Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

gaya-hidup

Jalan-jalan ke Desa Wisata di Borobudur, Cicipi Renyahnya Rengginang Bu Yatin di Wanurejo

Pengunjung tak hanya membeli oleh-oleh, tetapi juga mencoba membuat rengginang bersama para pekerja.

11 September 2024 | 14.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Desa-desa wisata di Kecamatan Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, memiliki sejumlah sentra camilan khas untuk oleh-oleh wisatawan. Salah satunya adalah UMKM rengginang Bu Yatin di Desa Wisata Wanurejo. UMKM rengginang ini bukan hanya tempat pembuatan dan penjualan, tetapi juga sudah dikelola menjadi objek wisata yang banyak dikunjungi pelancong. Namanya Pawon Simbok.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tempo bersama berkesempatan ke sana dalam Fam Trip Borobudur Trail of Civilization by Atourin pada akhir Agustus 2024. Seperti namanya, Pawon Simbok adalah dapur pembuatan rengginang Bu Yatin yang terkenal renyah. Bangunan ini berdinding kayu dan batu bata khas rumah Jawa. Ada beberapa area yang bisa dimasuki pengunjung, yakni area untuk tamu di bagian tengah, toko oleh-oleh di kiri dan kanan, serta dapur di bagian belakang. 

Proses pembuatan rengginang 

Pengunjung bukan hanya bisa melihat proses pembuatan rengginang, tetapi ikut mencobanya dengan bergabung dengan para pekerja di tengah-tengah ruangan. Rengginang terbuat dari beras ketan yang sebelumnya dikukus terlebih dahulu. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Mudayati, salah satu pekerja, mengajari pengunjung membuat rengginang dari awal. Menurut dia, beras ketan harus direndam selama dua jam lalu ditiriskan sebelum dikukus sebanyak dua kali. Saat dikukus pertama, ketan harus sudah tanak sebelum diangkat. Setelah itu ketan yang sudah tanak diberi bumbu yang sudah dihaluskan dan disiram air panas, lalu diaduk menjadi aronan.

"Bumbu rengginang asin hanya bawang putih, terasi, dan garam. Sedangkan rengginang manis bumbunya gula pasir dan garam," kata dia.

Aronan itu kemudian dikukus lagi. "Jadi dua kali pengukusan, pengukusan pertama harus benar-benar matang supaya ketika digoreng nanti bisa mengembang," kata Mudayati. 

Setelah melalui dua kali pengukusan, ketan siap dicetak. Ada dua bentuk rengginang, pertama bundar dengan bagian tengah cekung seperti piring, kedua bentuknya bulat seperti bola kecil yang disebut jumputan atau lato-lato. 

Ketan yang sudah dicetak itu diasapi di atas tungku persegi menggunakan serbuk kayu gergaji sampai 1,5 jam. Ini akan mengurangi kadar air sekaligus memberi aroma khas. Proses pengeringan dilanjutkan dengan penjemuran selama dua hari. 

Setelah kering, rengginang siap digoreng. Di bagian belakang Pawon Simbok terdapat beberapa tungku kayu untuk menggoreng. Tapi hari itu, tungku yang digunakan hanya satu. 

"Menggorengnya dengan api dari kayu karena lebih enak rasanya, ada aroma asap," kata Mudayati. 

Renyahnya Rengginang Bu Yatin 

Rengginang Bu Yatin terkenal renyah. Sayangnya, rengginang ini tidak bisa ditemukan di toko oleh-oleh lain selain di Pawon Simbok. Jadi, wisatawan harus datang langsung jika mencicipi rengginang ini. 

Di Rumah Pawon tersedia beberapa toples rengginang dan camilan renyah lainnya yang bisa dicicipi pengunjung. Jika suka dan ingin membelinya untuk oleh-oleh, terdapat dua toko di samping kiri dan kanan. Harga satu bungkus rengginang dimulai dari Rp15.000. 

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus