Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Suhu panas ekstrem melanda Asia pada April ini.
Sedikitnya 13 orang dilaporkan meninggal di India karena suhu ekstrem.
Polisi bongkar kasus kematian massal anggota sekte Kristen di Kenya.
Thailand
Suhu Panas Ekstrem Melanda Asia
SUHU panas ekstrem melanda seantero Asia pada April ini. Suhu tertinggi terjadi di Thailand dengan indeks panas tertinggi mencapai hampir 54 derajat Celsius di Provinsi Chonburi dan Pulau Phuket pada Sabtu, 22 April lalu. Kondisi ini juga mendorong peningkatan pemakaian listrik negeri itu hingga lebih dari 39 ribu megawatt pada 6 April lalu dibandingkan dengan 32 ribu megawatt pada April 2022. Dua orang dilaporkan meninggal akibat suhu ekstrem ini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Meskipun demikian, suhu tinggi ini tidak menyebabkan gelombang panas. Somkuan Tonjan, Direktur Divisi Inspeksi dan Pemantauan Cuaca Departemen Meteorologi Thailand, menyatakan bahwa justru negara-negara tetangga Thailand yang dilanda gelombang panas sejak awal April. “(Suhu di Thailand) ini bukan seperti gelombang panas yang terjadi di India dan Bangladesh yang suhunya mencapai 40 derajat Celsius selama beberapa hari serta akumulasi panas dan rata-rata suhu mencapai 5 derajat Celsius per hari,” katanya seperti dikutip VOA.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Di India, udara panas mencapai 44 derajat Celsius di beberapa kota. Sedikitnya 13 orang dilaporkan meninggal dan 50 orang masuk rumah sakit karena suhu ekstrem ini. Beberapa negara di Asia, seperti Cina, Laos, Pakistan, dan Vietnam, juga melaporkan kenaikan suhu udara.
Suhu ekstrem ini diperkirakan terjadi karena fenomena cuaca La Nina yang mulai berakhir dan mulai berkembangnya El Nino. La Niña adalah fenomena alam saat terjadi pendinginan air di kawasan Asia-Pasifik yang menyebabkan perubahan cuaca di seluruh dunia. El Niño, sebaliknya, menghangatkan suhu air yang membuat udara kering dan menurunkan curah hujan yang mengakibatkan suhu ekstrem di Asia Tenggara.
Kenya
Kematian Massal Anggota Sekte Kristen
POLISI Kenya menangkap Ezekiel Ombok Odero, pastor di Pusat Doa dan Gereja Baru di Mavueni, Kilifi, sehubungan dengan temuan sekitar 100 mayat pengikutnya di makam dekat gerejanya pada Kamis, 27 April lalu. “Kami telah menangkap Pendeta Odero atas tuduhan kematian yang terjadi di rumahnya dan laporan berbagai kamar mayat atau institusi,” kata Rhoda Onyancha, Koordinator Wilayah Pesisir Markas Besar Kepolisian Pesisir Kenya, di Mombasa, seperti dikutip Nation, media Kenya.
Evakuasi jenazah pengikut sekte Kristen Pusat Doa dan Gereja Baru di Malindi, daerah Kilifi, Kenya, 27 April 2023. REUTERS/Monica Mwangi
Polisi juga menutup gereja Odero. Menteri Dalam Negeri Kenya Kithure Kindiki menyatakan polisi telah mengevakuasi lebih dari 100 orang yang bersembunyi di gereja dan akan diminta memberi keterangan.
Odero dikenal sebagai pastor penyembuh. Dia mengklaim bahwa sobekan kain dan air “suci” yang dijual 100 shilling atau sekitar Rp 10 ribu dapat menyembuhkan penyakit apa pun, termasuk human immunodeficiency virus atau HIV. Kanal YouTube-nya diikuti hampir 450 ribu pelanggan dan dipenuhi kesaksian warga Kenya yang mengaku telah disembuhkan oleh Odero, dari pasien kanker yang disembuhkan melalui doa hingga orang buta yang bisa melihat kembali.
Odero tidak pernah belajar di sekolah teologi mana pun dan menghabiskan masa awalnya sebagai pemain keyboard di Pius Muiru, gereja terkenal di Mombasa. Dia kemudian naik pangkat setelah menjadi terkenal dan mendirikan gereja sendiri. Dia membangun helipad, restoran, dan sekolah internasional di halaman gerejanya yang luas.
Penangkapan Odero terjadi setelah polisi Kenya menemukan sekitar 90 mayat anggota sekte Kristen di dekat Gereja Shakahola di Kilifi pimpinan Paul Mackenzie Nthenge. Sebagian besar dari mayat itu adalah anak-anak. Mereka diduga meninggal karena kelaparan agar dapat “bertemu dengan Yesus”, ajaran kontroversial Nthenge. Namun polisi belum menyatakan kasus Odero berhubungan dengan Nthenge.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo