Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

gaya-hidup

Saran Pakar untuk Cegah Kerusakan Otak Akibat Pembengkakan Pembuluh Darah yang Tersumbat

Kurangi dampak kerusakan otak permanen akibat pembengkakan pembuluh darah yang tersumbat, dokter ingatkan manfaat golden hour.

29 Februari 2024 | 22.14 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Spesialis radiologi Kevin Julius Tanady, mengatakan orang bisa mengurangi dampak kerusakan otak permanen akibat pembengkakan pembuluh darah yang tersumbat jika ingat manfaat golden hour.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Golden hour atau jam emas yaitu sekitar enam jam sejak pertama keluhan, dokter rumah sakit bisa melakukan penyedotan pada sumbatan tersebut," kata dokter lulusan Universitas Hasanuddin itu di  Jakarta Utara, Kamis, 29 Februari 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ketika enam jam itu terlewat, menarik sumbatan pada pembuluh darah pun sudah sia-sia. Bahkan, untuk yang waktu sudah lama sumbatan itu biasanya agak mengeras dan menempel ke jaringan pembuluh darah sekitar.

"Kalau kami paksa, ada risiko robek yang mengakibatkan pendarahan," ujar Kevin.

Karena itu, masyarakat perlu disosialisasikan gejala-gejala penyakit berkenaan dengan penyempitan pembuluh darah agar bisa segera dibawa ke rumah sakit saat gejala timbul. Pembengkakan pada pembuluh darah, istilah kedokterannya aneurisma, umumnya berupa sebentuk kantong pada pembuluh darah yang tersumbat pada fase awal gejala.

Dokter subspesialis radiologi intervensi dapat mengempiskan kantong tersebut dengan cara menjepit pangkal dari pembengkakan atau aneurisma tanpa membuat sayatan yang lebar di kepala.

"Jadi tidak dibuka kepalanya. Kami hanya memasukkan selang dan keluarkan sejenis kawat halus yang tipis untuk menutupi aneurisma tersebut sehingga meminimalkan kemungkinannya untuk pecah," paparnya.

Sayatan berukuran kurang lebih 3 milimeter biasanya dibuat pada pangkal paha sebagai celah memasukkan selang kecil (kateter). Dengan sayatan minimal maka nyeri yang dikeluhkan akan terasa lebih kecil dan pasien bisa langsung beraktivitas kembali dalam waktu yang singkat.

"Kalau aneurisma yang lebar, kami memasang stent (selang dari jala-jala yang terbuat dari besi) untuk menutupi lubang di dinding pembuluh darah sehingga aliran darah mengalir ke arah yang benar, tidak masuk kembali ke dalam kantong aneurismanya," tambah Kevin.

Perhatikan gejala berikut
Gejala yang perlu diperhatikan agar golden hour tidak sampai terlewat antara lain jika pembengkakan (aneurisma) tapi kantong belum pecah, gejalanya berupa nyeri kepala berulang, nyeri mata, dan gangguan penglihatan. Bila kantong pembengkakan itu pecah, gejala awal yang dirasakan berupa nyeri kepala yang sangat hebat, leher kaku, dan penurunan kesadaran.

Kemudian pada stroke yang disebabkan sumbatan pembuluh darah (iskemik) gejalanya berupa kelemahan pada lengan atau kaki, bicara pelo, salah satu bagian wajah menjadi lebih turun, gangguan bicara atau sulit memahami perkataan orang, linglung, pusing atau sakit kepala yang berat, gangguan penglihatan, dan gangguan keseimbangan.

Selanjutnya, gejala kelainan dinding pembuluh darah, hubungan tidak normal antara pembuluh darah arteri dan vena, serta gangguan pembuluh darah lain berupa kejang, nyeri kepala pada lokasi yang bermasalah, kebas pada tangan atau kaki, gangguan penglihatan, gangguan bicara, gangguan keseimbangan, dan gangguan pemahaman atau penurunan fungsi kognitif.

Pemeriksaan vaskular sudah dapat dilayani laboratorium kateter (Cath Lab) di tempat Kevin praktik, yaitu Rumah Sakit Royal Progress, Tanjung Priok, Jakarta Utara. Layanan termutakhir di RSRP yaitu 'Digital Subtraction Angiography' (DSA) yang dipandang memiliki visualisasi vaskular lebih akurat dari pencitraan resonansi magnetik (MRI) atau pemindaian tomografi terkomputasi (CT-Scan).

Dalam berbagai literatur kedokteran, kata Kevin, DSA masih dianggap sebagai standar emas atau dalam pencitraan vaskular. Saat publik menjalani DSA dengan tujuan diagnostik tidak tertutup kemungkinan akan dilakukan pula tindakan intervensi terapeutik selama prosedur diagnostik berlangsung. Dokter spesialis radiologi, subspesialis radiologi intervensi, dapat melakukan tindakan invasif pada pembuluh darah yang abnormal dengan cara memasukkan obat, alat, maupun implan pada pembuluh yang dituju.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus