Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Teater yang diangkat dari novel Bumi Manusia dan Anak Semua Bangsa karya Pramoedya Ananta Toer itu akan kembali naik ke panggung pertengahan bulan ini di Taman Ismail Marzuki, Jakarta.
Marsha, 39 tahun, sempat bertanya balik ketika produser Happy Salma memintanya memerankan Nyai Ontosoroh. “’Lo yakin ngajak gue?’,” ujar Marsha di Jakarta, Rabu dua pekan lalu. Aktris yang menuai pujian dalam Festival Film Cannes 2017 lewat Marlina: The Murderer in Four Acts itu sadar jam terbangnya di pentas teater masih minim. Dia baru sekali bermain teater, yakni dalam Perempuan-perempuan Chairil, pada November tahun lalu.
Selama tiga hari, istri aktor Vino G. Bastian tersebut bolak-balik curhat kepada sahabat-sahabatnya. Jawaban para sohib bulat: Marsha wajib menerima peran itu. “Kalau sekarang menolak, belum tentu akan ditawari lagi,” katanya. Marsha belum pernah menonton Bunga Penutup Abad, yang dipentaskan pada Agustus 2016 dan November 2017 ketika Nyai Ontosoroh diperankan Happy Salma.
Akhirnya Marsha mengiyakan ajakan Happy. Sebagai newbie, ibu satu anak ini berlatih lebih awal ketimbang pemeran lain sejak Juli lalu.
Marsha hanya mengetahui karakter si Nyai dari novel legendaris tersebut. Dia menyebutnya sebagai sosok perempuan hebat karena bisa mendobrak dominasi pria saat ketimpangan gender begitu kuat. “Pram membentuk Nyai Ontosoroh sebagai proto-feminist,” tuturnya.
-TEMPO/Nurdiansah
Swacukur
EROSS Candra punya keahlian langka: mampu mencukur rambut sendiri. Sudah lama gitaris band Sheila on 7 ini tidak mengunjungi salon atau barbershop.
Eross, 39 tahun, beralasan sulit menggambarkan model rambut yang dia inginkan. Dia pun tak ingin tukang cukur kena omelannya karena hasil kerja si pencukur tidak seperti yang dia bayangkan. “Kalau potong sendiri, lalu salah, kan, marahnya sama diri sendiri,” katanya kepada Tempo di Jakarta, pertengahan bulan lalu. Alasan lain, dia merasa berat melangkahkan kaki ke tempat pangkas rambut.
Soal hasil, ya, apa adanya. Sering Eross baru menyadari panjang rambutnya tidak imbang beberapa hari setelah swacukur. Kalau sudah begitu, ayah satu anak ini pun mengambil gunting, mencari cermin, dan mengulang pemangkasan.
Eross pernah ingin mengasah keahliannya itu. Namun, letih membuka-buka laman Internet, dia tak kunjung menemukan tutorial memangkas rambut sendiri. Akhirnya, dia mengambil kesimpulan bahwa kunci swacukur hanya satu: ikhlas menerima hasilnya. “Dihina teman-teman gara-gara potongan rambut enggak sinkron kanan dan kiri itu sudah biasa, ha-ha-ha...,” ujarnya.
-Dok. Pribadi
Pantang Titip Absen
KALI ini, Reza Rahadian tidak sedang berakting. Aktor peraih empat Piala Citra itu menjadi dosen di Universitas Indonesia. Dia mengajarkan mata kuliah Olah Suara dan Penyajian di Program Vokasi Komunikasi sejak dua bulan lalu.
Ditemui saat konferensi pers pementasan Bunga Penutup Abad, Rabu dua pekan lalu, Reza, 31 tahun, dengan bangga mengatakan kelasnya selalu penuh. Pak dosen mengabsen mahasiswanya satu per satu. “Jadi enggak pernah ada yang bisa titip absen, he-he-he...,” katanya.
Suasana perkuliahan, Reza melanjutkan, tidak berbeda dengan kelas-kelas lain di UI, meski kadang muncul pertanyaan yang melenceng dari topik. “Misalnya, ‘Mas, gimana rasanya kalau ada yang minta foto pas lagi jalan-jalan’,” ujarnya.
Yang membedakan Reza dengan dosen lain adalah dia tidak pernah menyajikan materi kuliah lewat slide. Tujuannya agar mahasiswa benar-benar menyimak omongannya, bukan cuma menatap layar. Begitu ujian, Reza menagih mahasiswanya mempresentasikan rangkuman materi lisan di depan kelas. “Itu yang paling membuat mereka kelabakan, ha-ha-ha....”
Reza pun kerap memberikan tugas kepada 68 mahasiswanya. Saat awal semester, bintang utama Guru Bangsa: Tjokroaminoto ini hanya memberikan tugas per dua pertemuan. Belakangan, frekuensinya meningkat jadi setiap pertemuan. “Saya pernah memeriksa tugas sampai jam setengah satu malam,” kata Reza, yang mengajar sampai Desember nanti.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo