Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ekonomi

Kabar Baik dari Amerika dan Cina

Perubahan kebijakan ekonomi Amerika Serikat dan Cina membawa dampak positif bagi Indonesia. Ada peluang mendorong ekspor.

15 Januari 2023 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Inflasi di Amerika Serikat mulai melandai.

  • The Fed bakal memperlambat kenaikan suku bunga.

  • Perubahan kebijakan Cina menjadi sinyal baik bagi ekonomi negara berkembang.

GELAGAT meredanya inflasi global membuat pasar finansial kembali optimistis. Setelah pada pekan sebelumnya inflasi Eropa melandai, pada Kamis, 12 Januari lalu, Amerika Serikat menghadapi kondisi serupa. Per Desember 2022, inflasi tahunan di Amerika Serikat mencapai 6,5 persen, angka terendah dalam enam bulan terakhir.

Meredanya inflasi membawa banyak harapan. Betul, rezim suku bunga tinggi belum akan segera berakhir. Namun pasar sekarang bisa berharap kenaikan bunga The Federal Reserve bakal lebih rendah. Para analis memperkirakan, dalam sidang pada akhir bulan ini, The Fed hanya akan menaikkan bunga 0,25 persen, separuh dari kenaikan 0,50 persen pada Desember 2022. 

Harapan akan melambatnya kenaikan suku bunga membuat pasar obligasi langsung bergairah. Pemerintah di negara-negara berkembang memanfaatkan kesempatan ini untuk menjual obligasi sebanyak-banyaknya. Nilai obligasi pemerintah negara berkembang yang masuk pasar pada Januari ini sudah mencapai US$ 41 miliar, menurut data yang dikompilasi Financial Times. Sebagai perbandingan, pada Januari 2022, pemerintah negara berkembang hanya menjual obligasi senilai US$ 24,39 miliar. 

Pemerintah Indonesia memang belum mengikuti keramaian pasar finansial global itu dengan melepas obligasi dalam denominasi dolar Amerika Serikat. Namun tren kembali masuknya dana asing ke Indonesia melalui obligasi pemerintah dalam rupiah sudah terlihat. Data Kementerian Keuangan menunjukkan, dalam tempo 12 hari pada awal tahun ini, secara neto ada dana asing senilai Rp 15,6 triliun yang masuk ke obligasi pemerintah. Tren positif ini turut membuat kurs rupiah menguat hingga ke level sekitar 15.300 per dolar Amerika pada akhir pekan lalu. Ada kenaikan 1,91 persen hanya dalam tempo dua pekan sejak awal tahun. 

Pemicu kegairahan pasar bukan hanya melunaknya inflasi global. Perubahan arah kebijakan pemerintah Cina juga memompa sentimen positif. Pada Desember 2022, Partai Komunis Cina sudah memberikan sinyal bahwa kebijakan ekonomi 2023 akan lebih berpihak pada pertumbuhan. Kini satu demi satu implementasi perubahan kebijakan itu muncul. 

Yang paling menonjol: kebijakan penanganan pandemi Covid-19 yang makin longgar. Aktivitas ekonomi tak lagi terkekang pembatasan. Sejak pekan pertama Januari, Cina pun sudah kembali membuka perbatasan bagi pelancong internasional tanpa keharusan melewati karantina. Ada pula upaya meredakan ketegangan hubungan politik dan perdagangan yang sebelumnya mendominasi kebijakan luar negeri Cina. Salah satunya Cina mengakhiri embargo impor batu bara dari Australia yang berlangsung sejak Oktober 2020.

Dus, pasar melihat Cina yang sedang berubah menjadi lebih terbuka dan kompromistis dalam percaturan politik dan ekonomi global. Perubahan ini cukup drastis jika dibandingkan dengan kecenderungan tiga tahun terakhir, ketika konfrontasi Cina dengan negara-negara Barat, terutama melawan Amerika Serikat dan sekutunya, seakan-akan makin tak terelakkan.

Perubahan itu langsung menimbulkan ekspektasi tinggi: ekonomi Cina akan tumbuh lebih cepat tahun ini. Ketika ekonomi negara-negara maju melambat karena suku bunga yang masih tinggi, pemulihan ekonomi Cina dapat menjadi pendorong yang cukup berarti. Ekonomi dunia bisa selamat dari resesi yang dalam lantaran ada tarikan dari pertumbuhan pesat di Cina.

Ini juga kabar baik bagi negara pengekspor komoditas, seperti Indonesia. Ekonomi Cina yang bergairah berpotensi membuat harga berbagai komoditas tetap tinggi. Naiknya permintaan dari berbagai industri di Cina akan menahan harga, memberi keuntungan ekstra bagi eksportir dan pemerintah Indonesia.

Sekarang tinggal bagaimana otoritas ekonomi di Indonesia memanfaatkan kesempatan yang muncul dari perubahan kebijakan ekonomi di Amerika dan Cina secara optimal. Yang paling mendesak saat ini adalah munculnya kebijakan yang kondusif untuk membuat modal asing ataupun devisa hasil ekspor yang sudah masuk bertahan lama, tak cepat kabur lagi. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus