Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
ALANA yang sejak awal seperti dihantui sebuah kekuatan jahat harus berjuang mengendalikan amarahnya. Saat kemarahan menguasai pikirannya, bola matanya akan memerah. Peristiwa yang mencelakakan ibunya membuatnya menemukan jati dirinya. Dewi Asih telah menitis ke dalam dirinya. Ia harus berhadapan dengan para anak buah berkekuatan jahat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sri Asih digambarkan sebagai perempuan muda perkasa, petarung, punya kekuatan berlipat ganda. Selendang merahnya dapat mengulur panjang, melilit, menggulung, dan membanting. Selendang itu juga mampu menjebol dinding hingga porak-poranda. Dengan kedua tangannya ia menangkis peluru, terbang mengejar musuh, dan mendarat mulus dengan berdiri, mengingatkan pada film Wonder Woman.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pertarungan Sri Asih melawan musuhnya boleh dikatakan cukup ciamik dibandingkan dengan ketika Gundala mengganyang lawannya. Teknologi computer-generated imagery (CGI) terasa betul memperlihatkan kekuatan Sri Asih dan lawan-lawannya.
Efek CGI kabut hitam di film Sri Asih.
Bagi sutradara Upi, upaya meramu tokoh Sri Asih dalam film tak cukup dilakukan hanya dengan membaca komik karya Raden Ahmad Kosasih atau RA Kosasih. Ia menelusuri komik-komik lain, melihat tokoh superhero yang paling disukai, yakni Batman. Sri Asih dalam komik R.A. Kosasih yang singkat tak menjelaskan asal-muasal tokoh sakti ini. Karena itu, Upi menggali dan “melahirkan” Alana. Ia seorang anak yang lahir tepat ketika Gunung Merapi tiba-tiba meletus tanpa peringatan, tanpa tanda-tanda. Sejak awal Upi menginginkan tokohnya ini sebagai gadis yang sudah berdaya, punya kemampuan dan kekuatan, tidak cupu atau culun.
“Saya harus menciptakan dulu, tidak bisa tiba-tiba muncul begitu saja. Makanya saya bikin dia seorang petarung profesional. Ini memudahkan untuk cerita,” ujar Upi pada Rabu, 16 November lalu.
Joko Anwar, kata Upi, memberinya kebebasan menciptakan karakter Sri Asih versi baru, dari sosok, kostum, hingga jalan ceritanya. Sri Asih menjadi salah satu tokoh sentral dalam jagat Bumilangit yang akan berhadapan dengan banyak musuh. Jagat Alana besutan Upi akan terhubung dengan jagat tokoh pahlawan super lain seperti Gundala dan Godam.
Bagi Upi, komik R.A. Kosasih menjadi elemen penting untuk meramu tokoh Sri Asih. Tapi komik itu saja tak cukup. Ia juga mengulik kisah-kisah superhero perempuan lain. Ia tak bisa menemukan masa lalu Sri Asih lebih detail. Ia pun mengoprek sejumlah komik dan menonton film-film superhero, terutama Batman. Karakter Alana lantas tercipta dan dipersembahkan kepada para pencinta film.
Menghadirkan Sri Asih sebagai pahlawan super kekinian dan futuristik, Upi memberdayakan tim kreatif lokal. Menurut dia, keberadaan teknologi CGI penting untuk performa Sri Asih. Upi melibatkan tim kreatif CGI dari awal hingga akhir, sejak masa praproduksi, produksi, sampai pascaproduksi. “Jadi mereka sejak awal tahu bagaimana konsep dan karakter tokohnya, bagian mana yang perlu digarap. Mereka juga memberi banyak masukan,” ucap Upi.
Semua efek teknologi dalam berbagai adegan, dari mata yang menyala marah; peluru terbang; sabetan, lilitan, dan bantingan selendang merah; hingga kabut hitam bergulung-gulung dikerjakan tim kreatif CGI lokal. Tim ini terdiri atas anak-anak muda Indonesia. Efek CGI itu pun dikerjakan di Indonesia. Mereka harus memilih dan menyisir 1.000 footage. Upi mengakui ada beberapa bagian yang dikerjakan dan dikirim ke India.
Efek CGI yang dipakai di film Sri Asih untuk karakter Dewi Api yang diperankan oleh Dian Sastrowardoyo.
“Itu pada bagian rotoscoping (teknik animasi yang digunakan animator untuk melacak rekaman film bingkai demi bingkai guna menghasilkan aksi realistis). Tapi itu di bagian akhir-akhir,” ujarnya.
Film Sri Asih rencananya dirilis pada Oktober 2022, tapi kemudian dijadwalkan ulang menjadi pada pertengahan November. Upi menjelaskan, jadwal peluncuran Sri Asih mundur karena tim perlu merapikan CGI secara keseluruhan. Hasilnya, kekuatan Sri Asih makin bersinar.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo