Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
BAGI Endah Widiastuti, gitaris dan penyanyi duo musikus Endah N Rhesa, tes wawasan kebangsaan hanyalah salah satu perwujudan upaya pelemahan Komisi Pemberantasan Korupsi. Dia mengatakan, sejak KPK berdiri, selalu ada upaya melemahkan lembaga antirasuah itu. Misalnya kriminalisasi pimpinan KPK dalam kasus "cicak versus buaya" jilid I, II, dan III; penyiraman air keras terhadap penyidik senior Novel Baswedan; hingga pelemparan bom molotov ke kediaman mantan Wakil Ketua KPK, Laode M. Syarif.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut Endah, KPK diperlemah melalui perubahan Undang-Undang KPK yang memicu kontroversi publik dua tahun lalu. "Tidak cukup sampai di situ upaya pelemahannya, tapi juga diikuti dengan tes wawasan kebangsaan ini," ucap Endah, 38 tahun, melalui pesan WhatsApp, Kamis, 17 Juni lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Endah, yang bersama suaminya, Rhesa Aditya, kerap terlibat proyek kampanye para seniman menyuarakan antikorupsi, mengatakan tes itu bakal lebih efektif jika berfokus pada rekam jejak kinerja, keahlian, integritas, dan kualitas pegawainya. Endah mempertanyakan pelaksanaan tes yang metodenya tidak transparan dan akuntabel. "Apa artinya lulus tes wawasan kebangsaan tapi ternyata tidak mampu memberantas korupsi? Bukankah keberhasilan petugas KPK dalam menangkap koruptor adalah wujud kecintaan dan kesetiaan terhadap NKRI (negara kesatuan Republik Indonesia)?" ujarnya.
Tes wawasan kebangsaan juga mendapat kritik dari komedian Pandji Pragiwaksono. Ia mengunggah sebuah video di YouTube berjudul "KPK KOK TWK? PAP TT" pada 3 Juni lalu. Dalam video itu, Pandji awalnya menampilkan kilas balik berbagai peristiwa di era Presiden Joko Widodo yang dianggap melemahkan KPK. Di antaranya pemilihan Ketua KPK Firli Bahuri yang diprotes oleh pegawai KPK sendiri dan, yang paling baru, tes wawasan kebangsaan tersebut.
Alih-alih mengkritik pertanyaan yang kontroversial pada tes itu, Pandji menyoroti ekspektasi penyelenggara terhadap jawaban para peserta. “Misteri sebenarnya adalah jawaban dari pertanyaan tersebut,” tuturnya melalui pesan suara WhatsApp, Jumat, 18 Juni lalu.
Pandji Pragiwaksono. TEMPO/STR/Ilham Fikri
Menurut Pandji, 42 tahun, semestinya kunci jawaban atas pertanyaan tes itu dibuka sehingga publik bisa menilai. Kalau memang jawabannya tidak jelas, menurut dia, artinya tes tersebut tidak relevan.
Senada dengan Endah dan Pandji, penyanyi dan aktivis sosial Melanie Subono menganggap upaya pelemahan KPK sudah terjadi sejak dulu dan bakal terus berlangsung. "Dengan keterbukaan informasi sekarang, rakyat sudah tahu, kalaupun ini enggak berhasil, nanti akan ada lagi. Pokoknya bagaimana caranya pelemahan itu berhasil," kata Melanie, 44 tahun, lewat pesan suara WhatsApp, Rabu, 9 Juni lalu.
Dia merasa sedih mendapati kabar para pegawai KPK yang tidak lolos tes akan dipecat. Ia mengenal sebagian dari mereka yang, menurut dia, bekerja tulus untuk memberantas korupsi. Melanie tak habis pikir terhadap pimpinan KPK yang menyematkan label "masih bisa dibina" dan "tidak bisa dibina" kepada para pegawainya sendiri. "Itu gila dan jahat banget. Koruptor yang dipenjara saja bisa dibina dan masih ada harapan untuk berubah atau kapok, berarti koruptor lebih baik dari mereka (pegawai KPK yang tidak lolos tes)," ucapnya.
Terlepas dari problem yang kini mendera KPK, Melanie mendukung setiap upaya pemberantasan rasuah. Ia masih menyimpan asa dan akan terus bersuara supaya KPK bisa kembali seperti dulu, dengan niat murni tanpa ada kepentingan pihak tertentu. "Kalau KPK masih akan baik, ya gue support," katanya.
Melanie Subono di Jakarta, Rabu 28 Oktober 2020. TEMPO/Nurdiansah
Endah dan Rhesa sepakat dengan Melanie bahwa KPK patut didukung selama masih dapat berfungsi sebagai institusi yang kuat dalam memberantas korupsi. Sebaliknya, KPK patut dikritik jika gagal mengemban tugasnya. "Bentuk dukungan kami adalah dengan menerapkan nilai-nilai yang diperjuangkan KPK dalam kehidupan kami. Dukungan lain adalah menyebarkan wacana tentang perlunya sistem dan lembaga yang kuat untuk memberantas korupsi sampai ke akar-akarnya," Endah bertutur.
Pandji pun tetap mendukung KPK. Selain dalam video tersebut, dia beberapa kali membawakan materi stand up comedy, merilis lagu rap, dan menulis tentang lembaga antikorupsi itu. “Harusnya nanti ada lagi karena saya sudah mendukung KPK sejak dulu. Paling tidak memberikan sebentuk keresahan lewat karya,” katanya.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo