Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Jokowi meminta Prabowo Subianto mengorkestrasi semua informasi intelijen.
Pernyataan Jokowi dianggap sebagai serangan balik terhadap Megawati Soekarnoputri.
Jokowi disebut-sebut menunggu Megawati memberi sinyal untuk Ganjar Pranowo.
TUGAS mendadak diberikan oleh Presiden Joko Widodo kepada Menteri Pertahanan Prabowo Subianto pada Rabu, 18 Januari lalu. Jokowi yang datang ke Kementerian Pertahanan hari itu meminta Prabowo mengkristalkan informasi intelijen dari semua lembaga telik sandi. “Kementerian Pertahanan menjadi orkestrator informasi intelijen di semua lini,” ujar Presiden.
Jokowi menuturkan, peran Kementerian Pertahanan diperlukan untuk memastikan kebenaran informasi intelijen yang bisa digunakan pemerintah buat mengeluarkan kebijakan. Jika rencana itu terlaksana, semua organisasi telik sandi, seperti Badan Intelijen Negara, Badan Intelijen Strategis Tentara Nasional Indonesia, serta Badan Siber dan Sandi Negara, akan berada di bawah kendali Prabowo.
Pernyataan Jokowi mendadak sontak menimbulkan polemik. Dua anggota Komisi Pertahanan Dewan Perwakilan Rakyat bercerita, sejumlah kolega mereka mempertanyakan maksud ucapan Jokowi. Sebab, Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2011 tentang Intelijen Negara menyebutkan BIN merupakan koordinator intelijen yang bertanggung jawab langsung kepada presiden.
Anggota Komisi Pertahanan dari Fraksi Partai Gerindra, Yan Permenas, dan Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Nico Siahaan, membenarkan sempat ada diskusi serius tentang koordinator intelijen. Namun mereka menyebutkan belum ada pembahasan resmi di Komisi Pertahanan. “Nanti menunggu jadwal rapat dengan Kementerian Pertahanan,” ucap Yan.
Baca: Deklarasi Anies dan Renggangnya Hubungan Surya Paloh-Jokowi
Dua narasumber yang mengetahui cerita di balik pernyataan Presiden bercerita, usul menjadikan Menteri Pertahanan sebagai koordinator intelijen berasal dari Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) Andi Widjajanto. Andi adalah orang dekat Jokowi yang membantu pemenangannya sejak Pemilihan Umum 2014.
Deputi bidang Politik, Hukum, dan Hak Asasi Manusia Kantor Staf Presiden, Jaleswari Pramodhawardani, irit bicara ketika ditanyai mengenai koordinator intelijen. “Tanyakan ke Mas Andi,” ujarnya, Rabu, 1 Februari lalu. Jaleswari dan Andi sama-sama berada di Tim Sebelas yang mengawal Jokowi dalam pemilu presiden dan memberi masukan terhadap berbagai isu.
Adapun Andi menampik informasi itu. Ia mengklaim Lemhannas ataupun organisasi bentukannya, Lembaga Laboratorium Indonesia 2045 atau Lab 45, tak pernah membuat kajian tentang koordinator intelijen di tangan Kementerian Pertahanan. “Tidak ada kajian tentang intelijen,” katanya melalui pesan WhatsApp, Jumat, 3 Februari lalu.
Menurut Andi, Lemhannas pernah membuat kajian tentang risiko geopolitik global dan nasional 2023. Laporan analisis politik dan ekonomi itu disampaikan kepada Jokowi pada akhir Desember 2022. Kajian itu dibahas bersama 14 kementerian dan lembaga serta komunitas intelijen. Andi menolak menjelaskan isi kajian yang bersifat tertutup tersebut.
Menteri Pertahanan Prabowo Subianto mengatakan Presiden sempat mengingatkan soal situasi dunia yang tak kondusif. Misalnya perang Rusia-Ukraina dan ancaman resesi keuangan. Karena itu, Kementerian Pertahanan diminta mengantisipasi berbagai kemungkinan.
Pada Senin, 23 Januari lalu, Ketua Umum Partai Gerindra itu menyatakan Kementerian Pertahanan akan membantu Presiden menilai laporan intelijen. “(Lembaga intelijen) tak di bawah Kementerian Pertahanan,” ucapnya. Sedangkan Deputi Komunikasi dan Informasi BIN Prabawa Ajie belum berkomentar tentang koordinator intelijen. “Saya izin pimpinan dulu,” tuturnya pada Sabtu, 4 Februari lalu.
Lantas, benarkah Jokowi ingin mengutak-atik kewenangan Badan Intelijen Negara yang kini dipimpin oleh Jenderal (Purnawirawan) Budi Gunawan? Apalagi Budi adalah orang dekat Megawati Soekarnoputri, Ketua Umum PDI Perjuangan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sejumlah politikus Gerindra dan PDI Perjuangan yang ditemui Tempo sepanjang pekan lalu mengatakan pernyataan Jokowi merupakan balasan atas pidato Megawati saat peringatan hari ulang tahun ke-50 partai itu. Istana menganggap pidato Megawati sebagai bentuk roasting (gaya komedian meledek individu) terhadap Presiden.
Baca: Panas Dingin Hubungan Jokowi-Surya Paloh
Dalam acara yang digelar di Jakarta International Expo Kemayoran, Jakarta Pusat, itu, Megawati kembali menegaskan soal masa jabatan presiden yang hanya dua kali. “Kalau sudah dua kali, ya maaf, ya, dua kali,” ujar Megawati. Presiden kelima itu selama ini menolak ide perpanjangan masa jabatan presiden ataupun tiga periode Jokowi.
Megawati juga menyinggung soal dukungan partainya untuk Jokowi. “Pak Jokowi kalau enggak ada PDI Perjuangan juga, duh, kasihan dah,” katanya. PDIP adalah partai pendukung Jokowi dalam pemilihan Wali Kota Solo tahun 2005 dan 2010. Pada 2012, PDIP mengusung Jokowi dalam pemilihan Gubernur DKI Jakarta. Dukungan itu berlanjut dalam dua pemilu presiden.
Dua narasumber yang mengetahui kondisi di Istana menyatakan pernyataan Megawati membuat Jokowi gusar. Menurut keduanya, kemarahan Presiden juga lantaran Megawati tak kunjung memberikan sinyal dukungan untuk Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo sebagai calon presiden. Sudah rahasia umum bahwa Jokowi mendukung Ganjar sebagai suksesornya.
Baca: Beda Peluang Ganjar Pranowo dan Puan Maharani Menjadi Calon Presiden
Istana belum memberikan tanggapan tentang panas-dingin hubungan Presiden dengan Megawati. Menteri Sekretaris Negara Pratikno tak membalas pertanyaan yang dikirim ke telepon selulernya. Pada Juni 2022, setelah wacana perpanjangan masa jabatan mencuat, Pratikno menyatakan hubungan Jokowi dengan Megawati tak ada masalah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Presiden Joko Widodo menggandeng Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri didampingi Wakil Presiden Ma’ruf Amin saat menghadiri acara puncak HUT ke-50 PDI Perjuangan di Jiexpo Kemayoran, Jakarta, 10 Januari 2023. Tempo/M Taufan Rengganis
Anggota Komisi Pertahanan dari PDIP, Nico Siahaan, menampik kabar bahwa hubungan Megawati dan Jokowi renggang karena pidato tersebut. “Apa yang disampaikan oleh Ibu Megawati terlalu simpel untuk dibawa ke hati,” ucapnya pada Rabu, 1 Februari lalu. Nico menduga wacana koordinator intelijen berawal dari laporan berbeda-beda yang sampai ke meja Presiden.
Politikus PDIP, Masinton Pasaribu, juga mengklaim hubungan Megawati dengan Jokowi baik-baik saja. Namun keduanya pernah berbeda pandangan dan langkah-langkah politik. “Tidak saling menegasikan, justru menguatkan dan hubungan cair,” ujarnya, Jumat, 3 Februari lalu.
Di tengah kabar renggangnya hubungan dengan Presiden, Megawati Soekarnoputri mengunjungi Semarang, Jawa Tengah, pada Senin, 30 Januari lalu. Dia datang untuk menghadiri pelantikan Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu. Saat itu Mega duduk bersebelahan dengan Ganjar Pranowo.
Megawati pun sempat terlihat berjalan sambil memegang tangan Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka. Gibran, putra Jokowi, mengaku mendapat sejumlah pesan dan arahan saat berbincang dengan Megawati. Tapi ia enggan membeberkannya. "Rahasia semua," kata Gibran, Senin, 30 Januari lalu.
Dua petinggi PDIP bercerita, kunjungan Megawati ke Semarang bisa dibaca sebagai sinyal positif. Pertemuan dengan Ganjar serta Gibran dianggap mendinginkan sementara bara hubungan Megawati-Jokowi.
EGI ADYATAMA
Artikel lain:
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo