Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
BUNYI tepukan bola dan decit sepatu bersahutan. Sesekali suara teriakan orang-orang yang tengah berkumpul di lapangan basket Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat, terdengar menyelingi keriuhan pada Jumat, 17 Mei 2024. Pagi itu, sejumlah orang tengah bermain pickleball. Salah satunya guru besar psikologi politik UI, Hamdi Muluk.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Hamdi bersama Dekan Fakultas Ilmu Komputer UI Petrus Mursanto atau Santo sedang bermain pickleball nomor ganda putra. Mereka masing-masing berpasangan dengan mahasiswa dari Universitas Negeri Jakarta. Meski mahasiswa itu bermain cukup agresif, Hamdi dan Santo tak kesulitan mengimbangi permainan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Olahraga ini cepat bisa dikuasai. Artinya, kami kadang-kadang main sama atlet jago enggak minder-minder banget," kata Hamdi, pendiri komunitas Pickleball UI.
Sekilas pickleball mengingatkan pada tenis karena net yang digunakan terbentang di lantai lapangan. Cara bermainnya juga mirip. Misalnya, ketika melakukan servis, pemain harus berada di belakang garis lapangan.
Tapi olahraga ini juga mirip bulu tangkis karena bentuk dan ukuran lapangannya, yaitu 6,1 x 13,41 meter. Adapun pemukul atau paddle pickleball malah seperti bet pingpong. Bedanya, paddle pickleball berbentuk persegi panjang dan ukurannya lebih besar daripada bet.
Hamdi Muluk di lapangan Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat, 17 Mei 2024. Tempo/M Taufan Rengganis
Bola pickleball berbeda dengan bola tenis ataupun pingpong. Meski bentuknya bulat, permukaan bola pickleball berlubang. Bahannya pun terbuat dari plastik.
Olahraga yang menggabungkan unsur tenis, bulu tangkis, dan tenis meja itu tengah berkembang dan makin diminati sejumlah kalangan di Indonesia. Perkembangan olahraga asal Amerika Serikat yang masuk ke Tanah Air pada 2019 itu antara lain bisa dilihat pada komunitas Pickleball Universitas Indonesia yang diampu Hamdi.
Hamdi menuturkan, jumlah anggota komunitas itu saat ini lebih dari 100 orang. Padahal setahun lalu, ketika komunitas ini baru berdiri, yang bermain tidak lebih dari lima orang. Kini, setiap kali latihan digelar, sejumlah orang harus menunggu giliran bermain.
Hamdi mengenal permainan ini dari mahasiswa S-2 Psikologi Olahraga UI, Handhika Surya Putra. Pemuda 26 tahun itu sudah bermain pickleball ketika masih kuliah S-1 di Universitas Negeri Jakarta. Ia kini bahkan menjadi atlet pickleball.
Saat terjadi pandemi Covid-19, Hamdi cukup rutin bermain bulu tangkis bersama Handhika. Sampai suatu hari, mahasiswanya itu menawarinya mencoba pickleball. "Mungkin ini lebih bersahabat untuk usia-usia seperti saya. Saya kan sudah 58 tahun. Waktu itu masih 55-56 tahun, dia bilang coba saja dulu," ujarnya.
Setelah mencobanya, Hamdi merasa cocok dan menemukan keseruan dalam permainan itu. Ia lalu tergerak memperkenalkan olahraga ini di lingkungan UI. Dengan biaya sendiri, Hamdi membeli selusin paddle dan bola.
Hamdi juga memperbaiki lapangan yang berada di area Fakultas Psikologi UI yang terbengkalai. Awalnya Hamdi memainkan pickleball di Sarana Olahraga atau SOR UI. Tapi, karena lapangan di sana dirancang untuk bulu tangkis, bola pickleball sulit memantul. Dia lantas memutuskan menggunakan lapangan basket di area fakultas tempatnya mengajar.
Dengan bantuan sponsor, lapangan itu direnovasi. Areanya pun diberi atap sehingga seperti lapangan setengah indoor. Dalam satu bidang itu, lapangan terbagi menjadi tiga petak untuk bermain pickleball. Penandanya adalah garis berkelir hijau.
Selain membuat lapangan, Hamdi mendirikan pickleball center. Di area ini terdapat alat gym, loker, serta tembok bergambar untuk tempat berlatih atau simulasi pickleball.
Setelah fasilitas tersedia, Hamdi lantas mengajak mahasiswa sampai rekannya sesama dosen bermain pickleball. Setiap orang yang ditemuinya bakal "diteror" agar mencoba permainan itu. Sampai-sampai ia punya sebutan "teroris pickleball".
Menurut Hamdi, pickleball memang pas dimainkan oleh orang-orang berusia 40 tahun ke atas. Di Amerika Serikat, tempat kelahiran pickleball, sebanyak 60 persen masyarakat yang memainkan olahraga ini berumur 60 tahun ke atas.
Bila dibandingkan dengan olahraga lain, seperti lari dan sepeda, Hamdi menilai, pickleball tak kalah bermanfaat untuk menjaga kebugaran. Ia mengklaim bobot tubuhnya turun 5 kilogram dalam empat-lima bulan setelah rutin bermain pickleball. "Habis itu enggak pernah naik lagi. Padahal makan gulai tunjang mulu," tutur Hamdi, berkelakar.
Sama seperti Hamdi, Petrus Mursanto sempat rutin bermain bulu tangkis. Tapi, seiring dengan pertambahan usianya, ia mulai mengurangi porsi latihan lantaran badminton termasuk olahraga dengan intensitas tinggi. Setelah mengenal pickleball, Santo mulai rajin datang ke lapangan Fakultas Psikologi. Ia rutin berlatih saban Jumat dan bermain selama dua jam.
"Kami santai saja keringatnya sudah banyak, tapi effort-nya enggak terlalu besar," ujar Santo, yang juga guru besar tetap bidang sistem digital dan laboratorium Fakultas Ilmu Komputer UI.
Santo mengaku tak butuh waktu lama untuk beradaptasi dengan permainan pickleball dari bulu tangkis. Ketika pertama kali mencobanya, ia langsung bisa mengembalikan bola lawan. Aturan bermainnya pun cukup mudah karena seperti badminton zaman dulu, yang hanya membutuhkan 11 angka.
Korban "teror" Hamdi berikutnya adalah Widha Rachmat. Perempuan 55 tahun ini mengaku langsung merasa cocok ketika pertama kali menjajal pickleball. Sesuai dengan slogannya, Easy and Fun, menurut Widha, olahraga ini gampang dimainkan dan seru.
Keseruan ini Widha dapatkan karena lawan mainnya bukan hanya yang sepantaran, tapi juga yang berusia lebih muda. "Banyak ketawa. Ya gitu, lah, fun. Easy and fun itu benar," tutur perempuan yang juga punya hobi bersepeda dan lari ini.
Atlet pickleball Jakarta, Handhika Surya Putra, menjelaskan bahwa teknik dasar pickleball memang mudah dipelajari bagi orang yang jarang ataupun baru hendak memainkan olahraga ini. Karena itu, mereka bisa merasakan keseruan dari permainan tersebut. Namun, bila pemainnya hendak melangkah ke jenjang yang lebih serius, ada tantangannya tersendiri. Terlebih bila ia ingin menjadi atlet.
Menurut Handhika, pickleball akan lebih mudah dikuasai apabila seseorang sudah berpengalaman bermain tenis alih-alih bulu tangkis. Secara teknis, pickleball paling menyerupai tenis lapangan.
Misalnya dalam pickleball ada istilah drive atau teknik pukulan panjang yang juga ada dalam tenis lapangan. Kemudian ada pukulan forehand, backhand, dan voli (pukulan yang dilakukan sebelum bola memantul tapi tidak dengan gerakan overhead).
"Makanya kalau pemain tenis mau in charge di pickleball lebih mudah adaptasinya. Dari footwork-nya juga beda," kata Handhika.
•••
PICKLEBALL ditemukan di Washington, Amerika Serikat, oleh Joel Pritchard serta Bill Bell dan Barney McCallum pada 1965. Sekretaris Jenderal Indonesia Pickleball Federation Susilo mengatakan olahraga ini sempat berkembang di Eropa, tapi kalah pamor dibanding tenis. Mulai 2010, pickleball kian berkembang hingga merambah Asia.
Di Indonesia, pickleball mulai dikenal pada 2019. Saat itu Universitas Negeri Jakarta mengundang instruktur pickleball Inggris, Jeff van der Hulst, yang juga Pickleball Ambassador International Federation of Pickleball, untuk mensosialisasi olahraga tersebut.
Susilo, dosen di Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Jakarta, ikut aktif memperkenalkan pickleball di lingkungan kampusnya. Tujuannya sederhana, yakni menyehatkan masyarakat dengan aktivitas yang mudah dan menyenangkan.
Susilo mengatakan pickleball berkembang cukup pesat di Indonesia lima tahun terakhir. Semula hanya ada 25 pemain saat olahraga ini dikenalkan untuk pertama kalinya. Tapi kini, menurut Susilo, sudah ada lebih dari 5.000 pemain pickleball di 33 provinsi.
Pickleball juga telah resmi menjadi bagian dari Komite Olahraga Nasional Indonesia. Olahraga ini rencananya menjadi cabang ekshibisi dalam Pekan Olahraga Nasional 2024 pada September mendatang.
Susilo mengungkapkan, ada sejumlah faktor yang membuat pickleball cepat berkembang. Dari segi arena permainan, olahraga ini tak membutuhkan lapangan khusus. Lapangan bulu tangkis atau basket di lingkungan sekitar bisa dimanfaatkan. "Di mana pun bisa main asalkan ada lahan yang rata," ucap pria yang akrab disapa Cak Susilo itu.
Harga alat pemukulnya pun relatif terjangkau, dari Rp 200 ribu. Bolanya pun punya masa pemakaian lebih panjang, yaitu tiga-enam bulan. Pickleball juga dapat dimainkan siapa saja, dari anak muda hingga orang lanjut usia yang sekali pun tak pernah berolahraga. "Saya ajarin satu menit bisa langsung melakukan reli," ujarnya.
Sekretaris Jenderal Indonesia Pickleball Federation (IPF) Susilo, di UNJ Sport Complex, UNJ, Jakarta, 21 Mei 2024/Tempo/Jati Mahatmaji
Susilo, yang mengenal pickleball pada 2017, menganalisis olahraga tersebut dari sisi sarana-prasarana, fisiologi, biomekanik, serta achievement dan performance. Menurut dia, dibanding tenis dan bulu tangkis yang membutuhkan kekuatan dan kecepatan penuh, pickleball justru termasuk olahraga berisiko rendah.
Susilo mengatakan pickleball tak menggunakan kekuatan penuh. Makin keras bola dipukul, bukan poin yang didapatkan, melainkan ke luar garis. “Jadi akurasi pukulan adalah hal yang paling utama.”
Selain di kampusnya, Susilo memperkenalkan pickleball di berbagai daerah pada akhir pekan. Meski saat itu tengah berlangsung pandemi Covid-19, ia tak surut mensosialisasi pickleball di kampus, sekolah, dan komunitas di daerah.
Langkah Susilo pun membuahkan hasil. Banyak kejuaraan pickleball digelar di daerah. Bahkan ada yang bertaraf internasional, seperti UNJ Pickleball Indonesia Open yang akan digelar pada Juli 2024.
Ketua Pickleball Universitas Negeri Jakarta Muhammad Alif Tahjudin mengatakan peminat turnamen ini cukup banyak. Selain dari dalam negeri, pesertanya datang dari mancanegara. Tahun lalu saja, Alif menjelaskan, jumlah pesertanya hampir 200 dengan usia 19-50 tahun ke atas. Turnamen ini mempertandingkan nomor usia 19+, 35+, dan 60+.
Selain mengadakan kejuaraan, Pickleball Universitas Negeri Jakarta meneruskan langkah Susilo, yaitu mempromosikan pickleball ke sekolah dasar, sekolah menengah pertama, dan sekolah menengah atas di Jakarta dan sekitarnya.
Menurut Alif, saat ini popularitas pickleball kian meningkat. Sebab, permainannya tak hanya bisa dilakukan di lingkup kampus atau sekolah, tapi juga di perumahan warga hingga mal.
Makin populernya pickleball, Alif menambahkan, juga membuka peluang bisnis baru. Misalnya, ada anggota klubnya yang digaet menjadi pelatih pickleball di mal dan kafe di Jakarta. "Bisa nambah-nambah penghasilan sedikit. Keuntungan buat mereka juga," ucapnya.
•••
BUKAN hanya di Jakarta, pickleball juga berkembang di sejumlah kota lain di Indonesia. Salah satunya di Bandung, Jawa Barat. Sekitar 20 lelaki dan perempuan berkumpul sejak pukul 6 pagi di lapangan semen kompleks Giri Mekar Permai, Cilengkrang, Kabupaten Bandung, Selasa, 14 Mei 2024.
Berkostum olahraga, mereka telah siap bermain pickleball dengan membawa bola dan pemukulnya. Di bawah deretan pohon rindang, empat pasangan pemain telah mengisi dua arena yang berdampingan. Adapun yang lain duduk-duduk santai di pinggir arena sambil menunggu giliran atau tengah istirahat setelah bermain satu set.
Di area terbuka tanpa penghalang angin itu, setiap pemain memukul bola plastik yang keras dan berongga. Bentangan jaring pendek menjadi pembatas dengan sisa lapangan yang dipasangi sepasang gawang kecil untuk bermain sepak bola.
Sesuai dengan jadwal, hari itu seharusnya giliran para puan yang bermain pickleball. Namun, di lapangan, bapak-bapak kerap nimbrung berlatih, seringnya pada pagi sebelum berangkat kerja dan sepulang kerja pada sore. “Setiap hari dari pagi lapangan enggak pernah sepi,” kata Rudini Mahram, salah seorang warga perumahan itu.
Mulai berpartisipasi pada Oktober 2023, Rudini keranjingan bermain pickleball hingga mencapai peringkat keempat dalam kejuaraan se-Bandung Raya pada April lalu. Menurut dia, ada sekitar seratus warga kompleks dan sekitarnya yang bergabung dalam komunitas Giri Mekar Permai Pickleball (GMPP).
Awalnya pickleball dikenalkan oleh empat warga kompleks pada medio 2023. Mereka kemudian menggelar pertandingan ekshibisi di lapangan kompleks, berbarengan dengan lomba perayaan Hari Kemerdekaan 17 Agustus. Setelah itu, beberapa warga tertarik dan bergabung, termasuk mereka yang sebelumnya jarang berolahraga apa pun. “Kami juga jadi kenal sama warga di sini,” ujar Rudini.
Anggota kelompok Giri Mekar Permai Pickleball, berlatuh tanding di Bandung, Jawa Barat, 19 Mei 2024/Tempo/Prima Mulia
Anggota komunitas terentang dari anak SMP hingga orang lanjut usia yang berumur 67 tahun. Dengan izin ketua rukun warga setempat, mereka membuat sepasang arena pickleball dengan mengecat garis-garis di lapangan yang berlantai semen. Di ruang terbuka itu, arena pickleball hanya beratap langit yang sebagian dipayungi pepohonan. “Kalau hujan, permainan bubar,” katanya.
Seorang ibu rumah tangga, Sita Lasmisari, mengenal pickleball sekitar setahun silam. Awalnya perempuan 48 tahun itu diajak seorang rekannya yang menjadi guru olahraga sebuah SMP Negeri di Bandung. Ketika datang ke sekolah pada akhir pekan, dia diajak bermain pickleball.
Meski baru saat itu melihatnya, Sita merasa tidak asing dengan olahraga tersebut karena dia rajin berlatih tenis lapangan. “Hanya perlu penyesuaian pukulan,” tuturnya. Bagi anggota komunitas lain, pickleball juga dinilai mudah dipelajari dan dimainkan tanpa aturan yang rumit.
Komunitas GMPP lebih sering bermain dan berlatih pickleball di lapangan perumahan setempat. Sesekali anggotanya bermain di lapangan tertutup saat mengikuti turnamen.
Adapun gedung olahraga tidak menjadi pilihan karena lebih sering dipakai untuk berlatih badminton dengan net statis sehingga sulit mereka pakai untuk bermain pickleball. Bagi komunitas, baik lapangan indoor maupun outdoor, juga angin, tidak terlalu mempengaruhi keasyikan memukul bola.
Tidak hanya bermain, mereka juga menggelar turnamen pickleball bertajuk GMPP Tour secara berseri mulai Februari 2024 dari tingkat Kabupaten Bandung.
Kemudian turnamen seri kedua tingkat Bandung Raya digelar pada April 2024, mempertandingkan nomor tunggal putra, ganda putra dan putri, serta ganda campuran. Pesertanya berjumlah seratus orang dari sepuluh klub yang tersebar di lima daerah. Berikutnya, pada Juni 2024, komunitas bakal menggelar DUPR Tournament tingkat nasional.
DUPR atau Dynamic Universal Pickleball Rating adalah sistem pemeringkatan para pemain kompetisi pickleball yang berlaku universal tanpa memandang usia, jenis kelamin, atau keahlian yang dimiliki. Rating pemain otomatis meningkat tiap kali memenangi pertandingan, apalagi ketika mengalahkan lawan yang peringkatnya lebih tinggi dan selisih skornya besar.
Deded Syafril, 50 tahun, yang kini menjadi pelatih pickleball di klub Kharisma, Bandung, mengenal olahraga ini pada 2019. Saat itu Dede hadir ketika Jeff van Der Hulst, duta International Federation of Pickleball, mensosialisasi olahraga tersebut di kampus Universitas Negeri Jakarta.
Setelah itu, Deded berkeliling memperkenalkan pickleball ke beberapa kota di Tanah Air, termasuk Bandung, yang mendapat sambutan dosen dan guru olahraga sekolah. Pickleball pun berkembang cukup pesat dan klub bermunculan.
“Karena mainnya gampang, bisa oleh siapa saja, dan peluang prestasinya terbuka,” kata Deded. “Olahraga ini juga easy and fun,” ujar pria yang ketika aktif menjadi pemain kerap mengikuti kejuaraan pickleball ini.
Pickleball, tutur Deded, tidak mewajibkan pemain memiliki latar belakang atau menguasai olahraga tertentu. Namun, dalam permainan, dari teknik dan gaya pukulan, bisa diketahui pemain yang sebelumnya gemar bermain tenis, pingpong, atau bulu tangkis.
Menurut Deded, sama seperti dalam olahraga lain, pemain pickleball perlu melakukan pemanasan dan pendinginan setelah berlatih atau bertanding. Adapun teknik pukulannya mirip seperti teknik dalam bulu tangkis dan tenis. “Keringatnya banyak, tapi ingin terus main karena capeknya enggak kerasa,” ucapnya.
Mengacu pada klasifikasi usia dalam pertandingan turnamen, pickleball punya banyak kelompok, seperti di bawah 18 tahun yang bisa diikuti anak-anak SS. Kemudian pemain turnamen 19+ bisa berpasangan dengan pemain berusia lanjut. Ada pula kategori 35+ dan 50+ hingga 60+.
Selain klub, menurut Deded, pihak yang lebih banyak mengenalkan pickleball kepada masyarakat adalah guru olahraga di sekolah pada saat jam pelajaran atau sebagai kegiatan ekstrakurikuler. “Gurunya juga aktif ikut turnamen,” katanya.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Anwar Siswadi (Bandung) berkontribusi pada artikel ini. Di edisi cetak, artikel ini berjudul "Pickleball: Bermain Tenis Sekaligus Bulu Tangkis".