Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
GRUP musik Efek Rumah Kaca menggarap album baru dengan santai. Di sela-sela proses rekaman, vokalis dan gitaris Cholil Mahmud serta personel lain harus menghidupi ruang kreatif Kios Ojo Keos di Lebak Bulus, Jakarta Selatan. Salah satu caranya berjualan kukis. "Kios Ojo Keos harus bertahan supaya bisa ngadain acara," kata Cholil, 45 tahun, saat dihubungi, Rabu, 2 Juni lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berdiri pada 1 Mei 2018, Kios Ojo Keos menjadi wadah kreativitas bagi personel band itu dan komunitas, seperti diskusi, bedah buku, serta bermain musik. Pengunjung bisa mencicipi kopi, membeli cakram padat atau kaset dan merchandise band kesukaan, hingga membaca buku. "Sebelumnya tidak menjual makanan," ucapnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ide menjual kukis bermula dari kebiasaan Cholil membawa kue bikinan sendiri saat berlatih musik di kios. Ia memang punya hobi memasak dan membuat aneka kue. Teman-temannya menilai kukis bikinannya enak dan mereka menyarankan Cholil menjualnya. Walhasil, sejak awal April lalu, kukis yang diberi nama Cookeos itu dijual secara online karena belum bisa dimakan di tempat.
Ada enam varian rasa kukis dengan harga bervariasi antara Rp 15 ribu dan Rp 17 ribu per keping. "Penjualan kami masih fluktuatif. Kadang ramai, kadang sepi. Biasalah, karena juga masih baru," katanya.
Meski sibuk menghidupi Kios Ojo Keos, Cholil mengatakan Efek Rumah Kaca tak lantas meninggalkan dapur rekaman. Mereka sudah merekam enam lagu, tapi belum ada yang bisa dirilis karena ia belum menulis liriknya. "Memang ada hubungannya antara tenaga yang dicurahkan ke situ (Kios Ojo Keos) dan kami yang memberikan jeda dalam rekaman," ujarnya.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo