Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Platform Elaelo ramai diperbincangkan sejak akhir pekan lalu menyusul isu rencana pemblokiran X oleh pemerintah sebagai imbas dari penerapan ketentuan tentang konten dewasa. Namun, situs yang mengklaim siap menjadi aplikasi yang menyaingi X tersebut tingkat keamanannya rendah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pakar keamanan siber dari Vaksincom, Alfons Tanujaya, mengatakan situs Elaelo memiliki tingkat keamanan yang rendah dan sulit untuk diakses. Saat membuka laman Elaelo, pengguna akan melihat tampilan website memakai logo Burung Garuda dan backsound mars Pancasila.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pada informasi sumber servernya, tertulis dibuat oleh Kominfo. Namun, saat dicek oleh Alfons, situs Elaelo ini memakai domain yang dibuat oleh Aksara Digital. Alfons menilai situs Elaelo jauh dari kata layak. Threads saja, menurut Alfons, hingga kini belum mampu untuk menggeser posisi media sosial X, padahal Threads berasal dari grup Meta yang cukup terkenal.
"Domainnya (Elaelo) saja tidak secure, kalau model begini mau jadi pengganti X, ibaratnya ikan lohan mau ganti ikan paus. Kan beda levelnya. Jangankan Elaelo, Threads saja yang jagoan dan berpengalaman sampai hari ini belum berhasil menggeser X," kata Alfons saat dihubungi Tempo, Selasa, 18 Juni 2024.
Alfons menjelaskan, hadirnya sebuah situs atau aplikasi yang digunakan bagi banyak pengguna tidaklah mudah. Sangat sulit untuk suatu server bisa menampung ratusan juta pengguna dan beroperasi selama bertahun-tahun. Jadi, menurut dia, tidak akan berjalan dengan mudah rencana mengganti aplikasi yang sudah banyak dipakai pengguna ke aplikasi lain.
"Saya tidak menganggap X tak bisa digeser atau merendahkan kemampuan bangsa sendiri. Tetapi kalau mau melakukan sesuatu harus realistis dan jangan ibarat mimpi di siang bolong. Punya coding dan server sudah berasa jagoan dan mau mengalahkan penguasa market," ujar Alfons.
ALIF ILHAM FAJRIADI
Pilihan Editor: Situs Elaelo Cabut Label Kominfo, Diganti Menjadi Democracy Fighters