Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Spesialis gizi Tan Shot Yen membagi tips yang dapat diterapkan orang tua sehingga anak tetap aman dalam konsumsi gula. Menurut lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia itu, langkah pertama yang bisa dilakukan agar anak bisa mengenal cita rasa manis dari gula yang aman ialah dengan membiasakan konsumsi pangan dari sumbernya secara langsung.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Tentu yang baik untuk mengonsumsi gula secara aman itu yang berasal langsung dari sumber aslinya, seperti beras, umbi-umbian, jagung, sagu, sayur-sayuran, dan buah," katanya dalam diskusi yang daring, Rabu, 22 Mei 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Orang tua disarankan sebisa mungkin tidak menambahkan gula yang telah diolah atau rafinasi seperti gula pasir atau pemanis buatan. Konsumsi gula yang aman bagi anak juga dapat dilakukan dengan cara orang tua memahami label dalam makanan kemasan. Hindari makanan kemasan yang jelas-jelas tertulis mengandung gula tinggi.
Tan juga mengingatkan dalam mengecek label pangan orang tua harus mengenal istilah dari gula-gula yang tersembunyi dalam komposisi yang ditulis. Ia mengatakan salah satu ciri kandungan gula tersembunyi itu biasanya berakhiran "ol" seperti sorbitol, manitol, dan xylitol.
Selain itu, biasanya kandungan gula tambahan pada makanan kemasan juga muncul embel-embel perisa atau sirup yang tentunya produk itu juga buatan pabrik seperti sirup jagung. Pendiri Dr Tan & Remanlay Institute itu juga membagikan kiat bagi orang tua menangani anak yang telah mengalami kecanduan gula.
"Cara yang paling mudah mengatasi kecanduan gula tambahan buat kecanduan baru namun dengan cara yang lebih sehat," sarannya.
Bikin makanan sendiri
Bagi orang tua yang harus menghadapi anak yang telah kecanduan gula tambahan seperti sirup dan kental manis, ada baiknya mulai mengganti produk tersebut dengan sumber pangan yang memiliki gula alami. Orang tua juga bisa mengajak anak membuat langsung camilan dari nol dan tidak lagi membiasakan anak mengonsumsi camilan kemasan yang mengandung banyak gula.
"Anak-anak itu senang kalau diajak berinteraksi. Misalnya orang tua ajak anak bikin kue pisang, anaknya bisa diajak potong pisangnya sedangkan orang tua bikin adonannya. Ini juga jadi cara mengajarkan anak belajar menghargai makanan yang dibikinnya sendiri dan rasanya tak kalah dari yang di kemasan," paparnya.
Ia berpesan untuk mengatasi kecanduan gula pada anak dibutuhkan komitmen kuat orang tua dan lingkungan untuk melakukan hal serupa. Apabila masih memiliki keterikatan pada produk yang mengandung gula berlebih maka orang tua harus bisa merelakan kebiasaan tersebut dan menjadi contoh bagi anak sehingga lambat laun tak lagi bergantung pada gula.
"Jadi kalau ibunya suka banget sama cokelat atau ayahnya suka kopi pakai kental manis, itu harus disingkirkan dari kulkas di rumah. Karena betul istilah it takes a village to raise a child itu, jadi orang tua mencontohkan agar dapat membuat anak memiliki perilaku makan yang baik," tutur Tan.