Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kelompok lansia atau berusia di atas 65 tahun berisiko mengalami demensia. Kelompok lansia kerap mengalami penurunan ingatan yang menjadi tanda demensia. Kondisi ini bukan hanya tentang kehilangan ingatan, melainkan dapat memengaruhi cara berbicara, berpikir, merasakan, dan berperilaku. Namun, demensia bukan menjadi bagian alami dari penuaan.
Demensia adalah sindrom yang terkait dengan penurunan fungsi otak ketika sedang berlangsung. Demensia dapat dialami oleh seseorang karena penyebab yang berbeda. Demensia juga memiliki jenis yang beragam. Salah satu jenis demensia adalah penyakit Alzheimer yang umum dialami lansia.
Saat keluarga memiliki demensia, seseorang kerap bingung dan tidak dapat menghadapinya dengan baik. Namun, ada cara untuk menyesuaikan perilaku demensia sehingga dapat dihadapi dengan baik. Berikut cara yang bisa dilakukan saat menghadapi penderita demensia.
1. Meningkatkan Kemampuan Komunikasi
Penderita demensia akan merasa semakin sulit berkomunikasi dengan jelas karena melupakan bagian percakapan atau mudah gelisah dan bingung. Terdapat beberapa keterampilan utama ketika berkomunikasi dengan penderita demensia, yaitu:
- Menyampaikan suasana hati yang positif selama interaksi.
- Meminimalkan gangguan dengan menghindari kebisingan dan duduk setinggi mata sambil mempertahankan kontak mata.
- Berbicara dengan tenang dan jelas menggunakan kata-kata yang mudah dipahami.
- Mengalihkan perhatian atau topik lain ketika penderita demensia gelisah dalam percakapan.
- Mengingatkan kenangan indah.
2. Menjadi Fleksibel dan Penuh Kasih
Lansia yang mengalami demensia akan mengalami perubahan perilaku menantang bagi seseorang untuk mengelolanya. Akibatnya, seseorang penting untuk tidak mencoba melawan mereka karena dapat dibalas dengan perlawanan. Saat dihadapkan dengan perilaku yang menantang, seseorang dapat mencoba beberapa hal berikut:
- Tetap sabar dan penyayang.
- Memahami bahwa perilaku tersebut memiliki tujuan dan menunjukkan kebutuhan yang tidak terpenuhi.
- Memahami bahwa perilaku memiliki pemicu suatu hal, seperti waktu tertentu atau perubahan dalam lingkungan.
- Fleksibel dan paham perlu penerapan strategi berbeda setiap hari.
- Menghubungi dokter, jika lansia yang demensia bertindak berbeda atau agresif karena dapat menunjukkan kesakitan, reaksi terhadap obat, atau tidak nyaman.
3. Mengelola Frustasi
Merawat lansia yang demensia membutuhkan fleksibilitas, ketahanan, dan kesabaran. Akibatnya, seseorang penting untuk mengelola frustasi, tetapi tidak berarti tidak peduli. Berikut adalah tips untuk mengelola frustasi, yaitu:
- Belajar memperhatikan tanda-tanda peringatan frustasi, seperti sesak napas, sakit kepala, makan berlebihan, atau peningkatan konsumsi alkohol.
- Menenangkan diri secara fisik, seperti meditasi atau mendengarkan musik.
- Mengenali pola pikir negatif yang berlebihan atau mengabaikan hal positif dalam suatu situasi.
4. Meminta Bantuan Orang Lain
Seseorang juga dapat menemukan bantuan untuk lansia yang mengalami demensia dengan meminta bantuan dari orang lain. Sebab, memiliki bantuan ekstra dapat membantu lansia yang menderita demensia dengan baik. Adapun beberapa bantuan bagi penderita demensia meliputi pendamping untuk kegiatan rekreasi, perawat, tim yang mengurus rumah tangga, dan pengasuh untuk mengatasi masalah medis.
NHS.UK | MEDICAL NEWS TODAY
Pilihan Editor: Sebab Pasien Operasi Otak Hanya Dibius Lokal dan Tetap Dibuat Sadar
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini