Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
22 Januari 2023
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berdalih menguatkan ketahanan pangan, pemerintah melanjutkan proyek food estate atau lumbung pangan di Sumatera Utara, Kalimantan, Nusa Tenggara, dan Papua. Program yang memakan lahan seluas 2,3 juta hektare, 30 kali lipat luas DKI Jakarta, ini terbukti memiliki dampak negatif. Hal itu antara lain mengorbankan kawasan hutan, melepaskan emisi karbon, mengancam habitat orang utan, serta menimbulkan konflik agraria.
Di Kalimantan, penanaman singkong oleh tentara di bawah arahan Kementerian Pertahanan gagal total. Begitu pula di Sumatera Utara. Petani memilih meninggalkan lahan food estate karena tak bisa memanen bawang putih. Kementerian Pertanian kemudian mengganti bawang putih dengan cabai.
Banyak pegiat lingkungan pun mengkritik program lumbung pangan mengalami kegagalan sejak Orde Baru. Namun Menteri Pertahanan Prabowo Subianto membantah tudingan bahwa proyek tersebut gagal. Ketua Umum Partai Gerindra itu justru menyatakan akan melanjutkan program tersebut. Ia mengklaim memiliki teknologi untuk mewujudkan food estate di kawasan rawa-rawa.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Di edisi cetak, artikel ini terbit di bawah judul "Sempoyongan Lumbung Pangan"