Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sejak memperoleh Hadiah Nobel bidang ekonomi pada 1998, Amartya Sen kerap diburu jurnalis. Situasi itu pula yang terjadi saat dia tampil memberi kuliah umum di World Culture Forum di Nusa Dua, Bali, dua pekan lalu. Kendati enggan, dia terpaksa meladeni pertanyaan wartawan. "Saya sebetulnya bosan sekali diwawancarai," ujar pria 80 tahun ini.
Pekan lalu, saat ke Bangkok, Thailand, dia berharap bisa lepas sejenak dari kejaran jurnalis. Dia mengira tak ada orang yang tahu keberadaannya di Negeri Gajah Putih, yang sedang dilanda huru-hara politik. Toh, ia menerima telepon dari wartawan sebuah koran di sana. "Bagaimana kalian bisa tahu saya ada di sini?" ujarnya heran. Jurnalis memang punya penciuman tajam, Prof.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo