Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Palembang - Sekira tujuh menit sebelum tujuan akhir tiba di sebuah penginapan, bus “Tayo” yang kami tumpangi dari Palembang melipir terlebih dahulu ke Desa Sukarami kecamatan Buay Pematang Ribu Ranau Tengah atau BPRT, Ogan Komering Ulu Selatan (OKUS). Aroma ikan mujair bakar dan kopi khas Ranau menyambut kami dipersinggahan kali ini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sore itu, Selasa, 17 September 2024, tampak matahari perlahan akan meninggalkan siang dan gelap malam akan segera tiba manakala tuan rumah Safei Syafri dan keluarga menyambut kami persis di depan rumah panggung kayu yang ia bangun sejak 6 tahun lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Suguhan secangkir kopi hangat khas tepian Danau Ranau ditambah dua potong kue Ingkok seharusnya cukup mengembalikan stamina yang sempat terkuras selama hampir 10 jam diperjanan darat. Belum cukup ternyata, tangan ini dengan lincahnya menggapai beragam jajanan pasar yang disajikan di meja-meja dekat kursi tamu.
Tuan rumah yang dikenal sebagai ketua umum Komunitas Peduli Alam Wisata Danau Ranau (Kompas Ranau) mempersilakan kami untuk selonjoran di bawah rumah kayu yang dalam Bahasa setempat disebut sebagai Lamban Kayu Jaman Tumbai.
Mujair Bakar Sambol Calu”
Suguhan kopi dan teh hangat disertai aneka camilan tadi ternyata bukanlah penutup perjamuan. Emak-emak berseragam kemeja lengan panjang dari komunitas mempersilakan kami dari Forum Jurnalis Migas (FJM) Sumatera Selatan untuk menuju meja makan yang sudah disiapkan. Ikan mujair bakar selebar lima jari orang dewasa tampak menjadi incaran para tamu termasuk saya.
Emak-emak sebagai pemandu meja tadi tak lupa mengingatkan bila sambol calu’ atau sambal terasi wajib menemani makan sore kali ini. Lengkap sudah kenikmatan sore ini karena harus berhadapan langsung dengan satu piring nasi bertoping sambal terasi dan sambal petai serta beragam lalapan hijau.
“Silakan ambil dan nikmati, Ini ikan mujairnya kami dapatkan langsung dari danau,” kata Safei Syafri, Selasa lalu. Sedangkan dia menambahkan bahan baku aneka lauk pauk dan juga sambal didapat dari pasar pagi yang tak jauh dari desa.
Benar nian, bukan hanya aromanya yang memacu selera, ikan mujair dari Danau Ranau ini terasa manis di lidah. Tidak ada sama sekali aromah amis dan bau tanah sebagaimana yang sering dikhawatirkan manakala menyantap ikan air tawar. Rasa manis dan gurih nya terasa lebih nendang manakalah di mulut bertemu langsung dengan secuil sambol calu’ dengan warna merah menyala dan sesuap nasi putih pulen dari beras hasil panen warga setempat.
Ikan bakar mujair selebar lima jari orang dewasa disuguhkan oleh Kompas Ranau Bersatu. Ikan didapat langsung dari Danau Ranau, OKU Selatan. TEMPO/Parliza Hendrawan
“Rasa ikan disini sangat manis berbeda dengan ikan yang hidup di luar danau Ranau,” ujar Ocktaf Riady, ketua FJM di tempat yang sama. Dia menambahkan sejak lama ikan Mujair menjadi salah satu andalan di OKU Selatan. Sejauh referensi ia ketahui, ikan Mujair di sana sering juga disebut sebagai Ikan Nila Kumbang.
Rasa manis dan tanpa ada aroma tak sedap dari ikan bersisik ini, kata Ocktaf, bisa disebabkan oleh kualitas air danau ranau yang masih terjaga dengan baik. Kemudian ujar Ocktaf dalam memanggang ikan, biasanya warga Danau Ranau cukup merendamnya dengan air garam dan dipanggang tanpa bumbu seperti pepes ikan ala padang. “Kita menyantap ikan tersebut dengan sambal terasi yang dicampur tomat. Luar biasa enaknya," ujarnya.
Karena penasaran, Sabtu, 21 September 2024, saya mencoba mencari tahu lebih banyak perihal jamuan yang disajikan oleh Safei dan komunitas Kompas Ranau. Bagi saya, sambalnya begitu pas di lidah, tidak terlalu pedas juga tidak terlalu asam. Dan yang tak kalah penting pula, aroma terasinya mudah dihilangkan dengan hanya mengguyur air keran.
Puluhan wartawan yang tergabung dalam forum jurnalis migas atau FJM Sumsel berkunjung ke rumah panggung kayu khas Ranau, OKU Selatan.Tuan rumah, Safei Syafri menyugukan santapan ikan mujair bakar. TEMPO/Parliza Hendrawan
Sambol Calu’
Ternyata dalam Bahasa Ranau, sambal yang sudah nikmati beberapa hari yang lalu itu dikenal sebagai Sambol calu'. Sambol Calu’ atau Sambel Terasi ini dibuat dengan bahan-bahan yang mudah di dapat. Bahan-bahannya kata Safei berupa cabai rawit, terasi udang, gula aren, mandira (Ranggam), garam sedikit, gula sedikit. Bahan-bahan tadi dijadikan satu untuk kemudian diulek tangan hingga halus. Adapun untuk rasanya bisa disesuaikan dengan kebiasaan masing-masing penikmat.
Persiapan Arung Jeram
Ngopi dan ditutup dengan makan besar sudah usai. Menjelang azan magrib berkumandang dari masjid yang ada di desa Sukarami, sekitar 80 wartawan peserta trip bertajuk Media Gathering dan Apresiasi Media yang disokong oleh kantor SKK Migas Sumatera Bagian Selatan ini, melanjutkan perjalanan menuju penginapan Graha Serasan Seandanan yang berada di tepian Danau Ranau.
Disela-sela pembukaan acara gathering di Graha Seandanan, Safei Syafri mengingat peserta untuk mempersipakan diri untuk mengikuti berbagai kegiatan esok harinya berupa permainan kekompakkan, asah konsenterasi, bermain arum jeram di aliran Sungai Selabung, bermain jet ski di Danau Ranau. “Jalan jalan ke OKU Selatan, hendak membeli gulo puan, selamat datang kami haturkan, kepada bapak ibu sekalian,” tutup Safei dalam sebuah pantun.