Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Minyak cengkeh yang telah siap dijual di Dusun Kranjang, Desa Wayame, Kecamatan Teluk Ambon, Kota Ambon, Provinsi Maluku, 26 November 2021. The spicy island adalah julukan Maluku yang dikenal sebagai penghasil rempah-rempah terbesar di Indonesia. Sebelum masa penjajahan, Maluku menjadi poros perdagangan rempah dunia dengan cengkeh dan pala sebagai barang dagangan utama. ANTARA FOTO/GALIH PRADIPTA
La Yapi (52) menunjukan Cengkeh yang siap untuk di olah menjadi minyak atsiri cengkeh di Dusun Kranjang, Desa Wayame, Kecamatan Teluk Ambon, Kota Ambon, Provinsi Maluku, 26 November 2021. Awalnya, cengkeh hanya tumbuh di lima pulau kecil di Kepulauan Maluku, yaitu Bacan, Makian, Moti, Ternate dan Tidore, Kemudian, tanaman ini menyebar ke beberapa wilayah di Kepulauan Maluku. Pohon cengkeh atau Syzygium aromaticum adalah kuncup bunga kering beraroma. ANTARA FOTO/GALIH PRADIPTA
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
La Yapi (52) mengemas minyak cengkeh ke dalam botol di Dusun Kranjang, Desa Wayame, Teluk Ambon, Kota Ambon, Provinsi Maluku, 26 November 2021. Bagi masyarakat Indonesia cengkeh banyak digunakan sebagai bumbu masakan dan bahan utama rokok kretek, tapi tidak untuk La Yapi (52), pria asal Buton, Sulawesi Tenggara ini melihat cengkeh bisa digunakan sebagai bahan dasar minyak atsiri atau minyak esensial. ANTARA FOTO/GALIH PRADIPTA
Minyak cengkeh yang telah dipisahkan dengan air di Dusun Kranjang, Desa Wayame, Kecamatan Teluk Ambon, Kota Ambon, Provinsi Maluku, 26 November 2021. Manfaat dari minyak atsiri berbahan cengkeh ini antara lain sebagai obat gosok serta mampu meredakan nyeri akibat rematik dan sakit gigi. Selain itu, limbah cengkeh sisa penyulingan masih bisa dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan pestisida organik. ANTARA FOTO/GALIH PRADIPTA
La Yapi (52) memasang alat pendingin ketel di Dusun Kranjang, Desa Wayame, Kecamatan Teluk Ambon, Kota Ambon, Provinsi Maluku, 26 November 2021. Melimpahnya cengkeh menjadi berkah bagi La Yapi ketika pandemi COVID-19 melanda dunia. Disaat sejumlah sektor usaha terganggu, justru tak berdampak pada usaha La Yapi. Permintaan minyak atsiri semakin tinggi, terutama ketika gelombang kedua COVID-19 pada Juli lalu. Konsumen banyak didominasi dari usaha spa karena wangi aromanya. ANTARA FOTO/GALIH PRADIPTA
La Yapi memasang alat pendingin ketel di Dusun Kranjang, Desa Wayame, Kecamatan Teluk Ambon, Kota Ambon, Maluku, 26 November 2021. La Yapi ingin mengembangkan produknya dan menjualnya dengan merk sendiri serta bisa memasok produknya ke pertokoan di Ambon. Selama ini, ia memasok ke perorangan dan lebih banyak menjual secara curah karena merk nya belum mendapat izin dari Kemenkumham serta pengujian di Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) daerah. ANTARA FOTO/GALIH PRADIPTA
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini