Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan pertumbuhan ekonomi syariah melalui industri halal harus mendominasi ekonomi nasional. Agus memandang industri ini merupakan sumber mesin pertumbuhan ekonomi baru bagi Indonesia. Hal ini dikarenakan ekonomi syariah memiliki andil terbesar dalam perekonomian nasional yakni 0,79 persen dari total pertumbuhan ekonomi 5,05 persen.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Industri halal juga semakin hari menunjukkan kinerja yang baik dan positif,” ujar Agus Gumiwang dalam sambutannya di acara Indonesia Halal Industry Awards 2024 pada Jumat, 27 September 2024 di Indonesia Convention Center (ICE) BSD Tangerang, Banten.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kinerja tersebut, kata Agus Gumiwang, dibuktikan dengan pertumbuhan sektor halal value chain (HVC) yang tumbuh 1,94 persen (YoY) dengan sektor makanan dan minuman serta modest fashion yang masing-masing tumbuh sebesar 5,87 persen hingga 3,81 persen.
“(Angka ini) masih rendah, Bapak, Ibu sekalian. Masih rendah. Namun, paling tidak kita sudah pada start yang baik,” ujarnya.
Agus Gumiwang menjelaskan ekonomi syariah dan industri halal memiliki potensi yang sangat besar. Merujuk pada data yang dirilis oleh State of the Global Islamic Report edisi 2023/2024, jumlah produksi halal di dunia diperkirakan akan mencapai US$ 2,4 triliun.
“Selain itu, Pew Research Center’s Forum on Religion and Public Life memprediksi jumlah populasi penduduk muslim di dunia akan terus bertambah hingga mencapai 2,2 miliar jiwa atau 26,5 persen dari total populasi dunia di tahun 2030,” jelasnya.
Lebih lanjut, Agus Gumiwang menjelaskan, peningkatan angka tersebut akan sejalan dengan pertumbuhan permintaan produk industri halal. Indonesia sebagai negara yang memiliki jumlah populasi penduduk muslim terbesar di dunia, memiliki potensi pasar yang sangat menjanjikan untuk pertumbuhan ekonomi syariah dan industri halal.
Saat ini, Indonesia menduduki posisi ketiga pada Global Islamic Economy Indicator dalam SGIER 2023/2024 yang dirilis oleh Dinar Standard. Peringkat ini naik satu tingkat dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Namun, peringkat tersebut di bawah Malaysia yang menduduki peringkat pertama dan Saudi Arabia yang menduduki peringkat kedua.
"Posisi ketiga Indonesia. Sayangnya, masih berada di bawah Malaysia. Malaysia di posisi pertama, posisi kedua adalah Arab Saudi, dan kita posisi ketiga," ujar Agus Gumiwang.