Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

gaya-hidup

Polisi Sebut Ibu Pembunuh Anak Terindikasi Skizofrenia, Gangguan Mental Macam Apa?

Skizofrenia memiliki korelasi pada tindakan-tindakan tragis, seperti pembunuhan. Polisi sebut ibu pembunuh anak di Bekasi Utara pun terindikasi itu.

10 Maret 2024 | 17.01 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Perempuan berinisial SNF berusia 24 tahun, telah melakukan pembunuhan terhadap anaknya sendiri. Anak laki-laki berusia 5 tahun itu tewas usai sang ibu menusuk anak itu sebanyak 20 kali. Peristiwa tragis ibu pembunuh anak ni terjadi di rumah mereka yang terletak di perumahan mewah Bekasi Utara, pada Kamis 7 Maret 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kisah-kisah tragis tentang ibu yang membunuh anaknya sering mengguncang hati kita. Beberapa kasus yang menghebohkan seperti ini muncul dengan alasan yang sulit dimengerti, dan seringkali setelah penyelidikan lebih lanjut, terungkap bahwa pelaku mengalami gangguan mental.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sama halnya yang terjadi pada kasus SNF tersebut, pelaku disebut mengalami gangguan mental jenis skizofrenia.

"Pelaku ini terindikasi skizofrenia yang dialami pelaku, yaitu dapat dijelaskan ada gangguan emosi, delusi, halusinasi, pikiran terorganisir, dan gangguan persepsi, ini hasil tim psikolog dari DPPPA Kota Bekasi," kata Kepala Satuan Reskrim Polres Metro Bekasi Kota, Ajun Komisaris Besar Polisi Muhammad Firdaus dalam konferensi pers kasus tersebut di Mapolres Metro Bekasi Kota, Jumat, 8 Maret 2024.

Apa itu skizofrenia, gejalanya, dan bagaimana kondisi ini dapat berkontribusi pada tindakan tragis seperti membunuh anak sendiri.

Pengertian Skizofrenia

Skizofrenia adalah gangguan mental serius dimana orang menafsirkan realitas secara tidak normal. Dilansir dari laman Mayoclinic.org, orang dengan gangguan skizofrenia dapat mengakibatkan kombinasi halusinasi, delusi, dan pemikiran serta perilaku yang sangat tidak teratur.

Kondisi ini dapat mengganggu fungsi sehari-hari penderita dan dapat melumpuhkan mereka. Penderita skizofrenia memerlukan pengobatan seumur hidup. Umumnya perawatan dini dapat membantu mengendalikan gejala sebelum komplikasi serius berkembang. Tak hanya itu, penanganan lebih awal juga dapat membantu memperbaiki prospek jangka panjang. 

Gejala Skizofrenia

Seperti yang disebutkan diatas, skizofrenia melibatkan berbagai masalah dalam pemikiran (kognisi), perilaku, dan emosi. Tanda dan gejalanya mungkin berbeda-beda, namun biasanya termasuk beberapa hal berikut ini.

  • Delusi : Merupakan keyakinan yang salah dan tidak didasarkan pada kenyataan.
    Halusinasi : Kondisi ini biasanya melibatkan melihat atau mendengar hal-hal yang tidak ada. Namun bagi penderita skizofrenia, hal ini memiliki kekuatan dan dampak penuh dari pengalaman normal.

  • Halusinasi bagi penderita skizofrenia dapat terjadi dalam arti apapun, biasanya mendengar suara adalah halusinasi yang paling umum.

  • Pemikiran tidak terorganisir : Pemikiran yang tidak terorganisir disimpulkan dari ucapan yang tidak terorganisir. Komunikasi yang efektif dapat terganggu bagi para penderita

  • Perilaku motorik yang tidak normal :Hal ini terlihat dalam berbagai cara, mulai dari kekonyolan yang kekanak-kanakan hingga kegelisahan yang tak terduga. Perilaku yang tidak terfokus pada suatu tujuan, mengakibatkan penderita penyakit ini cenderung sulit dalam mengerjakan tugas. Bahkan perilaku mereka dapat mencakup penolakan terhadap instruksi, kurangnya respon, atau gerakan yang berlebihan.

  • Gejala negatif : Hal ini mengacu pada berkurangnya kemampuan untuk berfungsi secara normal. Misalnya penderita mungkin mengabaikan kebersihan diri atau tampak kurang emosi. Selain itu, penderita mungkin kehilangan minat dalam aktivitas sehari-hari, menarik diri dari pergaulan, atau kehilangan kemampuan untuk merasakan kesenangan.

    Bagaimana Skizofrenia Berkontribusi dalam Tindakan Tragis?

Dalam beberapa kasus seperti SNF, ibu yang membunuh anaknya sendiri kemudian didiagnosis menderita skizofrenia. Hal ini dapat terjadi karena gejala skizofrenia yang tidak terkontrol, sehingga menyebabkan seseorang kehilangan kontak dengan realitas dan kendali atas tindakan mereka. 

Ketika seseorang dengan skizofrenia mengalami halusinasi atau delusi yang melibatkan anak-anak mereka, ini bisa menjadi faktor pemicu yang sangat berbahaya. Seperti dikutip dalam laman Who.int, skizofrenia menyebabkan psikosis dan berhubungan dengan kecacatan yang parah dan dapat mempengaruhi semua bidang kehidupan termasuk fungsi pribadi, keluarga, sosial, pendidikan, dan pekerjaan.

Oleh karena itu, mereka mungkin percaya bahwa anak-anak mereka dalam bahaya atau bahkan percaya bahwa membunuh mereka adalah tindakan yang melindungi mereka dari ancaman yang tidak nyata. Hal ini terjadi karena gangguan persepsi yang ekstrem yang dialami oleh penderita skizofrenia.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus