Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir bertemu langsung dengan Jensen Huang, pendiri dan CEO NVIDIA, perusahaan teknologi asal Amerika Serikat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Melalui unggahan di akun Instagram pribadinya, Erick Thohir membagikan momen pertemuan tersebut. Ia juga menuliskan, “Pertemuan ini merupakan momen berharga untuk mendalami ekosistem AI yang berpotensi mengubah masa depan Indonesia”.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Erick Thohir juga memberikan keterangan bahwa dalam pertemuan tersebut ia belajar tentang inovasi teknologi yang telah membawa NVIDIA menjadi raksasa di pasar dunia.
“Kami berbicara tentang peluang besar yang dapat dihadirkan AI untuk mendorong transformasi digital di Indonesia, meningkatkan kesejahteraan masyarakat serta memperkuat kualitas sumber daya manusia, sejalan dengan arahan dari Bapak Presiden Jenderal TNI (Purn) Prabowo Subianto,” tulisnya dalam unggahan tersebut.
Profil Jensen Huang dan Kekayaannya
Jensen Huang telah menjadi salah satu nama yang disegani di dunia teknologi dan bisnis global. Dilansir dari forbes.com, saat ini Huang tercatat sebagai salah satu dari sepuluh orang terkaya di dunia, dengan kekayaan bersih yang mencapai sekitar 128 miliar dolar AS.
Kekayaan ini sebagian besar diperoleh dari perannya yang krusial sebagai pendiri sekaligus pemimpin Nvidia, perusahaan chip grafis yang didirikannya pada 1993. Di bawah kepemimpinannya, Nvidia telah berkembang pesat. Dari yang awalnya hanya mendominasi pasar GPU hingga kini menjadi salah satu pionir dalam teknologi kecerdasan buatan (AI).
Inovasi Huang dan kepemimpinannya telah mendorong Nvidia menjadi perusahaan dengan nilai pasar yang melampaui 3 triliun dolar AS pada tahun 2024. Nvidia bukanlah sekadar perusahaan teknologi semikonduktor. Di tangan Jensen Huang, perusahaan ini menjadi pilar utama dalam perkembangan AI global.
Dengan kekayaan besar yang sebagian besar berasal dari kepemilikan saham sebesar 3% di Nvidia, Huang berhasil membawa Nvidia go public pada 1999. Sejak saat itu, nilai saham perusahaan terus meroket seiring dengan perkembangan produk-produk unggulan Nvidia yang berhasil mendominasi pasar.
Dalam beberapa tahun terakhir, Nvidia tidak hanya terkenal dalam bidang gaming tetapi juga dalam industri kesehatan, otomotif, dan pusat data melalui inovasi GPU mereka yang digunakan untuk pengembangan kecerdasan buatan.
Huang sendiri lahir di Taiwan dengan masa kecil yang penuh tantangan. Saat masih muda, keluarganya memutuskan untuk mengirimnya bersama sang kakak ke Amerika Serikat karena meningkatnya ketidakstabilan politik di Asia.
Setelah tiba di Amerika, Huang menghadapi kesulitan lain ketika ia ditempatkan di sebuah sekolah asrama di pedesaan Kentucky yang secara keliru dianggap sebagai sekolah persiapan oleh bibi dan pamannya. Di sekolah asrama tersebut, Huang diberikan tugas membersihkan kamar mandi setiap hari setelah kelas selesai, sementara kakaknya bekerja di sebuah ladang tembakau.
Masa-masa tersebut penuh dengan tantangan, tetapi tidak membuat Huang patah semangat. Bahkan, ia sempat bekerja sebagai pelayan di Denny's, sebuah pengalaman yang ia klaim membantu mengatasi sifat pemalunya. Dengan tekad yang kuat, Huang berhasil melanjutkan pendidikannya di Oregon State University dan kemudian menyelesaikan gelar masternya di Stanford University, dua institusi yang nantinya akan menerima donasi besar dari dirinya.
Komitmennya terhadap pendidikan terlihat nyata ketika ia menyumbangkan 30 juta dolar AS untuk mendirikan pusat teknik di Stanford dan donasi sebesar 50 juta dolar AS pada 2022 untuk membangun pusat riset atas namanya di Oregon State University.
Donasi ini tidak hanya mencerminkan kecintaan dan komitmen Huang terhadap pendidikan, tetapi juga menjadi bukti dedikasinya untuk mendorong penelitian dan inovasi di bidang teknologi, sesuatu yang selalu ia anggap penting sepanjang kariernya.
Dalam daftar yang disusun oleh Forbes, Huang menduduki posisi ke-11 dalam daftar Forbes 400 untuk 2024 dan berada di posisi ke-20 dalam daftar Miliarder Forbes pada tahun yang sama.
Dalam beberapa wawancara, Huang membagikan visinya untuk Nvidia di masa depan, termasuk konsep Hyper Moore’s Law yang menggambarkan pertumbuhan eksponensial dalam kemampuan pemrosesan komputasi untuk mendukung aplikasi AI yang semakin kompleks.
Meskipun demikian, Huang juga dikenal sebagai sosok yang tidak terburu-buru dalam membuat keputusan terkait sumber daya manusia, dan ia memiliki filosofi unik dalam mempertahankan karyawan dibandingkan CEO lainnya. Filosofi ini, menurut Huang, memberikan keuntungan jangka panjang baik bagi karyawan maupun perusahaan.
MICHELLE GABRIELA I FORBES