Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

internasional

Thailand Campur Vaksin untuk Mencegah Lonjakan Angka Infeksi Covid-19

Thailand akan memberikan campuran vaksin antara vaksin bikinan Sinovac dan AstraZeneca untuk menahan lonjakan angka kasus Covid-19.

17 Juli 2021 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Thailand akan memberika vaksin campuran untuk menekan kasus Covid-19 yang meningkat.

  • Senat Amerika menyetujui legislasi yang melaran impor barang hasil kerja paksa kaum muslim Uighur.

  • Pasokan kebutuhan medis Myanmar macet karena Cina tutup pintu perbatasan.

Thailand

Vaksin Campuran untuk Melawan Covid-19

THAILAND mencatat rekor dengan 9.186 kasus infeksi Covid-19 baru dalam sehari pada Kamis, 15 Juli lalu. Jumlah kasus di sana meningkat tajam, dari 58 kasus per hari pada 2 April menjadi lebih dari 9.000 kini. Sejak April, total pasien mencapai 343.352 orang.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ledakan jumlah kasus ini diduga terjadi karena negeri itu tetap membuka Phuket, lokasi pariwisata terkenal di sana, untuk para turis di masa pandemi. Thailand bahkan membuka lagi tiga pulau wisata lain, Koh Samui, Koh Tao, dan Koh Phangan, pada Kamis lalu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Untuk menahan laju lonjakan angka kasus, pemerintah akan menggencarkan vaksinasi dengan memberikan campuran vaksin antara vaksin bikinan Sinovac dan AstraZeneca. Program vaksinasi yang dimulai bulan lalu baru menjangkau 5 persen dari target 66 juta penduduk. Pemerintah juga menangguhkan semua ekspor vaksin Covid-19 dari Siam Bioscience, perusahaan milik Kerajaan Thailand di Bangkok yang memproduksi vaksin AstraZeneca.

Menteri Kesehatan Sathit Pitutacha menyatakan AstraZeneca meminta penundaan waktu pengiriman 61 juta dosis vaksin yang sudah dipesan Thailand. “Kami harus berunding dengan mereka karena dalam keadaan saat ini kita butuh lebih banyak vaksin,” tutur Sathit, seperti dikutip Reuters.


Amerika Serikat

Senat Setuju Larangan Impor Barang Uighur

SENAT Amerika Serikat menyetujui rancangan Undang-Undang Pencegahan Kerja Paksa Uighur yang melarang impor barang dari daerah Xinjiang, Cina, yang diduga dihasilkan melalui kerja paksa terhadap kaum minoritas muslim Uighur pada Rabu, 14 Juli lalu. Rancangan itu harus disetujui Dewan Perwakilan Rakyat dan diteken presiden sebelum diterapkan.

“Kami tidak akan menutup mata terhadap kejahatan melawan kemanusiaan dan tak akan mengizinkan perusahaan mendapat tiket bebas untuk meraih keuntungan dari pelanggaran mengerikan ini,” kata Marco Rubio, senator dari Partai Republik, seperti dikutip BBC.

Rancangan itu berfokus pada tekstil dan barang berteknologi rendah. Xinjiang, misalnya, mengekspor gula untuk Coca-Cola dan tomat untuk pabrik kecap Heinz. Apple juga mengimpor komponen elektronik dari Xinjiang dan sempat melobi Senat ketika rancangan undang-undang itu mulai bergulir pada November lalu.

Cina sudah lama dituduh melakukan pelanggaran hak asasi manusia terhadap kaum Uighur. Para peneliti memperkirakan sedikitnya satu juta orang di Xinjiang telah dimasukkan ke kamp sejak 2017. Adapun warga Uighur yang bebas terus dipantau dan dikontrol secara ketat. Pemerintah Cina membantah semua tuduhan tersebut dan menyebut kamp tahanan itu sebenarnya tempat “pendidikan ulang” bagi muslim Uighur dan kaum muslim lain.


Myanmar

Barang Medis Langka Setelah Cina Tutup Perbatasan

Relawan memeriksa saturasi okisgen kepada pasien Covid-19 di kota Kale, Myanmar, 5 Juli 2021. REUTERS/Stringer

PARA pedagang Myanmar kini kesulitan mengimpor barang medis yang dibutuhkan di masa pandemi Covid-19 setelah Cina menutup perbatasan Muse di Negara Bagian Shan untuk mencegah masuknya virus corona. Perbatasan Muse itu adalah jalur perdagangan darat terbesar di Myanmar dan menangani sebagian besar pasokan medis. Lima truk roda 12 pengangkut masker bedah dan enam truk pembawa pembersih tangan dan alat pelindung diri masuk ke Myanmar setiap hari melalui pintu ini.

Gerbang perbatasan ditutup pada 8 Juli lalu setelah muncul kasus Covid-19 di Muse dan Ruili, yang berbatasan dengan Cina. Gerbang perbatasan lain di Kachin dan Shan telah lama ditutup dan Muse menjadi pintu impor terakhir dari Cina. Impor dari Thailand masih berjalan tapi terbatas sejak pemerintah Thailand memperketat aturan ekspor alat medis dan obat-obatan. “Setelah perbatasan ditutup, tidak ada yang bisa diimpor,” kata Zaw Min, Direktur Pelaksana Layanan Transportasi Perdagangan Zaw Brothers, kepada Myanmar Now, Rabu, 14 Juli lalu.

Jumlah kasus Covid-19 juga meningkat dari sekitar 50-an kasus per hari pada April lalu menjadi 9.000 lebih per hari. “Kami mengakuinya,” ucap juru bicara junta militer, Zaw Min Tun. “Semua rumah sakit dan klinik penuh. Semua pusat karantina penuh dan kami tidak dapat menerima pasien lagi.”

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus