Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Bank syariah menggenjot tabungan haji karena potensinya besar.
Aset bank syariah hanya 7 persen dari aset bank konvensional.
Bank syariah tak unggul dalam aspek teknologi dan modal dibanding bank konvensional.
SETAHUN lalu, Nanien Yuniar mendaftarkan diri untuk mendapatkan kuota haji. Produser video di sebuah perusahaan media ini membuka tabungan haji PT Bank Syariah Indonesia Tbk atau BSI atas rekomendasi kakaknya. "Saya buka tabungan ketika sudah cukup setoran awalnya," kata perempuan 33 tahun ini pada Senin, 17 April lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Setelah membuka rekening di salah satu cabang BSI di Jakarta Timur, Nanien mesti menyetor tabungan rutin. Meski begitu, dia belum mendapat kepastian ihwal waktu keberangkatan ke Tanah Suci. "Kalau lihat antreannya, wallahualam bisa dapat kapan. Menyesal enggak dari dulu nabung, tapi mau bagaimana lagi, belum ada uang dan niat," ujarnya. Selain untuk melanjutkan tabungan haji, Nanien tak banyak menggunakan layanan perbankan syariah. Namun, menurut dia, layanan mobile banking BSI cukup nyaman digunakan untuk keperluan sehari-hari.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Membuka rekening haji di bank syariah juga dilakukan Faradina Putriyanti. Dokter gigi 33 tahun ini membuka tabungan haji di PT Bank Muamalat Indonesia Tbk pada 2019. "Tabungan haji sampai berangkat karena untuk pelunasan. Mungkin sekitar 20 tahun lagi," ucapnya. Di bank syariah itu, Faradina hanya membuka rekening khusus tabungan haji. Sedangkan buat transaksi sehari-hari dan kebutuhan lain, dia menggunakan jasa bank konvensional. "Belum ada rencana memindahkan rekening operasional ke bank syariah," katanya.
Pada 2020, sebelum masa pandemi Covid-19, pemerintah menetapkan biaya perjalanan ibadah haji (BPIH) Rp 35,2 juta. Pada 15 Februari lalu, Kementerian Agama dan Komisi Agama Dewan Perwakilan Rakyat menyepakati nilai BPIH untuk anggota jemaah reguler tahun 2023 atau 1444 Hijriah rata-rata Rp 90 juta.
Nasabah melihat berbagai layanan di Bank Syariah Indonesia Cabang Hasanudin, Jakarta, seperti layanan kartu Hasanah dan tabungan haji. Tempo/Tony Hartawan
Angka ini mencakup BPIH yang ditanggung anggota jemaah rata-rata Rp 49,8 juta (55,3 persen). Dana tersebut digunakan untuk ongkos penerbangan, biaya hidup, dan sebagian biaya paket layanan masyair atau akomodasi dan transportasi. Sisanya sebesar Rp 40,2 juta atau 44,7 persen merupakan nilai manfaat per anggota jemaah yang akan dikelola Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH).
Kementerian Agama mempersyaratkan adanya rekening tabungan haji di salah satu bank penerima setoran biaya penyelenggaraan ibadah haji sebelum calon haji mendaftar. Bank yang dimaksud adalah bank umum syariah atau unit usaha syariah dari bank dan lembaga keuangan yang ditunjuk oleh BPKH. Untuk membuka tabungan haji, calon haji reguler harus punya dana minimal Rp 25 juta. Jika syarat ini terpenuhi, rekening itu akan terhubung dengan Sistem Komputerisasi Haji Terpadu.
Tabungan haji pun menjadi ceruk pasar paling potensial untuk perbankan syariah. Berdasarkan data BPKH, jumlah dana haji yang ditempatkan di bank per Desember 2022 mencapai Rp 48,97 triliun atau lebih dari dua kali kebutuhan dana penyelenggaraan haji. BSI menjadi bank pengelola tabungan haji terbesar. Hingga Desember 2022, BSI mengelola tabungan haji Rp 10,1 triliun, tumbuh 5,29 persen jika dibanding pada tahun sebelumnya.
Bukan cuma BSI, BCA Syariah, anak usaha PT Bank Central Asia Tbk, mencatatkan pertumbuhan jumlah dana haji dan umrah yang cukup signifikan. Hingga Maret lalu, tabungan haji dan umrah BCA Syariah bertumbuh 67,68 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Hal tersebut selaras dengan kenaikan jumlah calon haji yang menyetor biaya penyelenggaraan haji di BCA Syariah yang mencapai 22,12 persen. “Kami mengelola Rp 36,4 miliar dana haji dalam bentuk deposito dan giro,” tutur Wakil Presiden Eksekutif BCA Hera F. Haryn pada Jumat, 14 April lalu.
Untuk menarik minat nasabah, BCA Syariah menyediakan layanan khusus seperti Tahapan iB, Tahapan Mabrur iB, KPR iB, Emas iB, Pembiayaan Modal Kerja iB, KKB iB, dan Umrah iB. Menurut Hera, program KPR iB atau kredit pemilikan rumah berbasis syariah menjadi layanan favorit. Pada Maret lalu, jumlah pengguna layanan ini bertumbuh 166,3 persen.
Potensi kebutuhan layanan perbankan syariah Indonesia, sebagai negara dengan populasi muslim terbesar di dunia, sebetulnya masih sangat tinggi. Namun produk dan layanan perbankan syariah belum menjadi pilihan utama dibanding jasa perbankan konvensional. Hal ini diakui oleh Head of Sharia Business Bank Jago Waasi B. Sumintardja. Menurut dia, keunggulan bank konvensional yang masih perlu dikejar oleh bank syariah ada pada teknologi dan fitur transaksi. “Produk dan layanan perbankan syariah masih belum setara dibanding perbankan konvensional,” ucapnya pada Jumat, 14 April lalu.
Hingga Desember 2022, nilai aset perbankan syariah sebesar Rp 782 triliun atau 7 persen dari total aset perbankan umum yang sebanyak Rp 11.113 triliun. Sedangkan dana pihak ketiga (DPK) bank syariah Rp 606 triliun atau 7,4 persen dari total DPK perbankan umum yang sebesar Rp 8.153,6 triliun.
Untuk menjawab tantangan teknologi dan fitur transaksi, Bank Jago Syariah menyodorkan sejumlah fitur lewat aplikasi Jago Syariah. "Konsepnya adalah layanan keuangan syariah digital yang berorientasi pada kebutuhan sehari-hari," kata Waasi. Contohnya Kantong (Pockets) dengan akad wadiah yang memungkinkan nasabah memilah dana untuk tujuan tertentu. Ada juga fitur Jago Amal untuk menyalurkan zakat dan sedekah yang diluncurkan pada Sabtu, 8 April lalu.
Pengembangan produk unik juga menjadi strategi CIMB Niaga Syariah agar bisa bersaing dengan perbankan konvensional. “Perbankan syariah yang masih pada tahap infancy mengalami kesulitan untuk menyusul bank konvensional yang telah established dan mature,” ujar Direktur Perbankan Syariah PT Bank CIMB Niaga Tbk Pandji P. Djajanegara pada Kamis, 13 April lalu.
Menurut Pandji, bank syariah juga mulai mendekati komunitas-komunitas muslim untuk membentuk ekosistem ekonomi Islam. Tujuannya adalah mengajak komunitas ini menggunakan fasilitas perbankan syariah. CIMB Niaga Syariah memiliki tiga produk, yaitu iB Subrogasi, iB Salam, dan PRK MMQ yang meluncur tahun lalu. Pandji pun yakin bank syariah bisa mengimbangi semua produk perbankan konvensional. Apalagi, dia menambahkan, bank syariah memiliki akad dan skema unik yang tidak ada dalam sistem perbankan konvensional.
Namun, Pandji melanjutkan, sebelum menuju tahap tersebut, pengelola bank syariah dan semua pemangku kepentingan harus menggenjot literasi dan inklusi keuangan bagi publik. Pemegang saham juga harus menggenjot modal agar bank syariah bisa menambah layanan dan berekspansi. Di sisi lain, perlu ada yang mendorong sinergi bank syariah dengan ekosistem industri halal, lembaga keuangan sosial Islam, hingga pemerintah. “Ini untuk mendorong demand atas keuangan syariah yang masih rendah. Rendahnya demand berdampak minimnya penempatan dana pada bank syariah,” tutur Pandji.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Artikel ini terbit di edisi cetak dengan judul "Besar Peluang, Seret Modal "