Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Hari Bahasa Isyarat Internasional adalah kesempatan unik untuk mendukung dan melindungi identitas linguistik serta keragaman budaya tuna rungu dan pengguna lainnya. Bahasa isyarat adalah bahasa alami yang sepenuhnya berkembang, tetapi secara struktural berbeda dari bahasa lisan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Majelis Umum PBB telah memproklamasikan 23 September sebagai Hari Bahasa Isyarat Internasional untuk meningkatkan kesadaran pentingnya bahasa isyarat dalam realisasi penuh hak asasi manusia (HAM) bagi tuna rungu.
Berdasarkan un.org, peringatan Hari Bahasa Isyarat Internasional hadir melalui proposal Federasi Tuli Dunia (WFD). Pemilihan 23 September sebagai Hari Bahasa Isyarat Internasional karena bertepatan dengan pendirian WFD pada 1951. Hari ini menandai kelahiran organisasi advokasi dengan tujuan utama melestarikan bahasa isyarat dan budaya tuna rungu sebagai prasyarat untuk realisasi HAM.
Memperingati Hari Bahasa Isyarat Internasional, seseorang dapat turut merayakan dengan mempelajari bahasa isyarat. Berikut adalah cara-cara yang mudah untuk mempelajari bahasa isyarat, yaitu:
Mengenali Jenis Bahasa Isyarat Indonesia
Bahasa isyarat yang diadopsi Indonesia memiliki dua jenis, yaitu Bahasa Isyarat Indonesia (Bisindo) dan Sistem Bahasa Isyarat Indonesia (Sibi). Berdasarkan pernyataan Peneliti Bahasa Isyarat Universitas Indonesia (UI), Adi Kusumo baroto, Bisindo merupakan bahasa isyarat yang berkembang secara alamiah pada kelompok masyarakat tuna rungu di Indonesia. Sementara itu, Sibi merupakan bahasa isyarat distandarisasi pemerintah yang lahir karena sistem alih bahasa dari bahasa lisan ke dalam bahasa isyarat buatan.
Merujuk Instagram @difabel.id, Bisindo menggunakan dua tangan untuk merepresentasikan satu huruf, sedangkan Sibi cukup menggunakan satu tangan, seperti American Sign Language (ASL). Misalnya, ketika menerjemahkan huruf A, Sibi merepresentasikan dengan menggenggam atau mengepalkan tangan. Sementara itu, dalam Bisindo, untuk merepresentasikan huruf A, penutur perlu membentuk bangun segitiga dengan menautkan ujung jari telunjuk dan jempol tangan kanan dengan ujung jari telunjuk dan jempol tangan kiri.
Perhatikan Letakan Tangan
Dilansir pld.uin-suka.ac.id, seseorang penting untuk mengetahui cara harus meletakkan tangan. Umumnya, telapak tangan menghadap ke arah lawan bicara, lalu tekuk siku dan posisikan tangan setinggi dada. Tanda-tanda dibuat menghadap ke luar agar lebih mudah dibaca. Seseorang yang menerapkan jenis ASL atau Sibi tidak hanya memperlihatkan bahasa tangan dan jari, tetapi seluruh tubuh. Misalnya, alis yang terangkat saat memberi isyarat berarti mengajukan pertanyaan. Seseorang juga harus berlatih menggunakan bahasa isyarat dasar, yaitu ucapan halo, selamat tinggal, dan terima kasih.
Mengikuti Kelas
Pusbisindo memberikan pembelajaran kepada lebih dari lima lembaga dan membuka kelas karyawan maupun mahasiswa untuk mempelajari bahasa isyarat. Selama mengikuti kelas, dalam setiap pertemuan pengajar Pusbisindo selalu mempertahankan keadaan hening dan hanya ada gerakan tangan. Pusbisindo menyediakan tiga ruang kelas dan sekitar 15 staf pengajar.
"Prosesnya, siswa duduk membentuk formasi huruf U, kemudian guru di tengah menjelaskan dengan papan tulis sebagai alat pembantu," ujar Kusumo Yoga, seorang insan tuna rungu, pada 21 Juli 2018.
RACHEL FARAHDIBA R | CHETA NILAWATY | ACHMAD HANIF IMADUDDIN
Pilihan Editor: Beda Bahasa Isyarat, Bagaimana Komunitas Tuli Antarnegara Berkomunikasi?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini