Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Museum dan galeri seni di Ukraina menyelamatkan koleksinya ke ruang bawah tanah sejak invasi Rusia.
Butuh lebih dari setahun untuk menata kembali galeri dan membuka pameran untuk pengunjung.
Penyelamatan koleksi seni ini dinilai setara dengan berperang di garis depan melawan Rusia.
HANYA palang besi dan ambalan kayu yang terpacak di tembok ruang pamer The Bohorodchany Iconostasis di Museum Nasional Andrey Sheptytsky, Kota Lviv, Ukraina. Satu-satunya petunjuk koleksi ikonostasis yang pernah tersimpan di ruangan seluas separuh lapangan badminton itu cuma papan putih bergambar ukir-ukiran kayu. Koleksi paling berharga museum sudah dipereteli sejak invasi Rusia ke Ukraina pada 24 Februari lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Kami menyimpan ikonostasis itu di sebuah ruangan khusus di bawah tanah,” kata Deputi Komunikasi Museum Nasional, Orest Zyonko, di Lviv pada Rabu, 20 April lalu. Ikonostasis merupakan partisi ukiran raksasa pada kayu, besi, atau logam yang jamak ditemui di gereja-gereja Ortodoks Timur. Penampangnya terbagi menjadi beberapa panel lukisan yang menggambarkan ayat-ayat dalam Alkitab.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Yov Kondzelevych, seniman Ukraina di abad ke-17, membuat sejumlah ikonostasis tersebut untuk sebuah gereja di wilayah Ivano-Frankivsk, 130 kilometer di sebelah tenggara Lviv. Karyanya sempat diungsikan ke Austria dan Polandia saat Perang Dunia I meletus dan baru pulang ke Lviv pada 1924.
Kota Lviv tak luput dari serangan artileri tentara Rusia. Misil sudah membombardir Lviv sebanyak dua kali sejak invasi Rusia dimulai. Pada Senin, 18 April lalu, lima artileri menghantam gedung di dekat Stasiun Lviv, sekitar 4 kilometer dari Museum Nasional.
Sebagaimana ruang pamer ikonostasis, aula lain di Museum Nasional juga melompong. Hanya tersisa kabinet kaca yang menyimpan kertas-kertas deskripsi koleksi. Aroma debu dan serbuk kayu tercium di seluruh sudut galeri. Tembok di lorong-lorong kini tampak polos dengan beberapa tali yang menjuntai setelah beberapa lukisan dan ikonostasis yang ukurannya lebih kecil diturunkan.
Deputi Komunikasi Museum Nasional Lviv, Orest Zyonko, menunjukkan instalasi The Bohorodchany Iconostasis yang sudah dicopot dari tembok dan disimpan di ruang bawah tanah, di Lviv, Ukraina 20 April 2022. Tempo/Raymundus Rikang
Menurut Zyonko, pegawai membongkar koleksi museum pada hari kedua serangan Rusia. Mereka menurunkan lukisan dan membungkus patung, lalu menyimpannya di kotak-kotak kayu. Beberapa boks terbuat dari besi tahan api. Semua koleksi itu terkunci rapat di basemen bersuhu khusus. Demi keamanan koleksi, Zyonko tak mengizinkan Tempo menengok ke dalam bungker.
Museum Nasional mengoleksi sekitar 170 ribu benda seni sehingga basemen tak sanggup menampung semuanya. Beberapa boks kayu masih tergeletak dan tertumpuk di lobi museum yang remang-remang karena jendela patrinya ditutup dengan kayu palet setebal 2 sentimeter. Kotak kayu itu menyimpan beberapa kanvas lukisan yang dilapisi gabus putih.
Museum itu juga menyimpan beberapa lukisan dan patung dari Rusia. Zyonko menyebutkan koleksi itu tetap diperlakukan layaknya benda seni yang disimpan dengan hati-hati. Tak ada niat staf museum untuk mencampakkan, apalagi merusak karya seniman Rusia tersebut.
Zyonko bercerita bahwa pegawai bekerja lembur selama tiga pekan untuk berkemas. Saat itu, puluhan pekerja mondar-mandir menggotong lukisan dan patung. Kotak-kotak kayu dan kardus terserak di ubin aula galeri. Sebagian besar anggota staf museum, termasuk Zyonko, begadang saat mengevakuasi koleksi. “Tak ada museum yang siap dengan situasi ini,” ucapnya.
Memang tak mudah membereskan benda seni yang usianya berabad-abad. The Bohorodchany, misalnya, dibongkar setiap elemennya menjadi ukuran yang lebih kecil agar muat saat diboyong ke basemen. Karya yang pernah direstorasi pada 2005 itu berukuran jumbo dengan tinggi lebih dari 2 meter dan panjang 5 meter.
Menurut Zyonko, koleksi di Museum Nasional perlu diselamatkan dari ancaman kehancuran akibat perang Rusia-Ukraina. Ini karena masyarakat Ukraina dapat mempelajari sejarah dan kebudayaan tanah air mereka melalui benda-benda seni yang dipajang di galeri museum. Zyonko khawatir rakyat Ukraina tak bisa mengenal warisan kebudayaan jika koleksi itu lenyap. “Sangat sulit membayangkan jika hal itu terjadi,” tuturnya.
Museum Nasional sudah tutup selama dua bulan. Zyonko berharap museum bisa secepatnya dibuka dan menerima pengunjung. Walau demikian, ia memperkirakan butuh lebih dari setahun untuk menata ulang galeri. Sejumlah negara di Eropa pun menawarkan bantuan untuk ikut menyelamatkan koleksi. Tapi Zyonko merasa belum perlu menitipkan koleksi museumnya ke negara lain karena Lviv dinilai masih aman kendati sempat dihajar artileri musuh.
Karya seni di sudut-sudut Kota Lviv juga dipagari sedemikian rupa. Empat patung di sekitar Balai Kota Lviv kini terbungkus seng beratap kayu. Sekitar 300 meter dari Balai Kota, dua pekerja memanjat perancah besi yang dipasang mengitari Monumen Adam Mickiewicz pada Selasa, 19 April lalu. Tugu perunggu dan granit ini berumur seabad dan dibangun untuk memperingati penyair asal Polandia itu. Di sebelahnya, patung Santa Maria juga dikerangkeng dan berkarung-karung pasir mengelilinginya.
Galeri Seni Nasional Lviv turut menyembunyikan koleksi-koleksi berharganya di bawah tanah. Sebagian besar lukisan dan patung. Memiliki 17 departemen, Galeri Nasional Lviv antara lain menyimpan karya pelukis Prancis George de La Tour, Payment of Dues. Lukisan dari abad ke-17 yang menggambarkan pria membayar upeti itu ditaksir bernilai 20 juta euro atau sekitar Rp 312 miliar.
Tumpukan kotak kayu yang menyimpan koleksi Museum Nasional Lviv diletakkan di lobi museum, Lviv, Ukraina 20 April 2022. Tempo/Raymundus Rikang
Andriy Rybka, penyelia pameran di Galeri Lviv, mengatakan instruksi menyelamatkan barang-barang koleksi baru dikeluarkan seminggu sebelum serangan Rusia dilancarkan. Sebagian besar pegawai museum pada mulanya tak percaya bahwa tentara Rusia sungguh-sungguh ingin berperang. “Kami tak ingin menciptakan kepanikan karena galeri kami adalah yang terbesar di Ukraina bagian barat,” ujarnya.
Pengelola memerintahkan staf galeri untuk mengemasi seratus koleksi paling berharga. Rybka menyatakan, perintah itu tentu tak mudah karena semua barang seni di galeri tak ternilai harganya. Berpacu dengan waktu, Rybka dan teman-temannya memilih koleksi yang mudah diangkut ke ruang bawah tanah.
Tak sembarang orang bisa masuk ke bungker penyimpanan koleksi. Galeri Lviv kini dijaga tentara. Hanya petugas perawatan koleksi yang bisa menengok ke basemen. Rybka memperlihatkan foto yang menampakkan sejumlah patung dan ukiran terbungkus kertas putih di dalam bungker. Patung yang lebih besar ukurannya diletakkan di sudut ruangan dan dikemuli kain.
Bagi Rybka, menjaga barang-barang seni di tengah perang dengan Rusia sama patriotiknya dengan bertempur di medan perang. Ia memperkirakan agresi militer Rusia akan menghancurkan artefak kebudayaan rakyat Ukraina karena Presiden Rusia Vladimir Putin mempropagandakan bahwa sejarah Ukraina dibentuk dan berakar dari Rusia. “Saya mungkin yang akan dibunuh pertama kali ketika tentara Rusia masuk galeri karena saya penjaga kebudayaan,” ujarnya.
Di Galeri Nasional, ada juga patung karya seniman Rusia. Rybka mengatakan staf menyimpan koleksi itu layaknya benda seni lain yang dimiliki galeri. Beberapa pegawai tak tahu mana saja patung yang berasal dari Rusia. Rybka juga tak memberi tahu agar mereka tetap memperlakukan semua koleksi tanpa membeda-bedakan asalnya.
Rybka belum tahu kapan galerinya akan dibuka lagi. Karya seni tak bisa disimpan berlama-lama di basemen karena ada yang sekadar diletakkan di atas alas kayu. Prancis sempat menawarkan untuk menyimpan koleksi-koleksi Galeri Nasional. Tapi pengelola menolak karena menyimpan karya seni di negara lain dianggap terlalu berisiko dan ongkosnya mahal.
Museum Arsitektur dan Tradisi Klymenty Sheptytsky agaknya patut waswas di tengah perang. Ini adalah museum etnografi yang berdiri di lahan terbuka dan memiliki lebih dari 100 rumah rakyat beserta perkakas bersejarah seperti pakaian, furnitur, alat musik, dan perabot rumah tangga dari abad ke-13. Barang-barang ini sudah dikemas dan disimpan di bungker.
Namun tak demikian halnya dengan rumah adat. Pengelola hanya bisa pasrah agar koleksi itu tidak hancur di tengah perang. “Kami cuma bisa berdoa agar tak ada misil atau peluru yang menyasar ke koleksi rumah adat di sini,” kata Direktur Museum, Mykhailo Zakopets.
Menurut Zakopets, timnya segera membungkus dan menyimpan koleksi ke ruang bawah tanah beberapa hari setelah perang dimulai. Beberapa negara dan organisasi internasional pun mentransfer sejumlah uang untuk mendanai penyelamatan benda seni tersebut, tapi ada juga yang sekadar memberi kotak karton untuk mengangkut koleksi. Zakopets memperkirakan butuh sedikitnya 200 ribu euro untuk proyek penyelamatan ini.
Sejumlah negara juga sudah menghubungi Zakopets untuk menampung koleksi museum. Mereka antara lain adalah Polandia, Latvia, dan Swiss. Zakopets menolak tawaran itu karena birokrasinya rumit dan harus menyiapkan bertumpuk-tumpuk dokumen untuk memindahkan aset sejarah. “Koleksi kami juga rentan rusak jika dipindahkan,” katanya.
Tak seperti museum lain, kawasan Museum Arsitektur masih dibuka untuk publik selama perang berkecamuk. Pengunjung tampak berjalan-jalan mengitari rumah-rumah adat di sana. Zakopets menyebutkan keputusan tetap mengoperasikan museum bertujuan agar rakyat Ukraina punya pilihan vakansi di tengah getirnya perang.
Direktur Jenderal Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO), Audrey Azoulay, mengatakan warisan kebudayaan di Ukraina harus dijaga. UNESCO telah mengakui tujuh situs kebudayaan, empat warisan tak benda, dan delapan cadangan biosfer di negara itu. Lviv secara khusus disebut sebagai kota warisan dunia yang dipenuhi arsitektur bergaya Eropa Timur.
Menurut Azoulay, lembaganya berkolaborasi dengan otoritas lokal dan aktif menggunakan pencitraan satelit untuk mengamati kondisi situs dan koleksi bersejarah. Berdasarkan catatan UNESCO, hingga 19 April lalu, sebanyak 102 situs kebudayaan di sembilan wilayah Ukraina hancur akibat perang Rusia. “Adalah kewajiban masyarakat internasional untuk melestarikan dan melindungi warisan seni dan kebudayaan di Ukraina,” ucap Azoulay dalam keterangan tertulisnya.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo