Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Foto

Kondisi Sri Lanka yang Tengah Dilanda Krisis Ekonomi

9 April 2022 | 07.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Foto 1 dari 6

Seorang pria membawa karung bawang merah di pasar, di tengah krisis ekonomi negara di Kolombo, Sri Lanka, 7 April 2022. Sri Lanka berada dalam cengkeraman kehancuran ekonomi skala penuh. Kemarahan massa terhadap kebijakan Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa dalam mengatasi krisis ekonomi di negara kepulauan berpenduduk 22 juta orang itu. REUTERS/Dinuka Liyanawatte

Image of Tempo
Perbesar
Foto 2 dari 6

Seorang vendor menunggu pelanggan di pasar, di tengah krisis ekonomi negara di Kolombo, Sri Lanka, 7 April 2022. Bank-bank swasta Sri Lanka yang kehabisan devisa untuk membiayai impor mengakibatkan kekurangan pangan yang ekstrem. Tanpa cadangan mata uang asing memadai, negara ini tidak dapat mengimpor bahan bakar, makanan, dan barang-barang penting lainnya. REUTERS/Dinuka Liyanawatte

Image of Tempo
Perbesar
Foto 3 dari 6

Warga mengantre untuk membeli minyak tanah di SPBU Ceylon Petroleum Corporation, di tengah krisis ekonomi negara di Kolombo, Sri Lanka, 7 April 2022. Untuk negara yang sangat bergantung pada impor pasokan energi, biji-bijian makanan, komoditas penting dan obat-obatan, cadangan devisa hanya USD 2,31 miliar atau Rp33 triliun dinilai sebagai mimpi buruk. REUTERS/Dinuka Liyanawatte

Image of Tempo
Perbesar
Foto 4 dari 6

Seorang pria beristirahat sambil mengantre untuk membeli solar di dekat SPBU Ceylon Petroleum Corporation, di tengah krisis ekonomi negara itu di Kolombo, Sri Lanka, 7 April 2022. Keputusan Sri Lanka untuk sepenuhnya melarang semua pupuk non-organik, berarti bahwa para petani terpaksa membayar hampir dua kali lipat untuk pupuk organik, dan membebankan biaya kepada konsumen. REUTERS/Dinuka Liyanawatte

Image of Tempo
Perbesar
Foto 5 dari 6

Warga mengantre untuk membeli minyak tanah di SPBU Ceylon Petroleum Corporation, di tengah krisis ekonomi negara di Kolombo, Sri Lanka, 7 April 2022. Harga pupuk sangat fluktuatif selama setahun terakhir dan telah melonjak naik karena kenaikan harga minyak mentah dan gas alam, yang berarti bahwa bahan makanan menjadi lebih mahal. Penimbunan bahan makanan seperti beras dan gula memperburuk keadaan. REUTERS/Dinuka Liyanawatte

Image of Tempo
Perbesar
Foto 6 dari 6

Warga diberikan bungkusan biskuit dari distributor gratis, sembari mengantre membeli minyak tanah di dekat SPBU Ceylon Petroleum Corporation, di tengah krisis ekonomi negara di Kolombo, Sri Lanka, 7 April 2022. REUTERS/Dinuka Liyanawatte

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus