Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
KREATOR konten Vina Muliana seperti tak mengenal libur. Saat Tempo menghubunginya pada Ahad, 9 Juni 2024, Vina baru pulang dari Sidoarjo, Jawa Timur, mengisi materi tentang motivasi untuk anak muda di salah satu kampus di sana.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kegiatan perempuan 30 tahun ini memang cukup padat pada akhir pekan. Dia beberapa kali mengisi materi di luar kota dalam sehari perjalanan. “Biasanya aku ambil pesawat pagi dari Jakarta dan sore atau malam sudah kembali ke rumah,” kata Vina ketika berbincang dengan Tempo melalui aplikasi virtual.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Boleh dibilang, perempuan bernama lengkap Vina Andhiani Muliana ini selalu bersemangat dalam berbagi ilmu tentang pengembangan karier, dunia kerja, dan sumber daya manusia—baik secara daring maupun luring. Ia pun rela tetap sibuk pada akhir pekan untuk menyampaikan berbagai materi secara langsung ke sejumlah daerah di Indonesia.
Vina hanya bisa memberikan materi secara luring pada akhir pekan karena kesibukannya sebagai staf senior human resource development (HRD) di Mining Industry Indonesia (MIND ID), holding badan usaha milik negara industri pertambangan Indonesia. “Pekerjaan utamaku tetap menjadi pegawai HRD di MIND ID. Kreator konten itu justru hobi aku,” ujar kreator konten yang sudah memiliki 9,1 juta pengikut di TikTok tersebut.
Meski menjadi kreator konten sekadar hobi, berkat ketekunannya membuat konten-konten menarik dan informatif seputar karier dan dunia kerja yang menginspirasi, terutama anak-anak muda, Vina meraih sejumlah penghargaan. Di antaranya Best of Learning and Education 2021 dari TikTok. Ia juga masuk daftar “Forbes 30 Under 30 Asia 2022” versi majalah Forbes. Ini penghargaan bagi anak muda berprestasi berusia di bawah 30 tahun.
Vina Muliana saat siaran dengan perangkat multimedianya. Dok. Vina Muliana Omar
Vina berbagi informasi seputar karier dan dunia kerja lewat media sosial sejak tiga tahun lalu saat pandemi Covid-19 melanda. Ketika ada pemberlakuan pembatasan, Vina yang tak bisa bepergian dan bertemu dengan teman-temannya memutuskan berselancar di TikTok. Saat itu ia bosan melihat berita soal Covid di berbagai media. Vina pun berharap bisa mendapatkan hiburan di platform media sosial tersebut.
Namun ia justru mendapati dua video singkat yang sangat menyentuhnya. Pertama, video seorang perempuan muda yang baru lulus kuliah tengah menangis karena sulit mendapatkan pekerjaan. Kedua, video seorang single mom yang baru dipecat karena pandemi Covid-19.
Vina mengaku ikut sedih melihat kedua sosok dalam video itu. “Bayangkan, mereka sudah sedih, menangis, direkam, di-post pula (di media sosial). Kayaknya mereka sudah tidak tahu lagi apa yang bisa dilakukan untuk menghadapi situasi,” tutur Vina, yang juga sempat menganggur selama tiga bulan ketika baru lulus kuliah.
Lalu, dengan bermodalkan telepon seluler, Vina tergerak membuat konten edukasi tentang karier dan dunia kerja. Video ketiganya di TikTok yang ia unggah pada 28 Februari 2021 berjudul “2 Lowongan Kerja BUMN” ditonton oleh 124,1 ribu akun. Ia mendapat respons positif di kolom komentar. Netizen menilai kontennya sangat bermanfaat.
Sejak saat itulah Vina terpacu membuat konten video mengenai berbagai isu peluang karier dari beragam sudut pandang. Pengalamannya menjadi wartawan di sebuah media online sangat membantu dia sebagai kreator konten.
Selama tiga setengah tahun menjadi jurnalis, Vina berfokus menulis isu ekonomi dan bisnis. Isu tentang BUMN juga menjadi makanan sehari-harinya kala itu. Tak jarang, ia diminta menulis berita soal peluang kerja di BUMN untuk menarik perhatian pembaca media online.
“Saat awal-awal membuat video, yang aku angkat justru tema tulisanku lima tahun lalu. Ternyata masih relevan,” ucap Vina, yang sudah terbiasa menulis isu ekonomi yang cukup ruwet menjadi hal yang mudah dipahami.
Pengalaman sebagai wartawan juga membantu dia lebih spesifik dalam membuat konten video dengan sudut pandang yang tajam. Bukan hanya itu, dia pun terbantu oleh beragam informasi soal karier di BUMN setelah bertugas menjadi tenaga ahli untuk membantu salah satu staf khusus Menteri BUMN kala itu.
Vina Muliana saat bekerja di area tambang. Instagram @vinamuliana
“Setelah jadi jurnalis, saya pun punya kesempatan melihat kondisi BUMN dari helicopter view saat menjadi tenaga ahli di Kementerian BUMN,” katanya.
Pekerjaannya di bidang HRD pun makin membantu dia terbiasa bertemu dengan kasus-kasus seputar karier dan dunia kerja. Ia terbiasa menghadapi berbagai jenis karyawan atau mengevaluasi daftar riwayat hidup alias CV para pelamar. Ilmu itu pula yang ia bagikan kepada pengikutnya di media sosial.
“Ternyata masih banyak orang yang kesulitan membuat CV. Padahal the art of making CV itu kompetensi terbesarnya, ya, kompetensi menulis dan memahami perusahaan yang ingin dituju. Sayangnya, ilmu menulis CV ini tidak kita dapat di bangku kuliah,” ujarnya.
Vina kemudian memperluas tema konten-konten videonya. Bukan hanya soal mencari pekerjaan atau membuat CV, banyak topik lain yang ia angkat. Dari cara menjawab pertanyaan saat wawancara kerja, cara berpose terbaik untuk surat lamaran kerja, hingga informasi lowongan calon pegawai negeri dan BUMN.
Ide membuat konten dengan berbagai tema itu ia dapat dari beragam sumber. Terkadang ada teman kantor dia yang menyarankan ide konten terbaru soal HRD. Tak jarang pula Vina mengambil tema yang sedang hangat dibicarakan di media sosial, seperti Tabungan Perumahan Rakyat (Tapera) bagi para pekerja. Isu lain yang juga ia angkat setelah rajin membaca berita di media adalah fenomena generasi Z yang sulit mendapatkan pekerjaan.
Bagi Vina, salah satu sumber utama idenya membuat konten adalah pesan pribadi alias DM dan komentar di Instagram ataupun TikTok. “Menurut aku, DM dan komentar di Instagram dan TikTok sudah seperti posko pengaduan Kementerian Ketenagakerjaan. Beragam dan dinamis sekali masalahnya. Bukan hanya untuk kalangan pekerja formal, pekerja nonformal juga banyak masalahnya,” tuturnya.
Vina mengungkapkan, menggeluti dua profesi sekaligus, sebagai pegawai dan kreator konten, tidak mudah. Ia benar-benar harus berdisiplin membagi waktu. “Aku biasanya akan mencuri waktu sepulang kerja untuk membuat konten edukasi tersebut,” ucap Vina, yang juga beberapa kali diundang menjadi pembicara di sejumlah lembaga dan kementerian.
•••
LAHIR pada 19 Januari 1994, Vina Muliana boleh dibilang salah jurusan ketika kuliah. Meski berkecimpung di bidang sumber daya manusia dan pengembangan karier, latar belakang pendidikan Vina tak ada kaitannya dengan dunia yang kini ia geluti.
Lulus sekolah menengah atas, Vina memilih kuliah pertanian di Universitas Padjadjaran, Bandung. Ia mengambil jurusan agroteknologi yang banyak mempelajari teknologi dan budi daya pertanian. Vina menuturkan, ia memilih jurusan tersebut karena saat di SMA menyukai biologi.
Ketika kuliah, Vina aktif di berbagai kegiatan di kampus. Ia rajin mengikuti organisasi kampus di bidang fotografi dan media. Sering kali ia mendapat tugas sebagai bagian tim publikasi dan sumber daya manusia di berbagai kepanitiaan kampus.
“Sejak saat itulah aku menyadari suka bidang komunikasi. Makanya, ketika lulus, aku langsung kerja jadi jurnalis,” kata Vina, yang pernah menjadi redaktur pelaksana media kampusnya.
Untuk mendalami ilmu komunikasi, Vina pun melanjutkan pendidikan di London School of Public Relations, Jakarta. Lalu None Jakarta 2014 ini juga mengambil beberapa sertifikasi di bidang HRD.
Vina menuturkan, bekerja di dunia yang berbeda dengan jurusan kuliah sudah menjadi hal yang umum. “Dunia kerja itu sangat dinamis,” ujarnya. Dia yakin ilmu sosial dapat dipelajari saat dipraktikkan terus-menerus.
Ilmu komunikasi yang terus dipraktikkan Vina sejak di bangku kuliah pun ternyata sangat berguna ketika ia menjalani perannya sebagai edukator dan kreator konten serta bekerja di dunia personalia, yang banyak bertemu dengan beragam orang.
Yang jelas, menjadi kreator konten membawa Vina ke sejumlah kesempatan yang tak pernah ia bayangkan. Dia diundang ke Davos, Swiss, untuk menghadiri World Economic Forum 2024 oleh TikTok. Saat itu ia bertemu dengan tokoh-tokoh dunia, dari pebisnis, Presiden Ghana, hingga CEO TikTok Shou Zi Chew.
Vina Muliana di World Economic Forum 2024, Januari 2024. Instagram @vinamuliana
Vina mengungkapkan tidak pernah membayangkan bisa diundang ke forum besar tersebut. “Selama ini aku lihat World Economic Forum hanya di Internet. Saat jadi jurnalis, aku biasanya mencari bahan berita World Economic Forum dari media ekonomi asing. Kayaknya hadir dalam forum tersebut once in a lifetime,” tuturnya.
Menjadi kreator konten juga membuat Vina diundang ke berbagai daerah di Indonesia. Ia tidak hanya membagikan pengalamannya menjadi kreator konten, tapi juga berbagi ilmu soal personal branding bagi anak muda sebelum memasuki dunia kerja.
Perannya sebagai kreator konten ini pun membawa tempat dia bekerja saat ini, MIND ID, makin dikenal di antara BUMN yang lain. Pernah suatu hari Vina membantu mengumumkan lowongan management trainee kantornya di akun media sosial pribadinya. Hasilnya, yang mendaftar untuk posisi itu mencapai 90 ribu orang. Jumlah itu hampir dua kali lipat dibanding jumlah pelamar pada tahun sebelumnya.
Dari semua pengalaman itu, Vina mengatakan “hadiah” terbesarnya sebagai kreator konten di bidang karier dan dunia kerja adalah ketika ia mendapat ucapan terima kasih dari para pengikutnya. Cerita keberhasilan pengikutnya itu terkadang ia dapat melalui DM di Instagram atau kolom komentar secara daring.
Namun tak jarang juga ia tiba-tiba disapa secara langsung oleh penggemarnya ketika naik transportasi umum. “Terkadang ibu yang anaknya mendapatkan pekerjaan yang menyapa aku. Kata dia, anaknya diterima kerja karena mengikuti nasihat Vina di media sosial. Ini bikin aku makin bersemangat ngonten lagi,” ucapnya.
Vina mengatakan awalnya penonton setia konten dia adalah anak-anak muda yang baru lulus kuliah atau SMA. Namun, setelah tiga tahun dia aktif memberikan edukasi, cakupan penggemarnya makin luas, yaitu ke kalangan masyarakat dengan usia lebih matang.
Saat ini Vina ingin mencoba mengedukasi lebih banyak perempuan yang hendak kembali ke kantor. Ia melihat makin banyak fenomena perempuan yang bekerja setelah lulus kuliah, tapi berhenti ketika memiliki anak. Setelah anaknya sudah bisa ditinggalkan, para ibu ini ingin kembali bekerja, tapi peluangnya sudah makin sedikit.
Menurut Vina, ada perusahaan yang enggan menerima kelompok perempuan tersebut karena kemampuan mereka dikhawatirkan sudah tertinggal tiga-empat tahun. Ada juga yang menolak mempekerjakan mereka dengan alasan usia mereka sebagai perempuan sudah tidak produktif sehingga akan makin merugikan perusahaan. “Masalah kelompok perempuan ini jarang sekali dibahas. Aku ingin mencoba membantu mereka melalui kontenku,” ujarnya.
Ia mengatakan sebetulnya ada beberapa pekerjaan jarak jauh yang cocok untuk kelompok perempuan ini, seperti virtual assistant atau freelance writer. Namun, kata Vina, belum banyak yang teredukasi perihal jenis pekerjaan virtual ini di Indonesia.
“Aku ingin sekali membantu para wanita ini kembali berdaya. Karena negara yang maju salah satu faktornya terlihat dari makin banyaknya penduduk wanita yang bekerja,” ucapnya.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Di edisi cetak artikel ini terbit di bawah judul "Kreator Konten Dunia Kerja"