan. Komplet sudah nasib apesnya hari itu.
Semua ini bermula dari keputusan Blanco memecat 14 pemain, Jumat pekan sebelumnya. Mereka yang dicoret dari daftar adalah Boaz Solossa, Imanuel Wanggai, Ian Louis Kabes, Ruben Zanadi, Ferinando Pahabol, Patrich Wanggai, Ricardo Salampessy, Ponaryo Astaman, Tantan, Zulham Zamrun, Hamka Hamzah, Ahmad Bustomi, Samsidar dan Zulkifli Syukur. Tentu saja Blanco tidak asal main pecat.
Kecuali Samsidar, para pemain yang berlaga di Liga Super Indonesia (LSI) itu diminta angkat koper karena melakukan aksi walkout saat latihan di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jumat pagi. Semuanya ada 21 orang yang ogah meneruskan latihan saat itu. Mereka mengaku tak kuat menanggung latihan fisik ala Blanco.
Inilah menu latihan pagi itu: pemain melakukan lari cepat bolak-balik lapangan setiap delapan menit. Tapi, eh, baru delapan menit pertama, napas sejumlah pemain sudah senin-kamis. Sebagian mengekspresikan rasa letihnya dengan Âberteriak-teriak. Pemain Persipura, Imanuel Wanggai, misalnya, berkata dengan suara keras, "Pulang… Persipura… pulang… Persipura."
Manajer tim nasional, Habil Marati, yang menyaksikan ulah Imanuel, hanya terdiam. "Mereka mungkin kelelahan karena baru dua hari lalu tiba," katanya.
Memasuki delapan menit kedua, lima pemain menyerah dan meminta izin Blanco untuk tak meneruskan latihan. Mereka adalah Zulkifli Syukur, Hamka Hamzah, Ponaryo Astaman, Boaz Solossa, dan Patrich Wanggai. Blanco mengizinkan, dan kedelapan pemain senior itu balik ke hotel. Tak diduga, 16 pemain lain ikut hengkang. Maka rombongan pemain pilihan itu pun ngacir ke Hotel Sultan, tempat mereka menginap.
"Kami masih kelelahan akibat kompetisi dan masih butuh istirahat. Pelatih memberikan porsi latihan fisik berat yang telah kami terima di klub," ujar Zulkifli Syukur. Zulham Zamrun menimpali, "Nanti sore kami akan kembali berlatih bersama."
Tapi Blanco memberikan kejutan kepada mereka. Siang itu, 14 pemain dipecat. Blanco membantah anggapan bahwa latihan yang ia berikan terlalu berat. "Latihan ini baru lima persen dibanding di Argentina," kata mantan pelatih klub Dinamo Tirana di Liga Albania itu. "Mental pemain harus diubah karena porsi latihan yang saya Âberikan memang tidak gampang."
Buntut pemecatan ternyata panjang. Karena kebetulan pemain yang dicoret berasal dari Liga Super Indonesia, berkembang isu bahwa Blanco memecat semua pemain liga itu. Isu sensitif ini pun menyambar telinga Ketua Umum Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia Djohar Arifin Husin. Maka, bersama anggota Komite Eksekutif PSSI, Tonny Aprilani, dan manajer tim nasional Habil Marati, siang itu mereka langsung meluncur ke hotel menemui Blanco. Bos PSSI pun mendesak agar pemecatan dianulir.
Blanco membantah jika disebut memecat semua pemain LSI. Sebab, di sana masih ada lima pemain lain: Syahrizal (Persija), Victor Igbonefo (Arema Indonesia), Dedi Hartono dan Faturahman (Barito Putra), serta Sergio van Dijk (Persib Bandung).
Menurut Habil, Blanco ingin bersikap tegas. Kata dia, daripada mengganggu keseluruhan tim, ke-14 pemain itu lebih baik dipulangkan. "Lagi pula dia (Blanco) telah memiliki bayangan susunan pemain dan mereka tidak masuk pilihannya."
Tapi desakan para petinggi PSSI ternyata tak terbendung. Blanco menyerah. Ia menganulir pemecatan dan mengizinkan mereka berlatih lagi. Namun ia ogah melatih Jumat sore itu. Alhasil, latihan hanya dipimpin dua asistennya, Jorge Di Gregorio dan Marcos Conenna.
Namun persoalan ternyata belum kelar. Wakil Ketua Badan Tim Nasional Harbiansyah Hanafiah, yang meninjau latihan ÂJumat sore, terlibat cekcok dengan Marcos Conenna. "Mana ada pelatih yang mencoret pemain sebelum memegang bola dan berlatih?" ujar Harbiansyah. "Saya jadi ragu kapasitas dia sebagai pelatih."
Perseteruan tak berhenti di lapangan. Pada Jumat malam, secara mengejutkan nama pelatih kepala tim nasional Indonesia yang terdaftar di situs Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC) untuk menghadapi Arab Saudi dalam prakualifikasi Piala Asia 2015 bukan Luis Manuel Blanco. Nama Rahmad Darmawanlah yang terpacak di sana.
Sumber Tempo mengatakan orang yang diam-diam mengganti nama Blanco menjadi Rahmad Darmawan tak lain Harbiansyah. Saat diminta konfirmasi, Harbiansyah tak membantah. Ia beralasan susunan pemain dan pelatih sudah harus disetor ke AFC selambatnya pukul 23.00, Jumat malam. Adapun Rahmad bersedia menangani tim karena diberi tahu timnas tengah tidak memiliki pelatih. Dia mengaku hanya diberi tugas menangani tim untuk satu pertandingan, yakni melawan Arab Saudi.
Harbiansyah mengaku telah mendapat restu Ketua Badan Tim Nasional Isran Noor saat menyetor nama Rahmad ke AFC. "Isran setuju setelah saya laporkan ada masalah yang tidak harmonis antara Blanco dan pemain," katanya.
Lucunya, Isran Noor membantah klaim tersebut. Dia tegas menyatakan tak pernah memberikan restu kepada Harbiansyah. Dia memastikan Djohar pun tidak setuju dengan langkah tersebut. "Jadi itu ilegal," ujarnya.
Memang, begitu mengetahui pergantian pelatih kepala pada Ahad malam, saat Harbiansyah mengumumkan dalam acara perkenalan anggota baru Komite Eksekutif PSSI, Djohar Arifin langsung memprotes. Dia meminta Blanco tetap dipertahankan karena belum genap dua bulan melatih. Suara keras datang dari Menteri Pemuda dan Olahraga Roy Suryo. Dia meminta posisi Blanco dikembalikan setelah tim nasional melawan Arab Saudi pada Sabtu pekan lalu.
Jauh-jauh datang dari Argentina, nasib Blanco kini tidak jelas. Rabu sore pekan lalu, bersama Marcos Conenna, ia menemui Roy Suryo. Habil Marati, yang mendampinginya dalam pertemuan, mengungkapkan bahwa Blanco telah dilobi agar tak mengadu ke Federasi Asosiasi Sepak Bola Internasional (FIFA). "Kami masih akan berusaha menempatkannya sebagai pelatih kepala timnas," katanya.
Pertandingan Indonesia melawan Arab Saudi telah berlangsung Sabtu pekan lalu. Apa pun hasilnya, Blanco mungkin kini paham: melatih timnas Indonesia tak cukup hanya memiliki keahlian di lapangan, tapi juga mesti terampil menghadapi pengurus PSSI.
Dwi Riyanto Agustiar, Arie Firdaus
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo